Mahfud Sebut Jogja Barometer 'Panas-Dingin' Indonesia: Jangan Sampai Chaos

Mahfud Sebut Jogja Barometer 'Panas-Dingin' Indonesia: Jangan Sampai Chaos

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 04 Sep 2025 15:50 WIB
Eks Menkopolhukam, Mahfud MD, di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Kamis (4/9/2025).
Eks Menkopolhukam, Mahfud MD, di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Kamis (4/9/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Eks Menkopolhukam Mahfud Md mengajak seluruh masyarakat Jogja menjaga kondusivitas daerahnya di saat aksi demonstrasi masih marak di berbagai wilayah. Ia menyebut Jogja sebagai barometer 'panas-dinginnya' Indonesia.

"Masih sama pandangan saya, Jogja itu barometer. Kalau Jogja panas, biasanya seluruh Indonesia ikut panas. Kalau Jogja masih dingin, biasanya semuanya bisa berakhir dingin," kata Mahfud saat ditemui di Kompleks Kepatihan Kota Jogja, Kamis (4/9/2025).

"Oleh sebab itu, mari kita jaga aja Jogja ini, jangan sampai apa timbul situasi yang chaos dari sini," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahfud juga menyebut gelombang demonstrasi yang terjadi belakangan ini adalah aksi organik atas keadaan yang terjadi di Indonesia saat ini.

"Saya sudah berkali-kali katakan bahwa munculnya demo ini aslinya adalah organik. Organik itu ada alasan-alasan yang memang muncul dari bawah dan riil," ujar Mahfud.

ADVERTISEMENT

"Cuma kemudian ada yang menunggangi. Menunggangi dengan mendalangi itu berbeda. Kalau mendalangi itu dia yang merencanakan, lalu dia yang menggerakkan. Ini nggak, masyarakat organik, makanya tidak tersentuh oleh intelijen sebelumnya, tiba-tiba muncul," imbuhnya.

Terkait siapa yang menunggangi aksi organik masyarakat ini, Mahfud enggan menduga-duga. Ia lebih fokus kepada pokok masalah yang mendasari adanya aksi massa yang muncul secara organik ini.

Ia bilang, aksi massa di berbagai wilayah ini muncul karena kemarahan yang akumulatif soal berbagai kebijakan pemerintah. Menurutnya, pemerintah seakan bergurau saat menanggapi masalah yang muncul.

"Karena pemicunya muncul ya, (reaksi) organiknya muncul juga. Nah, kemudian ada yang menunggangi macam-macam teori-teorinya itu. Saya tidak tahu siapa, dan saya tidak ingin tahu siapa penunggangnya," ujar Mahfud.

"Tetapi pokok masalahnya itu akumulasi kekecewaan publik terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pernah ditanggapi serius. Jadi bertumpuk-tumpuk masalah, nggak perlu ditanggapi, terkadang malah hanya diketawain, disindir, macam-macam. Sehingga kemudian muncul gerakan itu," pungkasnya.




(dil/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads