Pada awal Juli 2025, umat Islam akan mengerjakan puasa Tasua dan Asyura yang sangat ditekankan karena punya keutamaan. Bagaimana jika terhalang dan hanya bisa berpuasa salah satunya saja? Apakah boleh?
Dirujuk dari laman Muhammadiyah, mulanya, Nabi Muhammad SAW hanya mengerjakan puasa Asyura tanggal 10 Muharram saja. Namun, untuk membedakannya dengan amalan orang Yahudi, Rasulullah SAW bertekad puasa juga tanggal sembilannya.
ΨΉΩΨ¨ΩΨ―Ω Ψ§ΩΩΩΩΩΩ Ψ¨ΩΩΩ ΨΉΩΨ¨ΩΩΨ§Ψ³Ω Ψ±ΩΨΆΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ ΨΉΩΩΩΩΩΩ ΩΨ§ ΩΩΩΩΩΩΩΨ§ : ΨΩΩΩΩ Ψ΅ΩΨ§Ω Ω Ψ±ΩΨ³ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ Ψ΅ΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ ΨΉΩΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨ³ΩΩΩΩΩ Ω ΩΩΩΩΩ Ω ΨΉΩΨ§Ψ΄ΩΩΨ±ΩΨ§Ψ‘Ω ΩΩΨ£ΩΩ ΩΨ±Ω Ψ¨ΩΨ΅ΩΩΩΨ§Ω ΩΩΩ ΩΩΨ§ΩΩΩΨ§ ΩΩΨ§ Ψ±ΩΨ³ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ Ψ₯ΩΩΩΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω ΨͺΩΨΉΩΨΈΩΩΩ ΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩΩΨ―Ω ΩΩΨ§ΩΩΩΩΨ΅ΩΨ§Ψ±ΩΩ ΩΩΩΩΨ§ΩΩ Ψ±ΩΨ³ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ Ψ΅ΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ ΨΉΩΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨ³ΩΩΩΩΩ Ω ΩΩΨ₯ΩΨ°ΩΨ§ ΩΩΨ§ΩΩ Ψ§ΩΩΨΉΩΨ§Ω Ω Ψ§ΩΩΩ ΩΩΩΨ¨ΩΩΩ Ψ₯ΩΩΩ Ψ΄ΩΨ§Ψ‘Ω Ψ§ΩΩΩΩΩΩ Ψ΅ΩΩ ΩΩΩΨ§ Ψ§ΩΩΩΩΩΩΩ Ω Ψ§ΩΨͺΩΩΨ§Ψ³ΩΨΉΩ ΩΩΨ§ΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω ΩΩΨ£ΩΨͺΩ Ψ§ΩΩΨΉΩΨ§Ω Ω Ψ§ΩΩΩ ΩΩΩΨ¨ΩΩΩ ΨΩΨͺΩΩΩ ΨͺΩΩΩΩΩΩΩΩ Ψ±ΩΨ³ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ Ψ΅ΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩ ΨΉΩΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨ³ΩΩΩΩΩ Ω
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Abdullah bin Abbas RA berkata saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.' Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).' Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah SAW wafat." (HR. Muslim).
Sejarah pensyariatan puasa Tasua dan Asyura ini mungkin memicu tanda tanya di benak detikers. Bagaimana hukum puasa Tasua dan Asyura jika hanya mengerjakan pada salah satu harinya saja? Simak jawabannya via uraian di bawah ini!
Hukum Puasa Asyura Tanpa Tasua
Berdasar keterangan dari buku Catatan Fikih Puasa Sunnah oleh Hari Ahadi, berpuasa Asyura tanpa didahului dengan puasa Tasua hukumnya boleh. Jadi, tidak masalah jika kamu berhalangan puasa tanggal 9 Muharram.
Syaikh al-Utsaimin menerangkan:
Ψ£ΩΩΩΨ«ΩΨ±Ω Ψ§ΩΨΉΩΩ Ψ§Ψ‘ ΨΉΩΩ Ψ¬ΩΨ§Ψ² Ψ₯ΩΨ±Ψ§Ψ― ΨΉΨ§Ψ΄ΩΨ±Ψ§Ψ‘ Ψ¨Ψ§ΩΨ΅ΩΨ§Ω Ψ ΩΩΩΩΩΩ ΩΩΩΩΨ¨ΩΨΊΩΩ Ψ£ΩΩΩΩΨ§ ΩΩΩΩΨ±ΩΨ―ΩΨ ΩΨ£ΩΩΩ Ψ§ΩΩΨ¨Ω - Ψ΅ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΨΉΩΩΩ ΩΨΉΩΩ Ψ’ΩΩ ΩΩΨ³ΩΩΩΩΩ Ω- ΩΨ§Ω: Β«ΩΩΨ¨ΩΩΩ ΨΉΩΨ΄ΩΨͺΩ Ψ₯ΩΩΩΩ ΩΩΨ§Ψ¨ΩΩ ΩΩΨ£ΩΨ΅ΩΩΩ ΩΩΩΩ Ψ§ΩΨͺΩΩΨ§Ψ³ΩΨΉΩΒ». ΩΩΨΉΩΩΩΩ: Ω ΨΉ Ψ§ΩΨΉΨ§Ψ΄Ψ±.
Artinya: "Mayoritas ulama berpendapat boleh jika hanya berpuasa pada tanggal sepuluh al-Muharram. Akan tetapi sebaiknya tidak sehari itu saja, berdasarkan sabda Nabi SAW, 'Seandainya saya masih hidup hingga tahun depan, maka saya akan berpuasa di tanggal sembilan.' Artinya, dengan tanggal sepuluh juga." (Fatawa 'ala ath-Thariq, hal 422)
Keterangan senada dibawakan oleh Sayyid Bakr bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya yang terkenal, I'anatut-Thalibin. Disadur dari laman NU Online, begini kutipannya:
ΩΩΩ Ψ§ΩΨ£Ω ΩΨ§ Ψ¨Ψ£Ψ³ Ψ£Ω ΩΩΨ±Ψ―Ω (Ψ£Ω ΩΨ§ Ψ¨Ψ£Ψ³ Ψ£Ω ΩΨ΅ΩΩ Ψ§ΩΨΉΨ§Ψ΄Ψ± ΩΨΨ―Ω
Artinya: "(Di dalam kitab Al-Umm, tak masalah hanya mengamalkan puasa Asyura saja) maksudnya, agama tidak mempermasalahkan orang yang hanya berpuasa 10 Muharram saja (tanpa diiringi dengan puasa sehari sebelum dan sesudahnya)."
Bila mengerjakan puasa Asyura 10 Muharram saja, seorang muslim berarti melaksanakan tingkatan ketiga. Apa maksudnya? Disadur dari laman Bimas Islam Kementerian Agama, para ulama membagi pengerjaan puasa Asyura menjadi tiga tingkatan, yakni:
- Tingkatan 1: Puasa tanggal 9, 10, dan 11 Muharram
- Tingkatan 2: Puasa tanggal 9 dan 10 Muharram
- Tingkatan 3: Puasa tanggal 10 Muharram saja
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan:
"Adapun tingkatan puasa Asyura ada tiga; Yang paling sempurna adalah didahului puasa di hari sebelumnya dan diiringi puasa di hari setelahnya. Lalu diikuti dengan puasa di tanggal 9 dan 10 (Muharram) saja, dan ini yang banyak disebut dalam hadits. Kemudian diikuti dengan hanya berpuasa di tanggal 10 (Muharram) saja." (Zadul Ma'ad)
Kendati begitu, ada juga ulama yang memakruhkan puasa tanggal 10 Muharram saja jika ia tidak memiliki halangan untuk puasa sehari sebelumnya. Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan menulis dalam bukunya:
"Namun secara dzahir, berpuasa hanya pada tanggal sepuluh hukumnya makruh bagi yang mampu menggabungkannya dengan hari lain. Dan itu tidak menafikan orang yang berpuasa hanya pada tanggal sepuluh untuk mendapat pahala. Insya Allah dia tetap meraih pahala." (Risalah fii ahaadits syahrullah al-muharram, hal 52)
Hukum Puasa Tasua Tanpa Asyura
Bagaimana jika ingin berpuasa tanggal 9 Muharram saja? Menurut penjelasan dalam buku Ensiklopedi Amalan Sunnah di Bulan Hijriyah oleh Abu Abdillah Syahrul Fatwa dan Abu Ubaidah Yusuf, puasa Tasua saja tanpa Asyura tidak ada asalnya. Oleh karena itu, hal ini tidak semestinya dilakukan sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Zadul Ma'ad.
Nabi Muhammad SAW dahulu hanya mengerjakan puasa Asyura saja. Namun, untuk membedakan dengan ibadah pemeluk agama lain, beliau berniat melaksanakan juga puasa Tasua. Dari sini sudah terlihat bahwa amal utamanya adalah puasa Asyura, bukan Tasua. Wallahu a'lam bish-shawab.
Waktu Niat Puasa Tasua dan Asyura
Sebelum mengerjakan puasa Tasua dan Asyura, detikers harus berniat terlebih dahulu. Masalah waktu niat untuk kedua puasa ini mesti diperhatikan lebih detail. Sebab, waktunya berbeda dengan puasa sunnah mutlak.
Dalam Islam, waktu niat puasa wajib, seperti Ramadhan atau qadha Ramadhan, dimulai dari malam sampai sebelum adzan subuh berkumandang. Di sisi lain, puasa sunnah boleh-boleh saja diniatkan meski subuh sudah berlalu apabila tidak sengaja terlewat.
Namun, puasa sunnah perlu dirinci lagi. Memang benar bahwa untuk puasa sunnah mutlak, boleh berniat saat hari sudah terang dengan catatan belum melakukan pembatal puasa. Adapun untuk puasa sunnah yang khusus waktunya, seperti 6 hari bulan Syawal, Arafah, maupun Asyura, terdapat ketentuan lain.
Puasa sunnah tipe terikat waktu harus diniatkan sejak malam hingga sebelum subuh. Apabila tidak sempat karena masih tidur sebagai contoh, puasa seseorang tetap sah, tetapi sebagai puasa sunnah mutlak. Pasalnya, jika sudah siang, seseorang tidak teranggap melakukan puasa tertentu secara komplet alias tidak sempurna.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata:
Ψ£Ω Ψ§ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩ ΩΩΨ― ΩΨ§ΩΩΨ±ΨΆΨ ΩΨΉΩΩ Ω Ψ«ΩΨ§: Ψ₯ΩΨ³Ψ§Ω ΩΨ±ΩΨ― Ψ£Ω ΩΨ΅ΩΩ Ψ³ΨͺΨ© Ψ£Ω ΩΩΩΩΩΨ§ Ψ£ΩΨ§Ω Ω Ω Ψ΄ΩΨ§Ω ΩΩ ΩΩΨ§ Ψ¨Ψ― Ψ£Ω ΩΩΩΩΩΨ§ Ω Ω : ΩΨ¨Ω Ψ§ΩΩΨ¬Ψ±Ψ ΩΩΨ§ ΩΩ Ψ£Ψ«ΩΨ§Ψ‘ Ψ§ΩΩΩΨ§Ψ±Ψ ΩΩΩ Ψ΅Ψ Ψ§ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩ Ψ·ΩΩ ΩΨ΅Ψ Ψ£Ω ΩΩΩ
Artinya: "Puasa sunnah yang tertentu waktunya memiliki hukum yang sama seperti puasa wajib (yaitu harus berniat dari malam/sebelum subuh). Jadi umpamanya, seseorang ingin berpuasa enam di bulan Syawal, maka dia harus berniat dari sebelum subuh. Tidak sah (puasa enamnya) jika dia baru berniat di waktu siang, meskipun sah sebagai puasa sunnah yang tidak terikat." (Fath Dzil Jalali wal Ikram, VII/89)
Jadi, jangan lupa berniat dahulu, ya, detikers! Wallahu a'lam bish-shawab.
Demikian pembahasan ringkas mengenai hukum puasa Asyura tanpa Tasua dan sebaliknya. Semoga menjawab pertanyaanmu, ya!
(sto/ams)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa