Mural One Piece di Gamping Dihapus, Diganti Kutipan Puisi Wiji Thukul

Mural One Piece di Gamping Dihapus, Diganti Kutipan Puisi Wiji Thukul

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Jumat, 08 Agu 2025 17:39 WIB
Penampakan mural One Puece yang dihapus di Temuwuh Kidul, Balecatur, Gamping, Sleman, Jumat (8/8/2025)
Penampakan mural 'One Puece' yang dihapus di Temuwuh Kidul, Balecatur, Gamping, Sleman, Jumat (8/8/2025). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Sleman -

Lukisan mural jolly roger bajak laut Topi Jerami dalam serial manga dan anime 'One Piece' berukuran besar yang sempat muncul di persimpangan jalan di Pedukuhan Temuwuh Kidul, Balecatur, Gamping, Kabupaten Sleman, kini dihapus. Di lokasi kini muncul kutipan puisi dari Wiji Thukul maupun petikan lirik lagu milik Jason Ranti.

Pantauan detikJogja, penghapusan mural itu menyisakan jejak cat berwarna hitam di atas jalan cor beton. Lambang bajak laut Topi Jerami pun kini sudah tak nampak lagi di permukaan jalan.

Sebagai ganti mural yang dihapus, muncul beberapa tulisan di jalan. Di atas cat hitam yang digunakan untuk menutup mural itu terdapat tulisan 'Mengheningkan Cipta'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian di sisi lainnya terdapat kutipan dari puisi Wiji Thukul 'Kebenaran Akan Terus Hidup', 'Kita Ada dan Berlipat Ganda'. Kemudian ada petikan lagu milik musisi Jason Ranti 'Bilangnya Begini Maksudnya Begitu, Kita Abadi yang Fana Itu Waktu'.

ADVERTISEMENT

Salah seorang pemuda Temuwuh Kidul, Menzheng, mengatakan proses penghapusan mural dilakukan pada Kamis (7/8/2025) malam. Proses penghapusan itu dilakukan setelah ada pertemuan dengan perangkat desa dan padukuhan.

"Dihapus Kamis (7/8) malam. Itu Rabu (6/8) malam, ada pertemuan dengan dukuh, lurah, LPMD, RT. Di pertemuan itu kami diminta untuk menghapus muralnya," kata Menzheng saat ditemui wartawan, Jumat (8/8).

Dia mengatakan proses penghapusan dilakukan oleh pemuda setempat. Sebagai bentuk kritik, mereka kemudian membubuhkan tulisan di atas jalan.

"Tulisan ini sebagai bentuk kritik, kekecewaan. Itu terinspirasi dari Fajar Merah (putra Wiji Thukul), karena teman-teman kan banyak yang suka Wiji Thukul," tegasnya.

Menurut dia, kesadaran kolektif terhadap kondisi Indonesia mulai terbentuk dan membuat gerah pemerintah.

"Ya kalau menurut saya itu justru menunjukkan bahwa pemerintah takut. Ketika masyarakat mulai memahami dan sadar atas apa yang mereka terima mengenai berita-berita yang akhir-akhir ini diberikan pemerintah ke masyarakat, yang bisa jadi masyarakat memang tidak merasa terbantu akan kebijakan-kebijakan pemerintah itu sendiri," ujarnya.

Dia juga mempertanyakan apa alasan pemerintah tersindir oleh mural One Piece.

"Sebenarnya apa yang ditakutkan oleh pemerintah itu adalah cerminan mereka sendiri. Sekarang jika mereka tidak merasa, kenapa tersindir akan anime atau viralnya bendera One Piece tersebut," sambung dia.

Penampakan mural 'One Puece' yang dihapus di Temuwuh Kidul, Balecatur, Gamping, Sleman, Jumat (8/8/2025)Penampakan mural 'One Puece' yang dihapus di Temuwuh Kidul, Balecatur, Gamping, Sleman, Jumat (8/8/2025) Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

"Semakin mereka melarang maka justru akan membuat masyarakat bertanya, kenapa sebegitu seriusnya pemerintah menangani kasus bendera ataupun mural One Piece ini? Bukankah ada yang lebih penting sebenarnya yang bisa pemerintah lakukan daripada gercep ke bendera atau gambar anime ini," imbuh dia.

Dia menegaskan tak punya niat buruk untuk memecah belah bangsa. Justru sebaliknya, para pemuda di kampung itu cinta terhadap Indonesia dengan memberikan kritik.

"Yang jelas kami tetap cinta tanah air Indonesia. Tapi kami juga berhak bersuara apabila negara ini memang perlu dibenahi ya salah satunya lewat kritik tersebut," tegasnya.

Mural Dihapus Usai Ada Mediasi

Sementara itu Dukuh Temuwuh Kidul, Firmansyah Zaenuri bilang setelah adanya pemberitaan terkait mural hingga viral, pihaknya lalu melakukan mediasi. Mediasi itu dihadiri warga Temuwuh Kidul terutama RT 2 dan pemuda yang membuat mural.

Dalam mediasi yang dilakukan pada Rabu (6/8) malam itu, kemudian muncul kesepakatan untuk menghapus mural.

"Kemarin karena itu mural di jalan umum, artinya kalau di jalan umum dilewati orang umum juga, akhirnya antara warga masyarakat dan pemuda si pembuat mural punya kesepakatan kalau mural itu lebih baik dihapus karena itu jalan umum yang digunakan untuk fasilitas umum," kata Firmansyah.

Diberitakan sebelumnya, mural 'One Piece' berukuran besar muncul di persimpangan Jalan di Pedukuhan Temuwuh, Balecatur, Gamping, Kabupaten Sleman. Mural itu disebut bentuk keresahan terhadap realitas sosial di negara ini.

"Itu digambar tanggal 25 Juli," kata Sekretaris Karang Taruna Temuwuh Kidul, Dandun Asmara, saat ditemui wartawan, Rabu (6/8).

Menurut dia tidak ada persoalan atau aturan yang melarang mural bergambar anime yang populer sejak 1997 itu.

"Mural ini dibuat dari hasil iuran 9 orang. dari karang taruna juga ikut kasih uang untuk beli cat. Itu anggaran awalnya buat cat pos ronda, lalu karena catnya sisa, ya kami buat mural. Kami merayakan kemerdekaan, walau cuma lewat gambar seadanya. Karena ada kelebihan cat, ya sekalian saja bikin mural itu," imbuh dia.

Dandun bilang, gambar lambang kelompok bajak laut Topi Jerami atau biasa disebut Straw Hat Pirates (SHP) di anime One Piece itu dibuat setelah mereka mengecat pos ronda. Sisa cat lalu mereka gunakan untuk membuat mural di atas permukaan jalan.

"Kami gambar saat mural itu belum viral dan belum ada larangan. Kita bikin mural One Piece karena mencerminkan realitas kehidupan kita. Kami bukan FOMO, karena mural ini sudah dibuat sebelum bendera One Piece yang viral itu muncul," ujarnya.

Dandum mengatakan, dalam anime One Piece terdapat banyak arc atau bagian satu cerita besar yang berkesinambungan membentuk satu alur. Di dalam anime itu terdapat cerita yang menurut Dandun mirip dengan kondisi saat ini. Termasuk sistem pemerintahan di dalam anime itu.

"Pemilihan One Piece karena kami suka anime itu. (Dari teman menganggap) Ceritanya mirip dengan kondisi negeri ini. Seperti pemerintah dunia di anime One Piece, dan ceritanya juga menggambarkan ketidakadilan. Pasti semua orang merasakan. Ya simbol keresahan, sekadar kritik, tapi tidak untuk menjatuhkan siapa pun," ucap dia.




(ams/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads