Penjual pupuk dengan harga di bawah pasaran beroperasi di sejumlah wilayah di Kabupaten Gunungkidul. Merespons hal itu, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul menerjunkan tim ke lapangan dan mengimbau warga untuk waspada.
Lurah Kampung, Kapanewon Ngawen, Suparna mengatakan ada dua mobil pikap hitam berpelat S yang menjual pupuk di bawah harga pasar, yakni seharga Rp 150-400 ribu per 50 kilogram. Menurut dia, harga pupuk biasanya sekitar Rp 700 ribu per 50 kilogram.
"Saya tadi cross check ke warga. Kemarin itu ada pedagang pupuk pakai mobil pikap dua pelat S. Harganya variatif, ada yang dijual Rp 200 ribu, Rp 250 ribu, Rp 300 ribu, Rp 400 ribu. Bahkan saya dengar ini ada yang dijual Rp 150 ribu per sak, per 50 kilo," kata Suparna saat dihubungi wartawan, Selasa (7/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suparna menambahkan, orang dalam mobil itu juga mengaku telah menjual pupuk murah tersebut ke toko yang dikelola anak Suparna. Padahal, anak Suparna tidak menerima kiriman pupuk tersebut.
"Membawa nama toko kami dan mereka menjual pupuk, menurut informasi para petani atau warga itu sisa kiriman dari tokonya anak saya dan masih menyisihkan empat sak dan dijual sangat murah. Padahal tidak hanya empat sak, (tapi) membawa dua mobil (pupuk)," ujar dia.
Sementara itu Kepala DPP Gunungkidul Rismiyadi mengonfirmasi adanya kabar penjualan pupuk di bawah harga pasar di wilayah Kalurahan Kampung. Menurut dia, hal serupa juga terjadi di Kalurahan Beji di Kapanewon Ngawen, Kalurahan Natah di Kapanewon Nglipar, dan di Kalurahan Karangrejek di Kapanewon Wonosari.
"Saya dapat info dari Pak Lurah, ada warganya yang mendapat pupuk murah. Katanya harganya jauh di bawah harga pasar," kata Rismiyadi saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (7/5/2024).
"Di Karangrejek tadi saya ke sana ada juga warga yang membeli pupuk seharga Rp 300 ribu. Di Beji ada, di Natah ada," lanjutnya.
Rismiyadi pun mengingatkan warga untuk waspada jika menemukan pupuk yang dijual di bawah harga pasar. Dia khawatir jika pupuk murah tersebut merupakan barang ilegal atau palsu.
"Kita tumbuh kewaspadaan, bisa jadi barangnya KW atau gelap. Tapi kita belum tahu. Tadi kita turunkan petugas tapi belum pulang. Tindak lanjut nanti mereka bawa sampel dan kita akan uji," kata dia.
Rismiyadi mengimbau masyarakat agar tidak tergiur iming-iming pupuk murah di bawah harga pasar.
"Petani agar hati-hati dan jika menjumpai hal seperti itu, bisa melaporkan ke RT atau Lurah," pungkasnya.
(cln/dil)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan