Kata Keluarga soal Diplomat Kemlu ADP Akses Layanan Kesehatan Mental

Kata Keluarga soal Diplomat Kemlu ADP Akses Layanan Kesehatan Mental

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Selasa, 29 Jul 2025 21:35 WIB
Deretan barang bukti tersebut ditunjukkan di Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025). Salah satu yang ditunjukkan ialah lakban kuning.
Penampakan Barang Bukti Kasus Kematian Diplomat Kemlu Arya Daru Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Bantul -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP), yang tewas dengan kondisi wajah terlakban disebut sempat mengakses layanan kesehatan mental. Terkait hal itu, keluarga ADP menyebut kondisi itu merupakan hal pribadi.

"Namanya kita konsultasi ya, mengenai berbagai macam hal terkait dengan materi apapun itu saya rasa itu kan hal pribadi ya. Jadi saya tidak bisa mengomentari," kata kakak ipar ADP, Meta Bagus, kepada wartawan di Banguntapan, Bantul, Selasa (29/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait apakah ADP sempat bercerita soal beban kerjanya selama ini, Bagus menilai setiap orang pasti memiliki beban kerja. Namun, selama ini ADP jarang menceritakan beban kerjanya kepada keluarga.

"Mengenai beban kerja perlu kami sampaikan juga bahwa namanya orang bekerja pastikan ada beban, ya to. Dan pasti kan juga ada berbagai macam halnya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Hanya saja sepemahaman dan sepengamatan kami terhadap Daru itu, sampai sejauh ini tidak pernah menceritakan beban-beban berat yang ada, kurang lebih seperti itu," lanjut Bagus.

Menurutnya, komunikasi antara ADP dan istrinya cukup baik.

"Memang segala sesuatu didiskusikan nggih antara suami dan istri dengan cukup baik," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, dilansir detikNews, kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) di kosan Menteng, Jakarta Pusat memasuki babak baru. Asosiasi Psikologi Forensik Himpunan Psikologi Indonesia atau Apsifor Himpsi menjawab pertanyaan 'burnout' di balik kematian sang diplomat.

"Almarhum pekerja kemanusiaan, memikul berbagai tanggung jawab, menjalankan tugas peran profesional sekaligus peran humanistik sebagai pelindung, pendengar, penyelamat bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis dan memastikan bahwa negara hadir bagi WNI yang di luar negeri," kata Ketua Umum Apsifor Nathanael Sumampouw dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

"Ini semua tentu menimbulkan dampak seperti kelelahan, kelelahan, kepedulian, terus menerus terpapar trauma, dinamika psikologis itu kami temukan di masa akhir kehidupannya," sambungnya.

Apsifor menambahkan sambil menemukan bukti bahwa ADP sempat mencari bantuan medis terkait kesehatan mental. Namun, ini dilakukan ADP lebih dari 10 tahun yang lalu.

"Kami menemukan pada almarhum, ada riwayat yang berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara berani. Terakhir kali dari data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih di tahun 2013," kata Nathanael.




(rih/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads