Sultan HB X Soroti Kondisi Sungai Jogja, Singgung Kebersihan hingga Spot Wisata

Sultan HB X Soroti Kondisi Sungai Jogja, Singgung Kebersihan hingga Spot Wisata

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 07 Agu 2025 18:32 WIB
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X usai menyambangi Balai Kota Jogja, Kamis (7/8/2025).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X usai menyambangi Balai Kota Jogja, Kamis (7/8/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja.
Jogja -

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menyambangi Balai Kota Jogja untuk membahas kebersihan normalisasi sungai-sungai di Kota Jogja. Sultan berharap sungai-sungai di Jogja juga bisa dimanfaatkan untuk pariwisata.

Sultan mengunjungi Balai Kota Jogja bersama beberapa jajaran OPD di lingkungan Pemda DIY. Selanjutnya, rombongan Sultan mengadakan rapat tertutup bersama Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo, Wakil Wali Kota Jogja Wawan Harmawan, serta jajaran dinas di lingkungan Pemkot Jogja.

"(Pertemuan membahas) Untuk rencana kota untuk menjadi kali bersih, itu (sungai) Code, Winongo, Gajah Wong," jelas Sultan usai pertemuan di Balai Kota Jogja, Kamis (7/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kehadiran Sultan sendiri untuk memberikan arahan dan juga menjadi penghubung bagi Pemkot Jogja dengan Pemkab terkait. Pasalnya, jika membicarakan soal kebersihan sungai, menurut Sultan, melibatkan beberapa daerah.

"Tapi untuk bersih kan tidak bisa hanya kota, karena kota menerima bersih atau tidaknya juga dari Sleman. Nanti ujungnya, pungkasane neng Bantul," papar Sultan.

ADVERTISEMENT

"Jadi kami membantu untuk melakukan koordinasi sama Sleman dan Bantul. Sehingga nanti, bersihnya kota itu tidak, kotornya Sleman itu tidak masuk ke kota. Jadi harus juga Sleman itu bisa bersih, jadi perlu koordinasi," sambungnya.

Selain kebersihan sungai, Sultan juga meminta lingkungan bantaran sungai juga bisa bersih. Karena dengan bersihnya sungai, kata Sultan, dapat memberikan manfaat, seperti menjadi titik pariwisata.

Sultan juga ingin ada penataan akses masyarakat yang memadahi. Bahkan, ia mengatakan, dengan bersihnya sungai beserta lingkungan sekitarnya, bukan tidak mungkin bisa dilalui perahu-perahu untuk kepentingan wisata.

"Bagaimana bisa mengondisikan, pentingnya tidak hanya kalinya bersih, tapi juga lingkungannya bisa membawa manfaat, untuk bisa jadi tempat rekreasi atau tempat apa, yang memungkinkan masyarakat mendapatkan manfaat secara ekonomi," paparnya.

"Kalau memang mau jadi unit usaha pariwisata, entah apa yang mungkin nggo praon (dipakai untuk perahu) atau apa, berarti kan harus ada jalur untuk lewat masyarakat," imbuh Sultan.

Sementara itu, Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, mengatakan pihaknya akan mulai bergerak membersihkan dan menormalisasi sungai Agustus ini. Selain itu, ia juga akan berkoordinasi ke pemerintah pusat untuk membantu menurunkan alat-alat berat.

"Dimulai di (sungai) Code itu untuk membersihkan sedimen yang ada di Code dan juga sampah, dan juga tanaman-tanaman yang ada di Sungai Code, karena sudah puluhan tahun Sungai Code itu tidak dilakukan normalisasi," paparnya.

Selain berguna untuk meminimalisir potensi bencana akibat pendangkalan sungai, menurut Hasto, normalisasi sungai juga akan meningkatkan value. Namun, harus juga dibarengi dengan penataan bantaran, seperti memberi tanggul.

"Kemudian akhirnya nanti bisa untuk wisata, kalau arahan Ngarsa Dalem (Sultan), bisa ada perahu, yang sering kali tadi disampaikan Ngarsa Dalem, nanti kemudian ada akses untuk naik turun orang ke sungai gitu," urai Hasto.

"Paling telat minggu ketiga Agustus ini, pokoknya bulan Agustus ini harus sudah bisa menurunkan alat berat, kita mulai di dua sungai dulu, Winongo sama Code. Nanti titiknya kita tentukan di tempat alat berat bisa turun," imbuhnya.

Selain memikirkan di mana lokasi titik jemput hasil pengerukan sedimentasi di bantaran sungai, Hasto juga tengah memutar otak untuk mencari lokasi penyaluran hasil pengerukan sedimentasi. Ia menegaskan, tidak akan ada transaksi terkait hal ini.

"Kita baru mencari tempat ini, ada lahan pertaniannya kota, ada daerah-daerah kota ini yang agak ledokan-ledokan gitu, nanti kita taruh situ, karena kami tidak akan memperjualbelikan itu, karena nggak boleh dijualbelikan," ungkapnya.

"Saya sudah bilang, tidak boleh ada orang berpikir jual beli hasil pengerukan ini, karena ini bukan penambangan, ini betul-betul hanya menormalkan sungai. Itu yang sering menggagalkan program," tegas Hasto.

Lebih lanjut Hasto menyampaikan, Pemkot juga akan memasang trash barrier sungai di batas kota. Hal ini yang memerlukan koordinasi antarpemerintah. Selain itu, juga akan ada penambahan ulu-ulu atau petugas pembersih sungai.

"Ulu-ulu jumlahnya masih terbatas sekali, baru 80 orang kurang lebih. Maka kita di anggaran perubahan ini akan menambah jumlah ulu-ulu, karena ketika kita pasang trash barrier, kemudian tidak ada yang membantu untuk mengambil sampah dan memilah, mengeringkan kan juga repot itu," terangnya.

"Idealnya 300 (ulu-ulu) ya. Kalau di Jogja ini, idealnya ulu-ulu itu 300 orang, sudah kita hitung. Cuma memang sekarang baru 80. Kita akan tambah," pungkas Hasto.




(apl/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads