Gray Divorce Itu Apa? Ini Pengertian, Penyebab, dan Cara Mencegahnya

Gray Divorce Itu Apa? Ini Pengertian, Penyebab, dan Cara Mencegahnya

Anindya Milagsita - detikJogja
Selasa, 16 Des 2025 18:10 WIB
Gray Divorce Itu Apa? Ini Pengertian, Penyebab, dan Cara Mencegahnya
Ilustrasi gray divorce. (Foto: freepik/Freepik)
Jogja -

Belakangan ini istilah gray divorce semakin hangat dibicarakan menyusul adanya sejumlah pasangan yang sudah berusia lanjut justru mengajukan perceraian satu sama lain. Lantas, sebenarnya apa itu gray divorce?

Kehidupan rumah tangga dapat diwarnai dengan berbagai persoalan yang membuat hubungan antara pasangan suami dan istri akan menjadi goyah. Pasang surut hubungan pernikahan bukan hanya terjadi pada pasangan muda, tetapi juga dapat terjadi pada pasangan yang sudah lanjut usia. Hal inilah yang bisa saja berpotensi memicu adanya gray divorce.

Singkatnya, gray divorce adalah kondisi saat pasangan yang sudah berusia lanjut memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya. Ada berbagai penyebab yang mampu memicu pasangan mengambil keputusan tersebut. Bahkan beberapa di antaranya bukan hanya urusan cinta saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih dari itu, ada faktor lain yang mampu membuat pasangan yang sudah bersama dalam kurun waktu yang lama justru memilih berpisah. Nah, bagi kamu yang penasaran tentang gray divorce ini, mari simak ulasan informasinya di bawah ini.

Poin Utamanya:

ADVERTISEMENT
  • Gray divorce adalah perceraian yang terjadi pada pasangan usia lanjut yang umumnya dialami oleh orang-orang di atas 50 tahun, meski telah menjalani pernikahan dalam jangka waktu panjang.
  • Penyebab perceraian abu-abu cukup kompleks, mulai dari sindrom sarang kosong, perubahan tujuan hidup, hubungan yang stagnan, masalah kesehatan, perselingkuhan, hingga keinginan untuk hidup lebih mandiri dan bermakna.
  • Perceraian abu-abu dapat dicegah dengan komunikasi terbuka dan refleksi bersama, seperti mempertimbangkan dampak emosional dan finansial, memberi waktu untuk berpikir, menciptakan suasana baru dalam hubungan, serta mencari dukungan dari orang terpercaya atau profesional.

Apa Itu Gray Divorce?

Gray divorce ternyata dikenal sebagai salah satu fenomena unik karena melibatkan kondisi tertentu yang mungkin tidak terbayangkan bagi kebanyakan orang. Menurut laman Paula Lock Smyth Attorney & Counselor At Law, gray divorce adalah perceraian yang melibatkan pasangan usia lanjut.

Seperti namanya, gray divorce menggambarkan pasangan usia lanjut yang memutuskan untuk bercerai. Kata gray atau abu-abu di sini umumnya digunakan sebagai gambaran usia lanjut yang biasanya sudah memiliki rambut yang beruban dan warnanya cenderung abu-abu.

Beberapa gray divorce melibatkan pasangan yang sudah menikah dalam kurun waktu tidak sebentar. Sebagian di antaranya bahkan sudah mengarungi bahtera rumah tangga hingga beberapa dekade lamanya. Bukan hanya itu saja, gray divorce juga kerap diambil oleh pasangan yang telah lama menikah hingga memiliki anak berusia dewasa.

Lebih lanjut, dijelaskan dalam laman Very Well Mind, gray divorce adalah perceraian yang terjadi setelah pasangan melalui pernikahan dalam jangka waktu yang panjang. Umumnya, gray divorce terjadi pada pasangan yang sudah berusia di atas 50 tahun.

Meskipun sudah menikah dan hidup bersama dalam kurun waktu yang lama, tidak sedikit pasangan usia lanjut yang justru dihadapkan pada kondisi tertentu. Kondisi tersebut membuat mereka mempertimbangkan keputusan untuk tak lagi bersama alias berpisah melalui jalur perceraian.

Sebuah laporan yang ditemukan oleh Biro Sensus Amerika Serikat pada tahun 2021 menyebut ada semakin banyak pasangan di usia 65 tahun yang memutuskan bercerai. Padahal mereka sudah menjalani kehidupan bersama hingga puluhan tahun lamanya.

Kenapa Gray Divorce Bisa Terjadi?

Memutuskan bercerai di usia lanjut bukanlah hal dilakukan tanpa alasan belaka. Sebaliknya, ada begitu banyak faktor yang membuat pasangan dengan pernikahan cukup lama justru memutuskan berpisah.

Dikutip dari Cleveland Clinic, ada berbagai penyebab yang memicu gray divorce. Misalnya saja peningkatan harapan hidup, pergeseran pandangan masyarakat soal pernikahan, hingga adanya perubahan budaya di tengah-tengah lingkungan sosial.

Kemudian ada juga cara lain yang mungkin menjadi pertimbangan pasangan usia lanjut memilih bercerai. Sebut saja adanya rasa kurang puas terhadap satu sama lain, hubungan yang terlalu stagnan, memiliki tujuan yang tak lagi sama, merasa kosong, ingin lebih mandiri, hingga harapan untuk mencari koneksi yang lebih bermakna.

Masih dikutip dari Very Well Mind, salah satu faktor utama yang memicu gray divorce adalah empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong. Apa itu sindrom sarang kosong? Singkatnya, sindrom ini muncul saat orang tua sudah ditinggalkan oleh anak-anak mereka.

Di dalam pernikahan, sering kali anak menjadi alasan satu-satunya untuk menjadi sumber ikatan bagi orang tua mereka. Nah, saat anak-anak sudah keluar dari rumah untuk bekerja, hidup mandiri, atau bahkan menikah, terkadang orang tua mereka justru mengalami sindrom sarang kosong.

Beberapa pasangan yang mengalami sindrom sarang kosong terkadang merasa lebih jauh satu sama lain meski tinggal di rumah yang sama. Bukan hanya itu saja, ada sebagian dari mereka yang justru tak lagi memiliki ikatan kuat atau sekadar minat yang sama.

Better Health menyebut sindrom sarang kosong lebih banyak dialami oleh wanita, terutama mereka yang berperan sebagai ibu. Beberapa orang mungkin menjadikan anak-anaknya sebagai hal yang untuk didedikasikan sepanjang hidup. Bahkan sebagian wanita menganggap ibu sebagai peran utama mereka di rumah.

Apabila anak-anak sudah pergi dari rumah, sosok ibu mungkin akan merasa peran terpentingnya sudah selesai. Inilah yang meninggalkan rasa kosong di dalam diri sang ibu. Sebagian ibu mungkin bisa beradaptasi dengan situasi tersebut, tapi ada juga yang lebih rentan setelah mengalami sindrom ini.

Bukan hanya itu saja, masalah kesehatan hingga perselingkuhan juga menjadi penyebab utama terjadinya gray divorce. Beberapa orang usia lanjut yang mendapati pasangannya selingkuh, sulit mendapatkan kepercayaan kembali. Ada juga yang dihadapkan pada kesehatan pasangan yang sedang dalam kondisi serius tidak mampu lagi diatasi. Inilah yang membuat penyebab gray divorce termasuk kompleks.

Cara Mencegah Gray Divorce

Lantas, bagaimana cara mencegah gray divorce agar tidak terjadi? Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar dapat menjadi pertimbangan kembali sebelum memutuskan bercerai di usia lanjut. Masih dihimpun dari laman Very Well Mind dan juga Every Day Health, berikut beberapa di antaranya.

1. Pertimbangkan Dampak yang Dirasakan

Cara mencegah gray divorce pertama bisa dilakukan dengan mempertimbangkan dampak yang dirasakan. Ada berbagai dampak yang bisa dirasakan saat pasangan memutuskan untuk bercerai meski telah mengarungi hidup bersama dalam kurun waktu yang lama. Sama halnya perceraian pada pasangan muda, gray divorce juga dapat memicu dampak tertentu.

Baik itu dampak secara emosional maupun aspek lainnya dalam kehidupan. Beberapa dampak yang bisa dirasakan di antaranya stres, kehilangan, kecemasan, atau bahkan kesepian. Bukan hanya itu saja, gray divorce juga dapat memberikan dampak pada keamanan finansial.

2. Berikan Waktu Sejenak untuk Berpikir

Perceraian bisa dibilang sebagai sebuah keputusan yang cukup besar untuk dibuat oleh pasangan. Saat dihadapkan pada kondisi ini, tentunya diperlukan pertimbangan yang cukup matang dari kedua belah pihak.

Untuk itu, luangkan waktu sejenak agar bisa berpikir dan mencari jalan keluar terbaik pada hubungan pernikahan yang dijalani. Tidak hanya itu saja, mengakhiri hubungan jangka panjang juga mungkin menjadi situasi yang cukup kompleks untuk diambil, sehingga berikan waktu bagi diri sendiri dan pasangan agar dapat memproses itu semua.

3. Menciptakan Komunikasi yang Terbuka

Banyaknya faktor yang memicu gray divorce membuat setiap pasangan mungkin perlu menciptakan komunikasi yang terbuka satu sama lainnya. Bisa saja ada sesuatu terpendam yang mungkin belum bisa diungkapkan selama ini. Dibandingkan membuat keputusan yang gegabah, cobalah agar menciptakan komunikasi yang lebih terbuka.

Sampaikan sesuatu yang mungkin membuat tidak nyaman atau keinginan agar pasangan mengubah kebiasaan tertentu. Dengan cara ini diharapkan pasangan yang berkeinginan untuk bercerai di usia lanjut dapat mempertimbangkannya kembali.

4. Membuat Suasana yang Baru

Selanjutnya, membuat suasana yang baru di dalam hubungan mungkin bisa dipertimbangkan untuk dilakukan. Hubungan pernikahan yang langgeng bertahun-tahun bukan berarti tidak akan diselimuti perasaan bosan. Sebaliknya, terjebak dalam rutinitas dan orang yang sama justru dapat memicu pasangan merasa hubungannya menjadi stagnan.

Untuk bisa mengatasinya, tidak ada salahnya membuat suasana baru di dalam hubungan. Misalnya saja melakukan berbagai hobi atau rutinitas baru yang mungkin belum pernah dicoba sebelumnya. Bukan hanya itu saja, dengan terciptanya suasana yang baru diharapkan juga dapat membuat terciptanya ketertarikan satu sama lain untuk tumbuh bersama sebagai pasangan.

5. Carilah Sumber Dukungan

Dihadapkan pada keinginan bercerai saat sudah menikah dalam waktu yang lama membuat orang yang mengalaminya mungkin dalam kondisi yang rentan. Untuk itulah, jangan ragu mencari sumber dukungan kepada orang-orang terpercaya saat dihadapkan pada situasi tersebut.

Cobalah membagikan apa yang dirasakan kepada orang yang dipercaya dan mintalah pendapat kepadanya. Tidak ada salahnya mencari bantuan kepada psikolog atau mereka yang profesional dalam aspek hubungan agar bisa mendapatkan sudut pandang baru tentang keputusan yang akan diambil nantinya.

Demikian tadi penjelasan mengenai gray divorce itu apa lengkap dengan alasan di balik itu semua dan cara agar bisa mencegahnya. Semoga bermanfaat, ya.




(sto/apl)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads