"Ini kan musim kemarau ya kita belum hujan. Nanti kalo sudah turun hujan sih biasanya bawang merah cenderungnya turun karena kebanyakan air nanti busuk," ujar Sri Riswanti di kantornya.
Sri menambahkan, kenaikan di pasar Jogja sudah biasa terjadi dan masih tergolong normal. Dia mengeklaim kenaikan harga beberapa komoditas bahan pokok ini bisa diprediksi sesuai tren, kecuali faktor cuaca ekstrem.
"Ada sesi-sesi tertentu yang sebenarnya bisa ditarik tren, lepas dari cuaca ekstrem ya. Misalkan seperti telur, mungkin naik saat momen pembagian PKH (Program Keluarga Harapan), pembagian bantuan pangan. itu berarti jatah pedagang pasar agak berkurang pasti, supply yang terbatas pasti mengungkit kenaikan harga. Momen-momen wisata, momen-momen orang pada punya gawe (mantu) banyak pernikahan itu pengungkit, situasi sosial. Lepas dari tadi cuaca," tambahnya saat ditemui di kantornya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan meski sering terjadi kenaikan harga bahan pokok, masyarakat Kota Gudeg nampaknya sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.
Menurutnya, kenaikan harga tak terlalu berpengaruh terhadap minat beli masyarakat. Karena yang lebih penting, stok barang tersedia di pasaran.
"Sebenarnya gini, masyarakat kita tuh sudah sangat terlatih dengan fluktuasi harga. Ketika harga mahal dia pasti menyesuaikan belinya sesuai budget. Fluktuasi harganya juga masih bisa diterima masyarakat. Yang penting barang ada," pungkasnya.
Simak Video "Video: Harga Cabai di Lumajang Jatim Rp 112 Ribu Per Kilogram, Sebelumnya Rp 50 Ribu"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)
Komentar Terbanyak
Roy Suryo Usai Diperiksa soal Ijazah Jokowi: Cuma Identitas yang Saya Jawab
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa