Fenomena Bediding Landa Jogja, Ini Penjelasan BMKG

Fenomena Bediding Landa Jogja, Ini Penjelasan BMKG

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Kamis, 10 Jul 2025 08:32 WIB
Suhu dingin di Bandung, Jawa Barat sempat mencapai angka 17 derajat Celsius. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebabnya.
Ilustrasi suhu dingin saat terjadi fenomena bediding. Foto: Getty Images/iStockphoto/MarianVejcik
Kulon Progo -

Fenomena bediding atau perubahan suhu secara signifikan hingga menimbulkan dingin yang tak biasa sedang melanda wilayah Jogja atau Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut kondisi ini terjadi akibat menguatnya angin Monsun Australia.

"Ya untuk untuk suhu udara yang dingin akhir-akhir ini karena sudah mulai menguatnya Monsun Australia," ucap Analisis Cuaca Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Yudhit Adiyatma, saat dihubungi detikJogja, Kamis (10/7/2025).

Yudhit menerangkan Angin Monsun atau bisa disebut juga angin musim adalah angin yang bertiup dalam skala regional atau skala benua yang berubah arah azimut minimal 120 derajat dan terjadi secara periodik dalam 6 bulan sekali. Indonesia sendiri terkena dampak dari 2 tipe angin Monsun, yaitu Monsun Timuran atau Monsun Australia dan Monsun Baratan atau Monsun Asia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angin Monsun Timuran atau Monsun Australia rata-rata bertiup dari arah timur hingga tenggara dan bertiup pada bulan April sampai dengan Oktober di setiap tahunnya. Angin monsun timur kebalikan dari angin monsun barat. Angin ini bertiup dari arah timur menuju barat, dari benua Australia bertekanan tekanan tinggi menuju benua Asia dengan tekanan rendah. Biasanya terjadi saat musim kemarau.

"Bayangkan rambut kita yang kering setelah berenang di laut, begitulah udara yang dibawa oleh angin monsun timur. Angin Monsun Timuran ini adalah indikator musim kemarau bagi wilayah Indonesia," terangnya.

ADVERTISEMENT

Sedangkan Angin Monsun Baratan atau Monsun Asia rata-rata bertiup dari arah barat hingga barat laut dan bertiup pada bulan Oktober sampai dengan April di setiap tahunnya. Angin ini bertiup dari arah barat menuju timur, dari benua Asia bertekanan tinggi ke benua Australia bertekanan rendah.

"Biasanya terjadi saat musim hujan. Angin monsun ini membawa uap air seperti membawa ribuan ember air yang siap tumpah menjadi hujan yang banyak. Angin monsun Baratan ini adalah indikator musim hujan bagi wilayah Indonesia," ucap Yudhit.

Yudhit mengatakan efek Angin Monsun Australia menyebabkan turunnya suhu di Indonesia, terutama wilayah Kulon Progo, Jogja, dan sekitarnya. Dari data BMKG, suhu terendah untuk wilayah Kulon Progo sendiri bisa tembus di 20,1 derajat Celsius.

"Informasi suhu udara 24 jam terakhir yang tercatat di wilayah Kulon Progo, untuk suhu maksimum 29,1 derajat Celsius dan suhu minimum 20,1 derajat Celsius," jelasnya.




(rih/apu)

Hide Ads