Viral di media sosial curhatan warga yang mengeluhkan pengelolaan sampah yang dibakar di kawasan Stadion Mandala Krida, Kota Jogja. Pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) mendorong peran dari Pemerintah Provinsi DIY untuk pengelolaan sampah.
Keluhan warga tersebut diunggah dalam postingan akun X @merapi_uncover. Terlihat asap mengepul dari tempat pembakaran sampah di area luar Stadion Mandala Krida Jogja.
"Min, nderek nitip keluhan. Identitas saya mohon dirahasiakan. Saya sering kali olahraga di mandala krida tapi pengelolaan sampah di mandala krida ini masih sering dibakar. Ini kan jadi polusi udara dan menjadi ketidaknyamanan untuk olahraga. Sangat aneh di dalam stadion yg digunakan untuk fasilitas olahraga masa malah bakar sampah. Ini sangat mengganggu orang yang olahraga dan kadang asapnya sampai memenuhi jalan raya yg ada di selatannya, ini jg bahaya untuk pengguna jalan, padahal di sebelah barat stadion itu ada depo sampah, kenapa tidak dibuang disana saja ya??,"tulis @merapi_uncover seperti dilihat detikJogja, Jumat (8/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti pengelolaan sampah terintegrasi dari Fakultas Teknik UGM, Ir. Wiratni, buka suara terkait hal ini. Menurutnya, jika hal ini terus berlanjut, 1 hingga 2 tahun ke depan bukan tak mungkin akan timbul polusi udara yang cukup tinggi di Jogja.
"Akibat kita menghirup ini ya partikel-partikel dari pembakaran sampah itu tentu berdampak, bahwa (asap) merokok saja itu dikampanyekan apalagi asapnya dari sampah yang kita nggak tahu isinya, tentu bukan cuma tembakau sama kertas saja. Kalau sampah itu kan lebih banyak macam-macam lagi," kata Wiratni saat dihubungi detikJogja, Jumat (8/8/2025).
"Dampaknya dari pembakaran sampah itu belum langsung terasa dalam 1-2 tahun," lanjutnya.
Maka itu, Wiratni menyebut harus ada peran dari Pemerintah Provinsi terkait persoalan sampah di Kota Jogja yang urung rampung. Dia bilang tak hanya dari Pemerintah Kota Jogja, namun harus ada kolaborasi dari seluruh pihak.
"Tetap balik lagi ya, ini maksudnya ke skala besar ya ke Pemerintah Provinsi ke depan. Kalau menurut saya itu perlu segera dibuat untuk bisa membuat kolaborasi antarkabupaten dan kota untuk bersama-sama membuat unit pengolahan yang ini nanti bisa kita evaluasi bersama dulu kelayakan ekonominya seperti apa supaya sustain," jelasnya.
Unit pengolahan tersebut, menurut Wiratni, bisa dibuat tempat pengolahan sampah skala besar. Nantinya, sampah-sampah residu dari kabupaten/kota bisa diolah bersama agar lebih ekonomis.
"Kalau mau diolah untuk pengolahan sampah itu kalau skalanya kecil itu nanti biaya terus. Nah padahal kan masyarakat nggak mau juga. Kalau disuruh bayar mahal untuk buang sampah kan nggak mau. Supaya pengolahan sampah ini bisa membiayai dirinya sendiri secara ekonomis, skalanya itu harus cukup besar. Jadi yang memungkinkan itu adalah kalau seluruh DIY ini sampah residunya diolah di satu tempat. Ini akan menjadi lebih ekonomis," urai dia.
"Entah itu mau dijadikan listrik atau dijadikan itu tadi ya bahan bakar untuk industri semen atau untuk industri yang lain. Ini skalanya itu harus cukup besar supaya ekonomis. Nah ini yang mungkin perlu dipikirkan berbagai pihak yang terkait," tegas Wiratni.
Berdasarkan pantauan detikJogja, titik pembakaran sampah itu berada di ujung barat daya kompleks stadion. Terlihat tiga liang besar yang terisi penuh oleh sampah. Tiga liang itu memiliki ukuran beragam dengan rata-rata memiliki panjang hingga 5 meter dan kedalaman 1 meter.
Pada salah satu liang, dipenuhi potongan dahan pohon yang memenuhi liang itu. Di sela-sela timbunan dahan pohon, menyembul asap putih bekas pembakaran sampah.
Salah satu pedagang minuman di sekitar kompleks Mandala Krida, Ali mengaku pembakaran sampah kerap terjadi di titik itu. Selain terganggung dengan asap yang timbul, Ali juga mengaku abu bekas pembakaran juga kerap beterbangan.
"Memang sering (sampah di bakar), kurang tahu juga (yang bakar siapa). Nggak mesti (kapan sampah dibakar), tapi seringnya siang," ungkap Ali saat ditemui detikJogja, sore ini.
"Jujur terganggu sih, asapnya kadang pekat banget, sampai ke jalan. Pernah sampai sampai abunya itu terbang terbang, kecil kecil itu, sampe kesini (jalan)," sambungnya.
Dikonfirmasi mengenai keluhan ini, Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo menegaskan jika kegiatan membakar sampah liar dilarang.
"Itu yang nggak boleh, saya juga pernah malam-malam itu mergoki ya, di dalam (lingkungan stadion) Mandala Krida ada itu yang membakar sampah," ujar Hasto saat ditemui usai menghadiri acara di wilayah Kecamatan Kraton, Jumat (8/8) petang.
Hasto pun menegaskan akan menindak tegas para pelaku pembuang sampah liar dan pembakar sampah liar.
"Maka saya mohon untuk tidak terjadi lagi, saya akan kerahkan Satpol PP untuk menangkap siapapun yang melakukan pembuangan sampah liar dan pembakar sampah liar," tegasnya.
"Sekarang ini kita sedang disorot banyak pihak, kalau sampai ada yang mengolah sampah tidak benar memalukan lah," sambung Hasto.
(ams/afn)
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030