Dilema Perajin Tempe-Tahu di Bantul, Kedelai Ngegas tapi Tak Tega Naikkan Harga

Dilema Perajin Tempe-Tahu di Bantul, Kedelai Ngegas tapi Tak Tega Naikkan Harga

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 08 Nov 2023 16:03 WIB
Suasana produksi tempe di Kampung Ngoto, Pedukuhan Ngoto RT.01, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Rabu (8/11/2023).
Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu-Tempe di Bantul Pilih Pertahankan Ukuran-Suasana produksi tempe di Kampung Ngoto, Pedukuhan Ngoto RT.01, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Rabu (8/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng.
Bantul -

Naiknya harga kedelai tidak membuat perajin tahu-tempe di Bangunharjo, Bantul, mengubah ukuran produksinya. Mereka menilai jika menaikkan harga atau mengecilkan ukuran tahu-tempe membuat penjualan menurun.

Pantauan detikJogja di salah satu sentra pembuatan tahu-tempe di Kampung Ngoto, Pedukuhan Ngoto RT 01, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul tampak beberapa orang tengah memproduksi tempe berbungkus plastik. Tak hanya itu, tampak pula beberapa orang tengah sibuk memproduksi tahu putih.

Salah satu perajin tempe di Ngoto, Abu (65) menjelaskan harga kedelai mengalami kenaikan sejak Oktober. Menurutnya, harga kedelai yang masih bersifat normal hanya terjadi pada September dengan harga sekitar Rp 9.000 per kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oktober ke bulan November itu naik Rp 1.000 lebih. Kalau sekarang harga kedelai Rp 12.900 sampai Rp 13 ribu per kilogram," kata Abu kepada detikJogja, Rabu (8/11/2023).

Menurutnya, kenaikan harga kedelai karena mengikuti penyedia. Di mana penyedia kedelai di Indonesia mayoritas dari Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT
Suasana produksi tempe di Kampung Ngoto, Pedukuhan Ngoto RT.01, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Rabu (8/11/2023).Suasana produksi tempe di Kampung Ngoto, Pedukuhan Ngoto RT.01, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Rabu (8/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Tak Tega Naikkan Harga

Meski harga kedelai terus meroket, Abu mengaku tidak menaikkan harga tempe kemasan plastik dengan berat sekitar setengah kilogram miliknya. Bahkan, Abu juga tidak mengecilkan ukuran tempe buatannya.

"Satu plastik tempe ukuran setengah kilogram lebih ini tetap saya jual Rp 6 ribu, itu harga tengkulak. Saya mau menaikkan harga tidak tega, jadi tidak untung tidak apa-apa asal bisa makan," ucapnya.

"Karena kalau dikecilkan tidak laku dan kita malah akan tambah rugi. Jadi ya tetap seperti biasanya saja," lanjut Abu.

Terlepas dari hal tersebut, Abu menaruh harapan kepada pemerintah agar mengutamakan kedelai lokal. Menurutnya, kedelai impor hanya membuat harga tidak stabil.

"Harapannya pemerintah komitmen tidak bergantung dari luar negeri, jadi kalau menanam sendiri kedelai kan pasti harganya jadi lebih murah," katanya.

Harga Kedelai Impor Naik Nyaris Rp 3 Ribu per Kilo

Sementara itu, salah satu perajin tahu di Ngoto, Tri (33) mengaku saat ini harus menebus kedelai di harga Rp 12.600 dari harga standar sekitar Rp 10 ribu per kilogram. Menurutnya, kenaikan harga yang signifikan terjadi saat perang antara Palestina dan Israel meletus.

"Kenaikan harga kedelai mulai satu sampai dua bulan ini. Kenaikan tertinggi saat perang Israel Palestina itu langsung naik, mungkin karena kedelainya impor dari Amerika. Saat itu dari Rp 11 ribu jadi Rp 12 ribu," ujarnya.

Akan tetapi, semua itu tidak membuat Tri menaikkan harga tahu putih produksinya. Tri mengaku masih menjual tahu putih Rp 500 per bijinya.

"Dengan naiknya harga kedelai saya memilih untuk masih bertahan. Jadi kita kurangi keuntungan saja, karena kalau mengurangi ukuran memberi kesempatan bagi penjual baru yang masuk dengan harga lebih murah nanti," ujarnya.

Suasana produksi tempe di Kampung Ngoto, Pedukuhan Ngoto RT.01, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Rabu (8/11/2023).Suasana produksi tempe di Kampung Ngoto, Pedukuhan Ngoto RT.01, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Rabu (8/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Selain itu, Tri berharap agar pemerintah mau menyubsidi harga kedelai hingga normal. Semua itu agar produsen tahu-tempe bisa membeli kedelai dengan harga normal.

"Ya semoga subsidi kedelai turun lagi, kemarin kan setelah harga normal subsidi hilang. Jadi harapannya subsidi untuk kedelai bisa turun lagi," katanya.




(apl/ams)

Hide Ads