Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo menyebut Kota Jogja masuk kondisi darurat sampah. Ia pun berencana membagikan ember kepada warga sebagai salah satu cara mengatasi permasalahan ini.
Hasto menyebut kedaruratan masalah sampah ini muncul setelah banyaknya depo-depo yang dipenuhi gunungan sampah dalam beberapa waktu belakangan. Hal itu diakibatkan berkurangnya pengiriman sampah ke TPA Piyungan.
"Ini kondisi cukup darurat, karena memang begitu Piyungan hanya bisa menerima 600 ton sebulan sedangkan kita produksi 300 ton sehari. Bisa anda bayangkan itu," ungkap Hasto saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Selasa (16/9/2025).
"Sampai bulan Juli, kami masih bisa membawa ke Piyungan. Tapi mulai Agustus sampai akhir tahun kita hanya dijatah 2.400 ton selama empat bulan, sebulan hanya 600 ton. Ini yang menjadi over di depo," sambungnya.
Guna mengatasi masalah sampah yang tak kunjung usai ini, Hasto mengaku telah menyiapkan langkah terbaru. Yakni dengan membagikan ember-ember kepada warga agar diisi dengan sampah rumah tangga dan tidak dibuang ke depo-depo.
"Saat ini, sisa makanan dapur sehari dari Kota Jogja hampir 100-125 ton. Mulai dari rumah makan, angkringan dan sebagainya. Kami ingin menyelamatkan itu untuk dipilah dengan cara membagaikan ember agar tidak jadi satu dengan sampah lain," jelasnya.
"Kami akan membagikan ember ke warga, kemudian kita ambili sampah dan tidak dibawa ke depo. Karena sisa makanan itu ada yang bisa dimanfaatkan untuk ternak, budidaya maggot, dan sebagainya," imbuhnya.
Ember-ember itu akan dibagikan secara masif melibatkan perangkat desa. Dengan ember-ember itu, Hasto berharap sampah organik rumah tangga tidak dibuang ke depo. Nantinya, ia akan melibatkan banyak OPD untuk menjemput ember-ember itu.
"Kami akan mengarahkan Satpol PP, Linmas, dan tenaga yang ada untuk bergerak jemput sampah ke rumah khusus sampah organik basah," ungkap Hasto.
Selain ke warga, lanjut Hasto, para penggerobak juga akan dibekali dua ember. Fungsinya juga untuk memilah sampah organik dan nonorganik sebelum ke depo.
"Kemudian penggerobak kita beli gerobak lagi 600. Satu gerobak kami kasih dua ember. Kalau dulu kan penggerobak belum ada embernya, sekarang ada embernya supaya sampah organik basah masuk ember. Tidak masuk ke depo," urainya.
"Penggerobak 1.200 saya bekali masing-masing dua ember 25 kg. Penggerobak bisa menjadi collecting. Beberapa wilayah nanti masing-masing rumah dapet alat untuk mengumpulkan sampah organik," pungkas Hasto.
Simak Video "Video: Prosesi Langka Jejak Banon di Jogja, Cuma Ada Tiap 8 Tahun!"
(aku/ams)