Dinkes Ungkap Sebab Ratusan Murid 4 SMP di Mlati Sleman Keracunan MBG

Dinkes Ungkap Sebab Ratusan Murid 4 SMP di Mlati Sleman Keracunan MBG

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Selasa, 26 Agu 2025 15:11 WIB
ilustrasi keracunan
ilustrasi keracunan. Foto: Dok.Detikcom
Sleman -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mengungkap dugaan keracunan pangan yang terjadi di empat sekolah daerah Kapanewon Mlati. Berdasarkan hasil uji laboratorium, terdapat cemaran bakteri di makanan yang dikonsumsi.

Diketahui, ratusan siswa diduga mengalami keracunan akibat menyantap makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Mereka meliputi siswa SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMPN 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati.

"Kami bisa sampaikan bahwa keracunan pangan yang terjadi di Kecamatan Mlati kemarin itu masih dimungkinkan karena cemaran dari bakteri Escherichia Coli, kemudian Clostridium species, dan Staphylococcus," kata Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama, kepada wartawan, Selasa (26/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cahya menjelaskan, tiga bakteri itu ditemukan pada sampel makanan dan muntahan serta feses siswa yang mengalami keracunan.

ADVERTISEMENT

"Secara umum aja, rawon, nasi lalapan, muntahan, tapi kita kebanyakan yang kita periksa ini dari muntahan, sama feses yang kemarin di rumah sakit," jelasnya.

Bakteri itu, lanjut Cahya, dicurigai berasal dari air atau dari tempat SPPG atau ada alatnya. Oleh karena itu, Dinkes Sleman memberikan beberapa rekomendasi untuk SPPG.

"Karena rekomendasi yang kita berikan, yang satu seperti tadi, adalah memberikan klorinisasi atau istilahnya terhadap sumber-sumber air yang digunakan untuk masak itu dijaga supaya tidak tercemar dengan e-coli," ujarnya.

"Kita intervensi kalau memang sudah ada e-coli yang tinggi, kita kasih tindakan dengan pemberian klor atau klorinisasi," imbuhnya.

Selain itu, untuk pegawai dapur MBG, harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Kemudian PHBS untuk dapurnya sendiri itu, untuk yang memasak SPPG-nya itu, atau mungkin untuk tukang dapurnya yang penjamah makanannya, istilahnya penjamah makanannya itu harus betul-betul menerapkan PHBS," ujarnya.

Cahya melanjutkan, data terakhir dari empat sekolah total ada 379 orang yang mengalami keracunan. Dari jumlah tersebut 18 orang harus menjalani rawat inap.




(apu/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads