Hasto Bagi-bagi Ember buat Pilah Sampah di Jogja, Pakar UKDW Beri Saran Ini

Hasto Bagi-bagi Ember buat Pilah Sampah di Jogja, Pakar UKDW Beri Saran Ini

Adji G Rinepta - detikJogja
Rabu, 17 Sep 2025 18:01 WIB
Spanduk Nagih Janji di gunungan sampah depo Jalan Katamso, Jogja, Selasa (16/9/2025).
Spanduk 'Nagih Janji' di gunungan sampah depo Jalan Katamso, Jogja, Selasa (16/9/2025). (Foto: Adji G Rinepta/detikJogja)
Jogja -

Pakar bioteknologi dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogja, Haryati Sutanto, memberikan saran terkait program pembagian ember untuk memilah sampah atau emberisasi yang dicanangkan Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo. Pemberian warna pada ember tersebut menjadi penting agar masyarakat terbiasa memilah sampah.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Promosi Fakultas Bioteknologi UKDW itu menilai langkah Wali Kota Jogja itu memang seperti langkah yang sederhana. Namun menurutnya langkah itu memiliki makna yang lebih besar.

"Ini baik, sudah diinisiasi gitu. Sepertinya sederhana tapi mestinya maknanya besar. Mungkin nanti berikutnya akan lebih dikembangkan," ujar Haryati saat dihubungi detikJogja, Rabu (17/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan tanpa alasan, Haryati menilai, penyebab utama masalah sampah di Jogja adalah kesadaran masyarakat itu sendiri. Upaya pemilahan sampah dari masyarakat, menurutnya, adalah upaya paling awal untuk memunculkan kesadaran masyarakat akan sampahnya.

ADVERTISEMENT

Sejalan dengan emberisasi ini, yang difungsikan sebagai pemisah antara sampah organik yang langsung bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, komposting, hingga magot.

"Ini kan seperti gerakan sederhana, dipisah, dipilah gitu. Dan di tempat lain, di negara lain sudah begitu. Yang jadi masalah kan kita belum terbiasa, belum terbentuk karakter memilah sampah itu," ungkapnya.

Haryati berharap emberisasi ini bisa dikembangkan lagi hingga mampu menjadikan kegiatan pemilahan sampah menjadi budaya masyarakat. Ia mencontohkan dengan mensinkronkan dan mematenkan warna ember pemilah sampah.

"Ke depan bisa ditentukan ember sampah organik warnanya apa, ember sampah kertas warnanya apa, ember sampah botol warnanya apa, sampah anorganik warnanya apa. Itu harusnya diseragamkan, bahkan sampai tingkat nasional," paparnya.

"Sekarang kan belum seragam, kita masih ada kebingungan, karena masing-masing menciptakan warna sendiri," imbuh Haryati.

Warna yang disepakati ini, kata Haryati, nantinya bisa diaplikasikan ke seluruh tempat sampah baik di tempat umum, fasilitas umum, hingga instansi, sehingga seragam. Warna yang seragam, bisa menjadi pembiasaan masyarakat.

"Itu ditempatkan di seluruh tempat kegiatan, sehingga anak kecil pun tahu di mana dia harus membuang bungkus permen di tong sampah warna apa. Kalau sudah ada keseragaman saya pikir otomatis, anak kecil sudah belajar di sekolahnya lama-lama akan terbiasa, di tempat umum dia pasti terbiasa," ujarnya.

Program emberisasi sendiri tak hanya diperuntukkan bagi warga, namun juga penggerobak. Pasalnya, yang terjadi sekarang ini masyarakat sudah memilah sampahnya, namun di gerobak atau depo justru dicampur kembali.

Dengan emberisasi hingga ke penggerobak ini, kata Haryati, sampah yang sudah dipilah warga akan tersalurkan dengan sesuai.

"Di tingkat rumah tangga sudah sadar memilah sampah, tapi nanti ujungnya dicampur lagi, sudah capek di hulu memilah di hilirnya dicampur lagi," pungkasnya.

Sebelumnya, guna mengatasi masalah sampah yang tak kunjung usai, Hasto menyiapkan langkah dengan membagikan ember-ember kepada warga agar diisi dengan sampah rumah tangga dan tidak dibuang ke depo-depo.

"Saat ini, sisa makanan dapur sehari dari Kota Jogja hampir 100-125 ton. Mulai dari rumah makan, angkringan dan sebagainya. Kami ingin menyelamatkan itu untuk dipilah dengan cara membagaikan ember agar tidak jadi satu dengan sampah lain," jelasnya, Selasa (16/9).

"Kami akan membagikan ember ke warga, kemudian kita ambili sampah dan tidak dibawa ke depo. Karena sisa makanan itu ada yang bisa dimanfaatkan untuk ternak, budidaya maggot dan sebagainya," imbuhnya.

Ember-ember itu akan dibagikan secara masif melibatkan perangkat desa. Dengan ember-ember itu, Hasto berharap sampah organik rumah tangga tidak dibuang ke depo. Nantinya, ia akan melibatkan banyak OPD untuk menjemput ember-ember itu.

"Kami akan mengarahkan Satpol PP, Linmas, dan tenaga yang ada untuk bergerak jemput sampah ke rumah khusus sampah organik basah," ungkap Hasto.




(apl/alg)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads