Early Warning System (EWS) Tsunami yang terpasang di Balai Kalurahan Karangwuni, Wates, Kulon Progo, tiba-tiba meraung hingga membuat panik masyarakat. Meski penyebab pastinya belum terkuak, ada saja masyarakat yang mengaitkan kejadian ini dengan hal mistis. Lantas, bagaimana sebenarnya sistem kerja EWS tersebut?
Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Sunardi, menjelaskan EWS Tsunami di Karangwuni masih menggunakan sistem manual, di mana terdapat operator yang bertugas untuk mengaktifkan tombol sirine tanda bahaya. Sirine ini hanya boleh diaktifkan jika terdeteksi gempa yang berpotensi tsunami berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau dalam rangka uji coba.
"Untuk pembunyiannya itu manual dari ruang operator. Namun itu boleh digerakkan dengan kriteria pertama hanya dibunyikan setiap tanggal 26 setiap bulannya pada jam 10 dengan tanda sirine uji coba. Jadi ada narasinya ini hanya uji coba, sehingga mohon diabaikan saja. Kedua ketika terjadi gempa bumi yang besar disertai peringatan dini dari BMKG bahwa gempa berpotensi tsunami. Itu kapan saja terjadi gempa potensi tsunami, boleh dibunyikan," jelas Sunardi saat dihubungi detikJogja, Rabu (17/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak yang dipercaya jadi operator EWS yaitu dari BNPB, Vendor penyedia EWS dan petugas di Pusdalops BPBD Kulon Progo. Namun, karena EWS ini dalam proses serah terima dari BNPB ke Pemkab Kulon Progo, maka kewenangan untuk pengoperasian EWS masih berada di ranah BNPB dan pihak vendor. Sedangkan untuk petugas Pusdalops BPBD baru sebatas pemantau sistem EWS.
![]() |
"Ini berkaitan dengan Standard Operasional Prosedur (SOP) pembunyian sirine tanda bahaya atau ancaman. Nah SOP-nya itu yang membunyikan (Sirine EWS) bisa dari pusat, dalam hal ini BNPB, tapi saat ini masih dalam penguasaan vendor. Kedua dari pemerintah daerah setempat, dalam hal ini dilimpahkan kepada perwira jaga Pusdalops BPBD Kulon Progo," ujarnya.
Sedangkan untuk aktivasi tombol sirine, lanjut Sunardi dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama lewat sistem jarak jauh yang terintegrasi dengan pusat kontrol baik itu di BNPB, Vendor maupun Pusdalops BPBD Kulon Progo. Sedangkan cara kedua dilakukan dengan membuka panel box yang terpasang pada tower EWS, lalu memencet saklar di dalamnya.
"Bisa (membunyikan secara manual), tapi harus buka kunci panel box, terus di situ ada tombol uji sirine untuk dipencet. Jadi ada manualnya, bisa juga digerakkan jarak jauh oleh Pusdalops, BNPB maupun vendor," jelas pria yang juga Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Karangwuni tersebut.
Penyebab Masih Teka Teki
Sunardi mengatakan saat EWS Tsunami di Karangwuni tiba-tiba meraung pada Sabtu (6/9/2025) malam, dirinya langsung minta konfirmasi kepada operator baik itu yang ada di vendor maupun pemantau di Pusdalops BPBD Kulon Progo. Hasilnya, tidak ada operator yang membunyikan EWS tersebut lewat sistem jarak jauh.
"Saat sirine berbunyi, saya langsung konfirmasi ke pusdalops apakah ada yang menggerakkan kontrol, tapi katanya nggak ada. Saya juga coba konfirmasi ke vendor, dan hasilnya sama. Tidak ada yang menggerakkan juga," ujarnya.
Sunardi mengatakan berdasarkan hasil pengecekan langsung, diketahui bahwa kondisi panel tombol sirine yang terpasang pada tower EWS dalam posisi terkunci. Ketika dibuka bersama dengan petugas Pusdalops BPBD Kulon Progo, posisi saklar dalam keadaan mati.
"Ketiak dicek kondisi panel box perangkat EWS ternyata masih terkunci rapat. Saat dibuka, kondisi saklar tombol sirine di dalamnya juga dalam keadaan off semua, tapi entah kenapa bisa bunyi," ujarnya.
Sunardi juga melakukan pengecekan CCTV yang terpasang di sekitar lokasi untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas manusia di situ. Namun, hasilnya nihil.
"Nah di situ juga ada kamera CCTV baik yang terpasang di tower dan balai desa. Tapi pas kami cek gak ada orang yang menggerakkan," terangnya.
"Jadi bahasa ilmiahnya error. Cuma kamu belum tahu erornya di mana, sementara masih nunggu pemeriksaan pihak vendor," imbuhnya.
Apa yang disampaikan Sunardi dibenarkan oleh Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, Rehabilitasi dan Konstruksi BPBD Kulon Progo, Muh Juaini. Dia mengatakan bahwa EWS Tsunami di Karangwuni masih proses serah terima sehingga belum sepenuhnya berada di bawah kewenangan pihaknya. Saat ini BPBD masih menunggu hasil pemeriksaan dari pihak vendor penyedia EWS.
![]() |
"Nah itu sudah cek fisik dan itu nanti akhirnya akan dihibahkan ke Pemkab Kulon Progo. Jadi secara kewenangan untuk mengoperasionalkan itu masih di penyedia (vendor). Nah tiba-tiba kejadian kemarin itu ya, yang jelas kita sudah buat laporan ke penyedia dan BNPB untuk dicek kembali," terangnya.
Diberitakan sebelumnya sirine dari alat Early Warning System (EWS) Tsunami yang terpasang di Kalurahan Karangwuni, Kapanewon Wates, Kulon Progo, tiba-tiba berbunyi pada Sabtu (6/9/2025) malam. Hal ini sempat bikin heboh masyarakat karena khawatir akan terjadinya bencana hingga ada yang memutuskan mengungsi. Namun ternyata, kemunculan bunyi tersebut karena sistem EWS sedang eror.
Lurah Karangwuni, Anwar Musadad menjelaskan bunyi sirine dari EWS di Karangwuni pertama kali muncul pada Sabtu (6/9/2025) sekitar pukul 23.15 WIB. "Iya, bunyinya lumayan kencang sampai bikin masyarakat kaget," ucapnya saat dimintai konfirmasi wartawan Minggu (7/9/2025).
Anwar menyebut bunyi sirine itu membuat kaget warga yang tinggal di wilayah Karangwuni. Tak sedikit warga yang akhirnya mengungsi karena khawatir terjadi bencana alam. "Bahkan ada warga yang sudah pergi evakuasi diri ke tempat aman," ujarnya.
Selain mengungsi, beberapa warga juga mendatangi kantor Balai Kalurahan Karangwuni, tempat di mana sirine itu terpasang. Mereka lanjut Anwar, datang untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi.
"Ya, ada cukup banyak yang datang ke sini buat memastikan karena memang bunyi sirine tak kunjung mati. Akhirnya kami telepon BPBD untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi," jelasnya.
Dikaitkan dengan Mistis
Bersamaan dengan itu, muncul kabar miring yang mengaitkan kejadian tersebut dengan hal-hal mistis. "Ya, memang ada masyarakat yang bilang bahwa di Balai Desa Karangwuni (lokasi EWS) sering ada penampakan makhluk halus, jadi EWS itu diduga dibunyikan oleh wujud gaib," ujar Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, yang juga Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Karangwuni, Sunardi saat dimintai konfirmasi wartawan, Selasa (16/9/2025).
Sunardi mengatakan kabar ini muncul setelah informasi soal tidak ditemukan adanya kerusakan fisik yang nampak pada EWS berkembang di masyarakat. Ini diperkuat dengan sistem EWS yang sebenarnya baru bisa dibunyikan apabila ada yang memencet tombol khusus. Sehingga, dugaan penyebab EWS bisa bunyi sendiri mengarah pada hal tersebut.
"Jadi meski kondisinya aktif, EWS ini perlu ada yang menekan tombolnya agar bisa berbunyi. Sementara saat pengecekan kemarin, tidak ada yang mengotak-atik dan panel boxnya dalam kondisi tertutup rapat. Sehingga berkembang cerita di masyarakat tentang sosok gaib yang diyakini membunyikan EWS," terangnya.
Lurah Karangwuni, Anwar Musadad tak menampik adanya kabar tersebut. Dia mengatakan salah satu alasan kabar ini bisa muncul karena saat pemasangan EWS untuk pertama kalinya di Balai Kalurahan Karangwuni tidak disertai dengan acara adat seperti doa bersama.
"Iya, kalau dari masyarakat memang ada yang (meyakini) begitu. Jadi berkembang bahwa yang membunyikan itu semacam demit atau mahluk halus," ujarnya.
Meski begitu, kabar ini belum dapat dipastikan kebenarannya. Setidaknya sampai pihak vendor bisa menemukan penyebab pasti erornya EWS Tsunami di Karangwuni. "Untuk pastinya tetap harus nunggu hasil pemeriksaan," ujar Anwar.
Komentar Terbanyak
Pakar UII Tak Percaya Ada Beking di Kasus Ijazah Jokowi: Ini Perkara Sepele
Siapa Beking Isu Ijazah yang Dicurigai Jokowi?
Isu Ijazah Jokowi Dinilai Sengaja Dipelihara, Siapa Sosok yang Diuntungkan?