Kasus TBC di Indonesia Rangking 2 di Dunia, Bagaimana di DIY?

Kasus TBC di Indonesia Rangking 2 di Dunia, Bagaimana di DIY?

Adji G Rinepta - detikJogja
Jumat, 05 Sep 2025 19:07 WIB
Asia little girl cough and waer hygienic mask.Virus protection and health care concept.
Ilustrasi batuk TBC. Foto: Getty Images/iStockphoto/kwanchaichaiudom
Jogja -

Indonesia menempati posisi dua sebagai negara dengan kasus penyakit paru-paru menular, Tuberkulosis (TBC) di dunia. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri, ribuan kasus TB ditemukan sepanjang 2024. Berikut penyebab banyaknya kasus TB yang ditemukan di DIY.

"Kasus TB di Indonesia adalah terbanyak kedua se dunia," terang Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembajun Setyaningastutie usai menghadiri acara Pertemuan Ilmiah Khusus (PIK) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) XVIII di Jogja, Jumat (5/9/2025)

Sedangkan di DIY, kata Pembajun, meski ditemukan ribuan kasus TB pada tahun 2024, namun DIY tidak menjadi provinsi dengan temuan kasus TB terbanyak se-Indonesia. Meski begitu ia tak membeberkan peringkat DIY untuk temuan kasus TB di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di DIY, lanjutnya, perkara lingkungan dan perilaku tidak bisa dikesampingkan dari banyaknya kasus TB di DIY. Terutama di kawasan pemukiman yang kumuh hingga kebiasaan merokok.

ADVERTISEMENT

"Temuannya 2023 kita bisa menemukan 6.915 kasus di DIY, tahun 2024 semakin banyak lagi hampir 7.000 kasus," papar Pembajun.

"DIY itu sebenarnya di tengah-tengah, karena provinsi kecil dan jumlah penduduknya tidak sebanyak Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur. Itu yang banyak di sana, karena jumlah penduduknya sih," imbuhnya.

Meski begitu, Pembajun bilang, banyaknya kasus TB yang ditemukan di DIY justru mengindikasikan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri yang semakin tinggi. Dengan begitu, angka penularan bisa ditekan.

"Gejalanya batuk lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, demam tanpa penyebab yang jelas, itu ditengarai sebagai suspek," ujar Pembajun.

"Satu stigma, kita tahu bahwa itu TBC jangan lalu dijauhi, justru dirangkul untuk diobati. Karena kalau nggak dia akan kemana-mana. Dikucilkan jadi tidak punya motivasi untuk sembuh," imbuhnya.

Ketua PDPI DIY, dr Handris Utama Citra Wahyudin menambahkan, tingginya angka TB yang ditemukan di DIY sejalan dengan upaya pihaknya terus menerus menjalankan program untuk menemukan kasus TB di masyarakat.

"Kenapa angka TB di Jogja tinggi, jadi sebenarnya kita memiliki program Active Case Finding, kita jemput bola ke masyarakat untuk memeriksa TBC, dari situ kami banyak mendapatkan. Makanya seolah-olah TB di Jogja itu tinggi," ungkapnya.

Sementara, Dokter spesialis paru yang juga Sekjen PDPI, dr Anna Rozaliyani justru menilai tingginya angka kasus di DIY justru mencerminkan upaya penemuan kasusnya bagus.

Ia mengibaratkan dengan fenomena gunung es yang hanya kecil terlihat tapi besar di dasarnya. Banyaknya kasus TB yang ditemukan lebih baik karena bisa langsung diobati dan memutus rantai penularan di masyarakat.

"Ketika kita lebih cepat menangani TB, satu kita mengurangi potensi penularan, dua mengurangi efek karena infeksi TB itu terutama pada anak-anak, orang tua," ungkap Anna.

"Sekarang kan screeningnya kan lebih awal, jadi kita mengenal adanya Terapi Pencegahan TB. Jadi kasus-kasus yang infeksinya laten, ada infeksi tapi belum menunjukan gejala, kita segera tangkap segera kita obati," lanjutnya.




(afn/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads