Seorang Ketua RT di Pedukuhan Santan, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul membuat inovasi agar kegiatan masyarakat tidak bergantung pada iuran kas RT. Caranya dengan menanam ratusan pohon pisang kepok kuning hingga membuat olahan dari pisang tersebut untuk mendulang rupiah.
Pantauan detikJogja, salah satu sudut di Santan, Guwosari, Pajangan tampam penuh dengan ratusan pohon pisang. Tampak pula di dekat pohon pisang tersebut ada drum plastik, lampu penerangan, hingga beberapa selang yang memanjang di kebun tersebut.
Selanjutnya, tepat di seberang kebun pisang itu terdapat bangunan bercat hijau dengan dinding yang tertempel pelakat bertuliskan 'rumah produksi olahan pisang'. Masuk ke dalam rumah tersebut, beberapa orang baik pemuda hingga orang tua tengah membuat cookies dengan bahan baku tepung pisang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampak beberapa dari mereka mulai menguleni adonan cookies dan lainnya membentuk adonan dengan bentuk bulat. Selanjutnya, seorang ibu-ibu tengah memasukkan loyang berisi cookies ke dalam oven, setelah itu memasukkan ke dalam kemasan siap jual.
Ketua RT.03 Santan sekaligus inisiator budidaya pisang kepok kuning Zukhroni (54) menjelaskan, bahwa semua bermula saat dirinya terpilih menjadi Ketua RT pada bulan November 2019. Saat itu, Zukhroni berpikiran untuk membuat inovasi dengan memanfaatkan lahan di dekat rumahnya.
"Awalnya ya saya terpilih menjadi Ketua RT November 2019, lalu saya berpikir kalau terpilih jadi RT harus ada inovasi di kampung ini. Kemudian, saya mencoba ada lahan di dekat rumah yang tidak terawat, gelap dan terkesan singup, orang aja takut," katanya saat berbincang dengan detikJogja di Santan, Bantul, Sabtu (28/10/2023).
"Maka kemudian saya berinisasi ini kalau dibuka boleh tidak. Apalagi kemudian saya punya angan-angan kalau dijadikan kebun pisang sepertinya lebih baik daripada nganggur," lanjut Zukhroni.
![]() |
Terkait pemilihan pohon pisang, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ini mengaku karena perawatannya terbilang mudah. Selain itu, persentase keberhasilan dari budidaya pisang terbilang besar.
"Alasan kok pohon pisang? Karena pohon pisang sudah familiar, perawatan relatif mudah. Apalagi ini kita pilih pisang kepok kuning dengan persentase keberhasilan hampir 100 persen, harga jual kepok kuning di pasaran tidak terlalu rendah dan banyak yang butuh," ujarnya.
Baca artikel di halaman selanjutnya.
Tidak menunggu lama, pria murah senyum ini langsung mendatangi pemilik lahan untuk menjelaskan inovasinya. Bak gayung bersambut, ternyata pemilik lahan mengizinkan Zukhroni menggunakan lahannya.
"Terus alhamdulilah dari yang punya ini saya tembusi semuanya boleh, termasuk yang bagian tengah kan dulu banyak ditumbuhi pohon. Lalu tanggal 25 November kita buka lahan seluas 2.100 m2. Lahan itu terdiri dari 3 petak lahan dengan masing-masing luasan sekitar 700 m2," ucapnya.
Namun, karena terdapat beberapa pohon sengon di lahan tersebut membuat Zukhroni kembali mendatangi pemilik lahan. Tujuannya kali ini untuk meminta izin menebang pohon tersebut agar bisa lebih banyak menanam pohon pisang.
"Dan itu alhamdulillah yang punya legowo sehingga ditebangi boleh. Tapi hasil penjualan dari penebangan pohon itu kan kita kasihkan beliau yang punya," katanya.
Selanjutnya, Zukhroni bersama warga RT.03 mulai menanam 300 pohon pisang kepok kuning di lahan tersebut. Namun, memasuki usia dua tahun tiba-tiba sang pemilik lahan hendak menjual satu petak lahannya.
"Cobaannya ada saja, seperti di tahun kedua itu tanah kotak kedua mau dijual sama yang punya. Kalau dijual lagi kan harus berembug ulang lagi dengan pemilik yang baru," ucapnya.
Tidak mau semangat warga yang terlibat luntur, Zukhroni akhirnya memilih membeli satu petak lahan dengan luasan 700 m2. Bahkan, uang yang dikeluarkan Zukhroni untuk membeli tanah itu tidak sedikit.
"Akhirnya bagaimana cara saya rembugan sendiri (dengan pemilik tanah) terus tak beli tanahnya 700 sekian meter itu dengan harga ratusan juta. Dari pembelian itu ya ada senang dan susahnya. Senangnya program lanjut karena satu tahun kan baru panen pisang jadi masyarakat semangat semua," katanya.
Terkait perawatan kebun pisang, Zukhroni mengaku cukup sederhana. Di mana setiap pekan Zukhroni membentuk tim untuk piket menyirami kebun tersebut.
"Yang melakukan per kelompok ronda, malam hari jadi biar sekalian ronda dan berkegiatan. Tapi tidak usah khawatir karena di kebun pisang ini sudah ada penerangan lampu. Terus kalau kemarau penyiramannya seminggu sekali," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, warga RT.03 akhirnya merasakan hasil panen dari kebun pisang tersebut. Di mana hasil penjualan pisang kepok kuning itu selanjutnya untuk uang kas RT.
"Dan Alhamdulillah dari penanaman pisang di tahun pertama hingga ketiga, dari penjualan buah segar banyak hasilnya, sekitar Rp 15 juta dari hasil panenan dua kali. Karena kan hanya panen setahun sekali kalau pohon pisang itu," ujarnya.
Meski memiliki lahan di kebun tersebut, namun Zukhroni mengaku tidak mengambil bagian dari hasil panen. Menurutnya semua sesuai komitmen awal untuk kepentingan kas RT.
"Yang penting ditanami pohon pisang dan hasilnya untuk kas RT. Termasuk punya saya, saya hibahkan untuk RT. Intinya pemberdayaan lahan dan pemberdayaan warga," katanya.
"Karena di pikiran saya RT itu harus punya terobosan, dan yang penting jangan hanya mengandalkan iuran saja karena terkumpulnya akan lama juga, kalau ada kejadian mendadak gimana," imbuh Zukhroni.
Baca artikel di halaman selanjutnya.
Dari belasan juta itu, dia menyebut telah menggunakannya untuk membeli tikar hingga perkakas. Semua itu untuk mempermudah warganya jika ada yang membutuhkan meski beberapa benda ada yang disewakan untuk pemasukan kas RT.
"Uang kas untuk beli 100 tikar untuk disewakan kalau ada orang meninggal atau punya gawe. Kemudian membeli perkakas RT seperti piring gelas dan lain-lain, agar saat ada hajatan dengan kuota di bawah 300 undangan cukup," ujarnya.
Mulai Merambah Olahan Makanan dari Pisang Kepok
Setelah sukses dengan penanaman ratusan pohon pisang kepok untuk pemasukan kas RT, Zukhroni menyebut ada hal yang tidak terduga terjadi, tepatnya awal tahun 2022. Pasalnya sejak awal dirinya dan warga RT.03 hanya berfokus untuk mengembangkan kebun pisang kepok kuning.
"Pokoknya kami pemikiran awal hanya menanam pisang hasilnya dijual untuk kas RT. Untuk mengolah jadi makanan sama sekali tidak ada," ujarnya.
Hal tidak terduga itu, kata Zukhroni, berawal saat beberapa pekerja dari salah satu perusahaan pelat merah makan di sekitar desa wisata santan. Usai makan, tiba-tiba mereka mendatangi kediamannya.
"Kita juga tidak tahu mas awalnya kok seperti ini, mungkin sudah diatur oleh yang kuasa, Allah. Secara tidak sengaja dari Pertamina datang, kita sama sekali tidak menghubungi, mungkin karena Santan ini desa wisata dan jajan di salah satu tempat makan desa wisata," ucapnya.
"Kemudian beberapa orang dari Pertamina kontak saya, ketemuan di rumah saya awal tahun 2022 dan mengobrol soal desa wisata. Ternyata mereka membuat proposal untuk diajukan ke Pertamina dan yang disetujui yang kebun pisang," lanjut Zukhroni.
Hal itu berlanjut dengan pengembangan rumah produksi olahan pisang pada bulan Juni-Desember 2022. Rumah produksi itu, menurutnya renovasi dari bangunan Puskesmas pembantu yang sudah tidak terpakai.
"Itu dulu bangunan Puskesmas pembantu dan kita lobi dengan Pemerintah Kalurahan dan Dinas Kesehatan dan diizinkan untuk menggunakan bangunan tersebut," katanya.
Lebih lanjut, Pertamina lalu memberikan pelatihan pengolahan pisang hingga memfasilitasi peralatannya. Dari semua itu, akhirnya warga RT.03 mampu membuat berbagai olahan makanan dari pisang kepok kuning seperti tepung pisang hingga cookies.
"Dari pelatihan itu pertama tepung pisang dan dried banana, kemudian krip pisang dan cookies pisang," ucapnya.
Sedangkan untuk warga yang melakukan produksi tergabung dalam kelompok Berkah Pisang Dewi Kamsa. Di mana semua anggotanya warga RT.03 dan didominasi perempuan.
"Untuk anggota sekitar 60-an tapi tidak aktif semua. Terus untuk sementara produksi hanya hari Sabtu dan Minggu saja," katanya.
Secara rinci, untuk cookies berbahan baku tepung pisang dengan kemasan 135 gram dipatok dengan harga Rp 30 ribu, sedangkan untuk tepung pisang dengan berat 450 gram dipatok Rp 40.500. Selanjutnya untuk krip atau pisang tipis-tipis satu toples berat 150 gram Rp 30 ribu.
"Memang harga agak tinggi karena bahan bahku pilihan dan sasaran pasar kita juga untuk luar kampung. Apalagi tepung pisang kan gluten free dan ini pakai pisang kapok kuning. Tapi kalau paling laku sementara ini cookies pisang," katanya.
Menyoal penjualan, Zukhroni mengaku masih secara konvensional atau dari mulut ke mulut. Akan tetapi, Zukhroni juga mengaku memasarkan produknya yakni 'Berkah Pisang Dewi Kamsa) secara online meski baru sebatas membuat status pada akun media sosial (medsos) pribadi atau status WhatsApp.
"Sementara penjualan lewat teman-teman, jadi ke kantor lewat media sosial seperti pasang status di WA atau medsos terus biasanya orang-orang penasaran dan mencobanya. Itu lebih efektif biasanya," ujarnya.
Semua itu, menurutnya karena produknya belum mengantongi sertifikasi halal. Namun, dia memastikan akhir tahun ini pengurusan status tersebut sudah selesai dan siap merambah pasaran.
"Setengah tahun ini masih ke legalitas produk, yang lama itu dapat sertifikasi halal biar bisa merambah ke outlet yang besar. Tapi sudah kita urus dan beberapa bulan ini terbit, target Desember produk kita sudah masuk ke outlet," katanya.
Baca artikel di halaman selanjutnya.
Oleh sebab itu, Zukhroni mengaku omzet dari penjualan produk olahan pisang kepok kuning masih dalam tahap berkembang. Apalagi, produksinya masih berlangsung selama dua kali dalam sepekan.
"Omzet perbulan belum banyak mas, sekali buat 11 kilogram. Berarti baru Rp 2,4 juta kali empat, hasilnya sekitar Rp 10 juta dari hasil olahan produk makanan bahan baku pisang," ucapnya.
"Dan omzet juga untuk membayar orang-orang yang produksi selama 8 jam, per orang sehari dibayar Rp 50 ribu. Jadi semua hasil untuk kelompok, bukan untuk pribadi," ucapnya.
Ingin Kembangkan Bakpia Pisang-Olah Limbah Kebun Pisang
Memasuki akhir perbincangan, Zukhroni mengungkapkan keinginannya untuk terus mengembangkan kebung pisang kepok kuning dan produksi olahan pisang tersebut. Untuk produk olahan pisangnya, Zukhroni ingin agar menjadi oleh-oleh khas desa wisata Santan.
"Harapan ke depan, produk dari berkah pisang bisa jadi oleh-oleh khas desa wisata Santan. Karena sudah banyak yang berkunjung ke sini juga," ucapnya.
Selain itu, dia juga ingin mengembangkan olahan baru dari pisang kepok kuning. Produk baru itu nantinya bakal dijual di outlet yang lokasinya strategis dengan sistem membuat langsung di tempat.
"Kita juga ingin mengembangkan bakpia dengan bahan baku tepung pisang dan isiannya dari pisang hanya mainnya di varian rasa. Terus kita ingin buat outlet untuk pemasaran produk berkah pisanag di lokasi-lokasi strategis, tapi outletnya itu berkonsep produksi di situ sehingga fresh," ujarnya.
![]() |
Sedangkan untuk kebun pisang kepok kuning, Zukhroni mengaku jika Pertamina melakukan pendampingan selama lima tahun. Sedangkan pada tahun kedua berjanji untuk membantu revitalisasi kebun pisang.
"Rencana di tahun kedua revitalisasi kebun pisang, jadi tahun ini seharusnya. Ya kita tunggu saja bagaimana realisasinya," katanya.
Apabila revitalisasi kebun telah selesai, nantinya Zukhroni ingin mengolah limbah dari pohon pisang. Menurutnya, dari pengolahan limbah pohon pisang yang benar dapat menghasilkan produk dengan nilai ekonomis.
"Sedangkan untuk kebun pisang ini saya ingin kedepannya kalau sudah lebih baik bisa mengolah limbah pohon pisang. Limbahnya seperti kulit pisang, bonggol pisang, daun pisang kering hingga batang pohon pisang," ucapnya.
"Kalau pohon banyak kan limbah banyak, jadi limbahnya kita olah jadi pakan ternak. Jadi debok, daun dan kulit pisang diolah jadi pakan ternak, nanti digiling dan dicacah pakai mesin lalu difermentasi bisa langsung dijual. Kalau bonggol kan bisa buat kripik," imbuh Zukhroni.
Selain itu, Zukhroni ingin memagari kebun pisang tersebut untuk menghindari gangguan dari hewan-hewan. Zukhroni juga berkeinginan membuat sistem pengairan di kebun tersebut.
"Jadi kalau kebun lebih tertata dan sudah dipagari sistem pengairan dibangun sumur bor beserta instalasinya. Karena selama ini untum menyirami itu pakai tiga pompa, satu dari rumah produksi dan dua dari rumah saya," katanya.
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM