Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto hari ini. Bersama Soeharto, 9 nama tokoh lain juga diberikan tanda gelar kepada ahli warisnya.
Disadur dari detikNews, pemberian gelar Pahlawan Nasional dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta pada Senin (10/11/2025). Secara simbolis, Prabowo menyerahkan plakat monumen Taman Makam Pahlawan dan map yang dikemas dalam kotak kaca.
Sembari penyerahan plakat, pembawa acara membaca jasa dari masing-masing tokoh. Khusus almarhum Jenderal Soeharto, ia disebut sebagai pahlawan di bidang perjuangan. Sosoknya dikenal sebagai wakil komandan BKR Jogja yang memimpin pelucutan senjata Jepang di Kota Baru tahun 1945.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masa Kecil Soeharto
Berdasar keterangan dari dokumen unggahan Perpustakaan IIQ An Nur Yogyakarta, Soeharto lahir tanggal 8 Juni 1921 di Kemusuk, Argomulyo, Bantul, Jogja. Ia adalah putra dari Kertosudiro dan Sukirah.
Lebih lanjut, dikutip dari buku Hari-hari Terakhir Jejak Soeharto setelah Lengser 1998-2008 yang terbit tahun 2008, belum genap usia 40 hari, Soeharto sudah dititipkan kepada Mbah Kromo. Hal ini disebabkan kondisi ibunya yang sakit sehingga tidak bisa menyusui.
Bersama Mbah Kromo, Soeharto diajar berdiri dan berjalan. Ia juga sering diajak ke sawah untuk menggaru. Kehidupan sehari-harinya di sawah tidak bisa dilepaskan dari kegemaran mandi lumpur, mencari belut, hingga menggiring kerbau.
Ikatan pernikahan orang tua Soeharto sendiri tidak berlangsung lama. Setelah bercerai, ibunya menikah dengan Purnama (Atmopawiro). Ketika menginjak usia 4 tahun, Soeharto kembali ke pelukan ibu kandungnya.
Riwayat Pendidikan Formal Soeharto
Sosok yang mendapat julukan The Smiling General (Jenderal yang Tersenyum) ini memulai pendidikan di jenjang SD kala berumur 8 tahun. Mulanya, ia belajar di SD Puluhan, lalu pindah ke SD Pedes.
Tamat SD, Soeharto meneruskan riwayat pendidikannya ke SMP Muhammadiyah di Jogja. Keterbatasan ekonomi keluarga menyebabkannya tidak bisa lanjut sekolah ke jenjang lebih tinggi setelah SMP.
Karier Militer Soeharto
Dirujuk dari buku Biografi Daripada Soeharto tulisan A Yogaswara, siapa sangka, seorang Soeharto memulai kariernya sebagai seorang pembantu klerek di bank desa. Tiap hari, ia mengayuh sepeda keliling kampung, bertemu rakyat yang ingin mengajukan pinjaman.
Dalam kondisi serba terbatas, Soeharto yang sudah berhenti bekerja di bank desa, mengalihkan pandangan ke dunia militer. Ia memutuskan untuk mendaftarkan diri ke Koninklijk Nederlans-Indisch Leger (KNIL). Latihan militer pertamanya dimulai pada 1 Juni 1940.
Singkat cerita, kalahnya Belanda dan masuknya Jepang ke Indonesia membuat Soeharto waswas. Ia kembali ke Jogja dan mendaftar Keibuho. Namun, atas saran kepala polisi Jepang, ia mengajukan diri ke Pembela Tanah Air alias PETA. Perjalanannya di PETA gemilang, terbukti dengan penunjukan Soeharto sebagai pelatih para calon Bundancho di PETA tahun 1944.
Pada masa kemerdekaan, Soeharto lantas bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Bersama Umar Slamet, Soeharto memimpin BKR Jogja dengan persenjataan yang tidak memadai. Di bawah pimpinannya, BKR yang telah berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menyerbu asrama Jepang di Kotabaru pada 7 Oktober 1945.
Perkembangan selanjutnya, Soeharto yang telah diangkat sebagai mayor dan menakhodai Batalion X turut berpartisipasi dalam Palagan Ambarawa. Keberaniannya membuat Soeharto diangkat menjadi Komandan Resimen III Divisi IX dengan pangkat letnan kolonel.
Peranan Soeharto dalam tubuh tentara Indonesia tidak bisa dipandang remeh. Salah satunya, ia turut serta dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Namun, ia juga pernah dipecat oleh Jenderal AH Nasution pada 17 Oktober 1959 karena diketahui menyalahgunakan institusi militernya.
Pemberhentian itu justru membuat karier Soeharto melejit. Pria kelahiran Bantul ini kemudian bertugas sebagai Atase Militer RI di Beograd, Paris, dan Bonn. Tahun 1962, pangkatnya naik menjadi mayor jenderal. Tidak lama, Soeharto dipromosikan jadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.
Dalam Pemberontakan G30S/PKI yang terkenal, kiprah Soeharto mencuat, memberinya jalan menjadi orang nomor 1 di Republik Indonesia. Tercatat, per 1968, Soeharto mengemban amanah baru sebagai Presiden RI.
Soeharto sebagai Presiden ke-2 RI
Soeharto menjabat Presiden RI selama 32 tahun. Tiap lima tahun sekali, ia terpilih menjadi presiden lagi. Di antara prestasinya sebagai presiden adalah memelopori program Wajib Belajar. Tujuan program ini mulanya adalah membebaskan murid-murid dari biaya pendidikan. Lama-kelamaan, berkembang menjadi Wajib Belajar 9 tahun.
Peran lainnya adalah memulai kampanye Keluarga Berencana (KB) untuk menghindari ledakan penduduk. Mengingat, pertumbuhan yang masif berpotensi menyebabkan masalah kelaparan hingga kurangnya lapangan pekerjaan. Akibat program inilah, pertumbuhan penduduk Indonesia menjadi terkendali.
Kepemimpinan Soeharto tidak lepas dari kritik. Diringkas dari tulisan ilmiah berjudul Berakhirnya Pemerintahan Presiden Soeharto Tahun 1998 oleh Lilik Eka Aprilia dkk, ketidakstabilan politik pada masanya menjadi salah satu hal yang menjadi sorotan sampai sekarang.
Pemerintahan Orde Baru membatasi ruang demokrasi dan kebebasan dalam berpendapat. Di samping itu, maraknya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) juga jadi sorotan. Situasi ini memicu demonstrasi besar-besaran dari kalangan mahasiswa dan rakyat.
Menurut keterangan dari Museum Pendidikan Nasional, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998. Bacharuddin Jusuf Habibie yang sebelumnya berposisi sebagai wakil presiden, naik menggantikan Soeharto.
Sepuluh tahun setelah meletakkan posisinya sebagai presiden, kesehatan Soeharto menurun. Ia sempat dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan. The Smiling General menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu, 27 Januari 2008 dalam usia 87 tahun.
Demikian profil ringkas Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia yang didapuk sebagai Pahlawan Nasional hari ini. Semoga bermanfaat!
(par/apl)












































Komentar Terbanyak
Termasuk Roy Suryo, Ini Daftar 8 Tersangka Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi
Peran Roy Suryo cs Tersangka Kasus Ijazah Jokowi: Editing-Manipulasi Digital
Apa Bedanya Hamengku Buwono, Paku Alam, Paku Buwono, dan Mangkunegara?