Ular yang warna tubuhnya belang tak selalu jinak atau aman. Salah satunya adalah ular weling (Bungarus candidus), ular mematikan yang racunnya bisa menyerang saraf, merusak organ tubuh, bahkan menyebabkan kematian dalam waktu singkat jika tak segera ditangani.
Racun ular weling begitu kuat meski tampilannya terlihat mencolok dan menarik. Oleh karena itu, penting untuk waspada terhadap ular belang lainnya yang juga menyimpan potensi bahaya.
Ular weling bukan satu-satunya ular yang memiliki tubuh berwarna belang. Lantas, apa saja jenis ular lainnya yang juga belang? Yuk, cari tahu!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ular yang Warna Tubuhnya Belang
Dirangkum dari buku Snakes By Angela Lim, Hewan Melata (reptilia) oleh Dhany Ardyansyah, Atlas binatang: Pisces, Reptilia, Amfibi oleh Genevieve De Becker dan Rosana Hariyanti, Jenis-jenis Ular oleh Sarah Nila Adinsyah, 1000+ Fakta Monster Paling Mengerikan oleh Yusup Somadinata, serta Rahasia Ular oleh Wong Comic, berikut adalah 7 jenis ular yang memiliki tubuh belang.
1. Ular Siput (Pareas carinatus)
Ular siput memiliki bentuk tubuh ramping dengan panjang mencapai 60 cm. Warna tubuhnya cenderung cokelat kusam, cokelat muda, atau kekuningan, dengan pola belang hitam tipis yang samar di sepanjang punggung. Satu ciri mencolok yang membedakan adalah pola huruf X berwarna hitam di bagian tengkuknya. Bagian bawah tubuhnya berwarna kekuningan dengan bintik-bintik halus, sedangkan kepalanya tampak besar dengan moncong tumpul dan mata beriris kuning kecokelatan.
Meski terlihat seperti ular berbisa ketika terancam, ular siput sebenarnya tidak berbisa dan bahkan tidak bisa menggigit manusia. Saat merasa terdesak, ia akan menarik leher dan tubuh depan membentuk huruf S, lalu mematuk dengan cepat. Namun karena mulutnya sempit, ia tidak mampu menggigit manusia, bahkan ujung jari sekalipun.
Ular ini aktif di malam hari dan hidup di hutan dataran rendah hingga pegunungan, bahkan bisa ditemukan di kebun dan sekitar permukiman. Mangsa utamanya adalah siput kecil. Di Indonesia, ular siput tersebar di wilayah Borneo, Sumatra, Jawa, Bali, dan Lombok.
2. Ular Welang (Bungarus candidus)
Ular welang adalah salah satu ular paling berbahaya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ia memiliki tubuh dengan belang hitam dan putih yang sangat kontras. Meskipun terlihat mencolok dan indah, ular ini memiliki bisa neurotoksin yang sangat kuat, bahkan diklaim 16 kali lebih mematikan daripada bisa kobra. Gigitan ular ini bisa berakibat fatal bila tidak segera ditangani dalam waktu enam jam.
Ular ini sangat agresif saat malam hari dan dikenal memburu ular lain, termasuk sesama ular welang. Setengah dari kasus gigitan diketahui berakhir dengan kematian atau koma permanen. Meski begitu, di siang hari ular ini cenderung pasif dan berusaha menghindari gangguan.
Penyebaran ular welang cukup luas di kawasan Asia Tenggara. Ia kerap ditemui di dekat pemukiman atau daerah berhutan. Meski mematikan, ular ini tetap menjadi bagian penting dari ekosistem karena memangsa hewan pengerat dan ular lain.
3. Ular Weling (Bungarus fasciatus)
Ular weling masih satu kerabat dengan ular welang dan memiliki tubuh belang hitam-putih. Perbedaannya terletak pada bentuk tubuhnya yang lebih kecil dan bulat lonjong, serta pola belangnya yang tidak melingkar sempurna di tubuh. Bagian perutnya berwarna putih polos tanpa pola tambahan. Meski terlihat menarik, ular ini menyimpan bahaya besar karena memiliki racun neurotoksin.
Gigitan ular weling sering kali tidak disadari oleh korban karena bekas gigitannya sangat kecil dan nyaris tidak terlihat. Hal ini membuat risiko kematian meningkat karena korban telat mendapatkan penanganan medis. Seperti kerabatnya, ular ini aktif di malam hari dan memiliki sifat yang cukup tertutup.
Habitatnya tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Karena kemiripannya dengan jenis ular lain yang berbisa, identifikasi yang tepat sangat penting untuk keselamatan, terutama saat berada di alam liar.
4. Ular Laut Bibir Kuning (Laticauda colubrina)
Ular laut bibir kuning adalah salah satu spesies ular laut yang umum ditemukan di perairan Indonesia. Tubuhnya memanjang dengan warna biru-abu yang dipadu belang hitam yang melingkar dari kepala hingga ekor.
Kepala ular ini berwarna hitam kekuningan, dengan warna krem keabu-abuan di bagian ujung kepala sampai bibir. Ciri khas lainnya adalah bentuk ekornya yang pipih, menyerupai sirip ikan, yang memudahkan pergerakannya saat berenang di laut.
Ular ini termasuk dalam kelompok Elapidae dan memiliki bisa neurotoksin yang sangat kuat. Ia hidup di perairan dangkal dan sering ditemukan di sela-sela karang. Ular laut bibir kuning bertelur sebanyak 5-9 butir, biasanya pada bulan Juni hingga Agustus. Meskipun hidup di air, ular ini juga sesekali naik ke daratan untuk berkembang biak.
Sebagai predator laut, ular ini memangsa berbagai hewan laut dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Namun, karena sifatnya yang berbisa, ia harus dihindari meskipun terlihat tenang.
5. Ular Bodoh Papua (Acanthophis antarcticus)
Ular yang juga dikenal sebagai death adder ini termasuk dalam jajaran ular paling berbisa di dunia dan bisa ditemukan di wilayah Papua. Ciri khas ular ini adalah tubuhnya yang pendek dengan panjang sekitar 45 cm serta warna abu-abu disertai garis putih di tubuhnya. Meskipun kecil, racunnya sangat mematikan dan mampu melumpuhkan sistem saraf dalam waktu singkat.
Ular ini termasuk pemangsa penyergap dan kerap menyamar di antara dedaunan atau tanah hutan. Karena warna tubuhnya yang menyatu dengan alam, ia sulit dikenali dan sangat berbahaya jika tak sengaja terinjak. Racunnya termasuk jenis neurotoksin yang menyerang sistem saraf pusat.
Penting bagi siapa saja yang masuk hutan Papua untuk menggunakan sepatu tertutup dan celana panjang guna menghindari gigitan ular ini. Kewaspadaan sangat penting mengingat tingkat bahaya dari spesies ini yang sangat tinggi.
6. Ular Hidung Panjang
Ular asal Amerika ini dikenal karena pola warnanya yang mencolok, yaitu perpaduan garis dan tutul berwarna krem, hitam, dan merah-oranye. Nama 'ular hidung panjang' berasal dari bentuk rahang bawah yang lebih pendek dari rahang atas, membuat wajahnya tampak seperti memiliki hidung menonjol. Pupil matanya juga unik karena berbentuk bundar, berbeda dari kebanyakan ular.
Sistem pertahanan diri ular ini cukup beragam. Ia dapat menggetarkan ekornya atau mengeluarkan bau tidak sedap dari kloaka saat terancam. Ular ini aktif di malam hari dan menjalani pola hidup semi bawah tanah. Ia menggunakan moncongnya untuk menggali tanah dalam pencarian mangsa seperti kadal, telur, hingga mamalia kecil.
Habitat ular ini berada di dataran rendah yang berbatu atau bersemak di Meksiko dan Amerika Serikat bagian barat daya. Meski tidak berbisa, ular ini memiliki cara bertahan yang efektif dari predator.
7. Ular Susu Amerika (Lampropeltis triangulum)
Ular susu atau milk snake merupakan spesies ular yang memiliki pola belang menarik dengan warna dasar abu-abu atau cokelat, dipadukan dengan bercak merah atau cokelat yang dibatasi warna hitam. Meski tampak seperti ular berbisa tembaga, ular ini sebenarnya tidak berbisa dan justru sangat jinak. Ciri khas lainnya adalah adanya pola huruf Y atau V di bagian belakang kepala.
Ular ini aktif di malam hari dan hidup menyendiri, kecuali saat musim hibernasi. Mereka memangsa tikus, burung, hingga telur ular lain, dan memiliki peran penting dalam pengendalian populasi hama. Ular ini juga sering ditemukan di dekat lumbung atau kandang ternak, sehingga masyarakat dahulu mengira ular ini meminum susu sapi, padahal sebenarnya ia hanya mencari tikus.
Habitatnya tersebar luas di Kanada selatan, Amerika Serikat bagian timur, Meksiko, hingga Amerika Tengah. Ia hidup di hutan, rawa, dan area lembap lainnya. Meski aman bagi manusia, pola belangnya sering membuat orang salah mengira bahwa ia berbisa.
Nah, itulah tadi 7 ular yang warna tubuhnya belang, ada weling dan beberapa lainnya. Semoga bermanfaat!
(sto/rih)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas