Pedagang Pasar Giwangan Jogja Sambat Harga Bawang Merah dan Cabai Naik

Pedagang Pasar Giwangan Jogja Sambat Harga Bawang Merah dan Cabai Naik

Galardialga Kustanto, Mahendra Lavidavayastama - detikJogja
Kamis, 02 Nov 2023 16:55 WIB
Suasana di Pasar Induk Giwangan Jogja, KamisΒ (2/11/2023).
Duh! Pedagang Pasar di Jogja Sambat Harga Bawang Merah dan Cabai Naik. Dagangan di Pasar Induk Giwangan Jogja. (Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja)
Jogja -

Keluhan demi keluhan berdatangan dari para pedagang bawang merah dan cabai di Pasar Induk Giwangan, Jogja. Pasalnya, kenaikan barang dagangan mereka begitu signifikan. Hingga Rp 10.000 per kilogram.

Seperti Fiki (20), salah satu pedagang cabai dan bawang di Pasar Induk Giwangan, Jogja, yang mengeluhkan bagaimana harga dagangannya bisa meningkat sampai Rp 6.000 per kilogram.

"Bawang merah (naik), dari harga normal Rp 28.000 jadi Rp 34.000 per kilogram, dari kemarin. Harga normal naiknya jadi segitu kadang naik (cuma) Rp 1.000 Rp 2.000 aja ini sampe segitu," ucapnya saat ditemui di kiosnya, Pasar Induk Giwangan, Kamis (2/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan, bawang merah jadi mahal karena kelangkaan barang dan gagal panen. "Mungkin karena barang langka, kadang panen gagal, kekeringan juga bisa jadi," katanya.

Tidak hanya bawang. Fiki menuturkan bagaimana cabai rawit bisa meningkat, dari sebelumnya rata-rata Rp 40.000 menjadi Rp 65.000-75.000 per kilogram.

ADVERTISEMENT

Ucapan Fiki diamini pedagang lainnya, Dwi Andria (17), yang menyebut kenaikan rerata cabai rawit yang dijualnya bisa menembus Rp 20.000 per kilogram dalam seminggu terakhir.

"Cabai rawit jadi Rp 75 ribu, sebelumnya Rp 55 ribu. (Harga) naik udah seminggu, masih tinggi," ucapnya.

Bu Ngatemi (65) menyatakan imbas dari naiknya dua bahan pokok dapur ini, pendapatannya menjadi menurun. "Ya iya jadi kurang (pendapatannya). (Harapannya) minta e itu harga turun murah", terang Ngatemi.

Diduga serangan hama

Sukas (27), salah seorang petani bawang merah menuturkan kenaikan dua rempah-rempah penting tersebut diduga karena adanya serangan hama.

"Beberapa tempat mengalami kegagalan panen terutama daerah Brebes sama Nganjuk, infonya itu ada serangan hama baik itu thrips maupun wabah janda pirang. Jadi daunnya langsung mengering sehingga terjadi gagal panen," katanya saat ditemui di kediamannya, Desa Srikayangan, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo, Kamis (2/11/2023).

Dalam penilaiannya, kegagalan panen itu bisa berimbas secara nasional. Mengingat Brebes, Nganjuk, dan Demak adalah pemasok bawang merah terbesar di Indonesia.

"Iya, itu soalnya nasional. Suplai bawang merah terbesar itu sentranya itu terbesar itu Brebes, Nganjuk, sama Demak," kata pria kelahiran Kulon Progo tersebut.

Dia memprediksi jika tren kenaikan ini masih terus terjadi setidaknya hingga awal Januari 2024. "Kalo melihat kondisinya sekarang kemungkinan naik sih prediksi saya, terus naik terus merangkak hingga awal tahun Januari mungkin," ucapnya.

Pemkot Jogja: Masyarakat sudah terlatih

Kenaikan harga bawang merah maupun cabai ini pun direspons oleh Pemerintah Kota Jogja melalui Dinas Perdagangan.

Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Sri Riswanti menuturkan, bawang merah dan cabai naik harganya karena faktor cuaca, yakni kemarau yang masih melanda DIY.

Simak lebih lengkap di halaman berikutnya.

"Ini kan musim kemarau ya kita belum hujan. Nanti kalo sudah turun hujan sih biasanya bawang merah cenderungnya turun karena kebanyakan air nanti busuk," ujar Sri Riswanti di kantornya.

Sri menambahkan, kenaikan di pasar Jogja sudah biasa terjadi dan masih tergolong normal. Dia mengeklaim kenaikan harga beberapa komoditas bahan pokok ini bisa diprediksi sesuai tren, kecuali faktor cuaca ekstrem.

"Ada sesi-sesi tertentu yang sebenarnya bisa ditarik tren, lepas dari cuaca ekstrem ya. Misalkan seperti telur, mungkin naik saat momen pembagian PKH (Program Keluarga Harapan), pembagian bantuan pangan. itu berarti jatah pedagang pasar agak berkurang pasti, supply yang terbatas pasti mengungkit kenaikan harga. Momen-momen wisata, momen-momen orang pada punya gawe (mantu) banyak pernikahan itu pengungkit, situasi sosial. Lepas dari tadi cuaca," tambahnya saat ditemui di kantornya.

Dia menjelaskan meski sering terjadi kenaikan harga bahan pokok, masyarakat Kota Gudeg nampaknya sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.

Menurutnya, kenaikan harga tak terlalu berpengaruh terhadap minat beli masyarakat. Karena yang lebih penting, stok barang tersedia di pasaran.

"Sebenarnya gini, masyarakat kita tuh sudah sangat terlatih dengan fluktuasi harga. Ketika harga mahal dia pasti menyesuaikan belinya sesuai budget. Fluktuasi harganya juga masih bisa diterima masyarakat. Yang penting barang ada," pungkasnya.



Simak Video "Video: Harga Cabai di Lumajang Jatim Rp 112 Ribu Per Kilogram, Sebelumnya Rp 50 Ribu"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads