Lagi! 1 Warga Jogja Meninggal Akibat Leptospirosis

Lagi! 1 Warga Jogja Meninggal Akibat Leptospirosis

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 10 Jul 2025 17:14 WIB
Ilustrasi anak dirawat di rumah sakit
Ilustrasi rumah sakit. Foto: Getty Images/iStockphoto/kan2d
Jogja -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mengonfirmasi adanya tambahan satu orang meninggal akibat Leptospirosis di wilayahnya. Dengan tambahan satu orang ini, total sudah ada 19 kasus Leptospirosis sepanjang 2025 yang 6 di antaranya meninggal dunia.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Jogja, Lana Unwanah, mengatakan satu orang meninggal tersebut berasal dari Kemantren Jetis. Pasien itu meninggal tanggal 8 Juli lalu di usia 50-an.

"Hari Selasa (8/7) kami dapat laporan ada satu lagi yang meninggal. Dia mulai sakit 30 Juni, tapi baru mengakses rumah sakit tanggal 7 Juli, seminggu," jelas Lana dalam paparanya di Balai Kota Jogja, Kamis (10/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lana mengatakan penyebab pasien yang terdiagnosis Leptospirosis itu meninggal karena terlambat mengakses layanan kesehatan usai mengalami gejala.

"Awal cuma merasakan sakit biasa, kemudian waktu di rumah sakit ternyata dia terdiagnosis dan harus melakukan cuci darah tapi tidak ada fasilitas," ungkap Lana.

ADVERTISEMENT

"Kemudian dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, sudah persiapan cuci darah tapi ternyata belum sempat pasien sudah meninggal tanggal 8 Juli," sambungnya.

Leptospirosis diketahui merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri yang menyebar lewat urine tikus terinfeksi bakteri Leptospira. Pada manusia, Leptospira menyerang fungsi ginjal hingga menimbulkan gagal ginjal yang menyebabkan kematian.

Kata Lana, penyakit yang disebabkan Bakteri obatnya adalah antibiotik. Ia mengonfirmasi setiap Puskesmas pasti mempunyai antibiotik. Meski pemberian antibiotik itu harus hati-hati dan sesuai ketentuan.

"Kalau misalkan diberi obat yang tepat di situasi obat yang tepat itu memang bisa menolong. Tetapi kalau dibiarkan, itu dalam waktu yang tidak lama, karena ini sifatnya dia akan cepat masuk ke saluran urine, ke ginjal, dia akan menyerang ginjal," urainya.

"Kalau ditangani dengan cepat, misal dia perlu cuci darah itu bisa sembuh, kalau sudah sembuh tidak perlu cuci darah lagi," imbuh Lana.

Saat ini total kasus Leptospirosis di Kota Jogja sepanjang 2025 mencapai 19 kasus dan 6 di antaranya meninggal. Rinciannya, kemantren Mantrijeron 1 kasus, Mergangsan 1 kasus, Gondokusuman 1 kasus, Kotagede 2 kasus, Umbulharjo 1 kasus, Pakualaman 2 kasus, Gedongtengen 2 kasus, Ngampilan 2 kasus, Wirobrajan 1 kasus, Jetis 3 kasus, dan Tegalrejo 3 kasus.

"Dari 14 kemantren yang masih bebas 3, Kraton, Danurejan, dan Gondomanan. Pasien yang meninggal Pakualaman 1, Gedongtengen 1, Ngampilan 2, kemudian Wirobrajan 1, dan Jetis 1," papar Lana.

Jumlah tersebut jauh meningkat dibanding tahun 2024. Di sepanjang tahun 2024 total ada 10 kasus Leptospirosis dengan dua pasien meninggal dunia.

"Tahun lalu dari 10 kasus 2 meninggal, Gondokusuman, Mantrijeron, Ngampilan, Kotagede, Tegalrejo, Jetis, Danurejan, Kraton, dan Mergangsan. Yang meninggal di Mergangsan dan Gondokusuman," ujar Lana.

Lebih lanjut Lana mengatakan pihaknya akan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) di wilayah yang ditemukan kasus Leptospirosis. Selain itu ia juga mengimbau masyarakat untuk memeriksakan diri jika mengalami gejala usai beraktivitas di lingkungan kotor.

"Jaga kebersihan diri dan lingkungan, kalau ada gejala langsung periksa, kami juga sudah sampaikan ke Puskesmas masukan dalam diagnosis," pungkas Lana.




(afn/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads