Profil Robert Francis Prevost, Paus Leo XIV yang Terpilih Usai Konklaf 2025

Profil Robert Francis Prevost, Paus Leo XIV yang Terpilih Usai Konklaf 2025

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Jumat, 09 Mei 2025 10:30 WIB
Newly elected Pope Leo XIV, Cardinal Robert Prevost of the Unites States delivers the
Potret Robert Francis Prevost, Paus Leo XIV. (Foto: REUTERS/Yara Nardi)
Jogja -

Habemus papam! Setelah terpilih menjadi Paus baru usai konklaf 2025, profil Robert Francis Prevost pun menjadi sorotan dari masyarakat dunia, khususnya umat Katolik. Nama kepausan yang dipilih oleh kardinal asal Amerika ini adalah Paus Leo XIV.

Dikutip dari PBS News, asap putih muncul dari cerobong Kapel Sistina pada pukul 6 lewat 7 menit sore waktu setempat. Detik-detik ini menandai terpilihnya Paus ke-267 dan disambut sorak sorai umat yang memenuhi Lapangan Santo Petrus. Bel gereja besar Basilika Santo Petrus pun berdentang sebagai tanda resmi terpilihnya pemimpin baru Gereja Katolik.

Kardinal Robert Prevost kemudian tampil di balkon basilika sebagai Paus Leo XIV, paus pertama dalam sejarah Gereja Katolik yang berasal dari Amerika Serikat. Ia pernah menjadi misionaris di Peru dan sudah lama dikenal sebagai sosok yang dekat dengan umat serta dipercaya memegang jabatan penting di Vatikan sebelum akhirnya terpilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penasaran bagaimana profil Robert Francis Prevost atau Paus Leo XIV? Mari kita simak penjelasan lengkap berikut ini yang dihimpun dari laman Vatican News, The College of Cardinals Report, serta laman resmi Kantor Pers Vatikan berikut ini!

Profil Robert Francis Prevost

Robert Francis Prevost, yang kini dikenal sebagai Paus Leo XIV, lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga multikultural, dengan ayah bernama Louis Marius Prevost yang memiliki darah Prancis dan Italia, serta ibu bernama Mildred MartΓ­nez yang berdarah Spanyol. Ia tumbuh bersama dua saudaranya, Louis MartΓ­n dan John Joseph.

ADVERTISEMENT

Sejak muda, Prevost menunjukkan ketertarikan terhadap kehidupan religius. Ia belajar di Seminari Kecil milik Ordo Agustinus dan melanjutkan pendidikan tinggi di Villanova University, Pennsylvania, di mana ia meraih gelar Sarjana Matematika pada 1977. Pada tahun yang sama, ia masuk novisiat Ordo Santo Agustinus (OSA) di Saint Louis, dalam Provinsi Our Lady of Good Counsel di Chicago. Ia mengikrarkan kaul pertama pada 2 September 1978 dan kaul kekal pada 29 Agustus 1981.

Pendidikan teologi ditempuhnya di Catholic Theological Union di Chicago, sebelum dikirim ke Roma untuk belajar Hukum Kanonik di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Angelicum). Ia ditahbiskan sebagai imam pada 19 Juni 1982 di Roma oleh Uskup Agung Jean Jadot. Di Roma pula, ia meraih lisensiat pada 1984 dan gelar doktor pada 1987, dengan disertasi mengenai peran prior lokal dalam Ordo Santo Agustinus.

Misi dan Pelayanan di Peru

Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Prevost ditugaskan oleh ordo ke wilayah misi di Peru. Dari 1985 hingga 1986, ia melayani di Chulucanas, Piura. Pada 1988, ia pindah ke Trujillo dan selama lebih dari satu dekade menjalankan berbagai peran penting di sana, baik dalam kehidupan komunitas Agustinus maupun di Keuskupan Agung Trujillo.

Di Trujillo, ia menjadi prior komunitas, direktur formasi, pengajar bagi para anggota yang telah mengikrarkan kaul, vikaris yudisial (hakim gerejawi), dan dosen hukum kanonik, patristik, dan moral di Seminari Agung 'San Carlos y San Marcelo'. Ia juga aktif dalam pelayanan pastoral di daerah miskin kota Trujillo sebagai administrator dan pastor paroki.

Pelayanannya yang menyatu dengan umat serta kepiawaiannya dalam pendidikan dan hukum gereja menjadikannya tokoh yang disegani di Peru, khususnya di kalangan Gereja lokal dan komunitas Agustinus.

Kepemimpinan dalam Ordo dan Gereja Lokal

Pada 1999, Prevost kembali ke Amerika Serikat dan terpilih sebagai prior provinsial Ordo Agustinus di Provinsi 'Mother of Good Counsel', Chicago. Dua setengah tahun kemudian, ia terpilih sebagai prior jenderal Ordo Agustinus dalam Kapitel Jenderal Biasa. Ia menjabat dua periode penuh, hingga 2013.

Pada November 2014, Paus Fransiskus menunjuknya sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Chiclayo di Peru, sekaligus memberinya gelar Uskup Tituler Sufar. Ia resmi ditahbiskan sebagai uskup pada 12 Desember 2014 dan diangkat sebagai Uskup Chiclayo secara penuh pada 26 November 2015.

Di Peru, ia juga dipercaya menjadi wakil ketua Konferensi Waligereja Peru (CEP) pada 2018. Di samping itu, ia menjabat sebagai administrator apostolik Callao pada 2020. Perannya dalam menjaga stabilitas lembaga Gereja selama krisis politik di Peru diakui luas.

Karier Kurial dan Kenaikan Menjadi Kardinal

Setelah bertahun-tahun berkarya di Peru, Prevost ditarik ke Roma. Pada 30 Januari 2023, ia diangkat oleh Paus Fransiskus sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin. Jabatan ini sangat penting karena berperan dalam seleksi dan penunjukan para uskup di seluruh dunia.

Sebagai Prefek, ia dikenal karena sikap tenangnya, kemampuan mendengarkan, dan kepemimpinan yang bijak. Ia jarang tampil di media namun mendapat pujian dari rekan-rekannya karena cara kerja yang penuh pertimbangan dan pendekatan pastoral yang kuat.

Pada Konsistori 30 September 2023, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal dan memberinya gelar gereja tituler Santa Monica. Ia resmi menerima gereja tersebut pada 28 Januari 2024. Pada Februari 2025, ia diangkat menjadi Kardinal Uskup dengan gelar Suburbikaria Albano.

Kontroversi dan Tanggapan

Seperti banyak tokoh tinggi dalam Gereja, Prevost tidak luput dari kontroversi. Ia pernah dikaitkan dengan dua kasus dugaan penanganan buruk kasus pelecehan seksual oleh imam. Yang pertama terjadi saat ia menjabat sebagai prior provinsial Agustinus di Chicago pada 1999-2001, terkait seorang imam non-Agustinus yang tinggal dekat sekolah dasar. Namun tidak ada bukti bahwa Prevost mengetahui atau mengizinkan situasi tersebut.

Kasus kedua muncul di Keuskupan Chiclayo, di mana dua imam dituduh melecehkan tiga anak perempuan. Meski ada tuduhan bahwa Prevost menutup-nutupi kasus ini, dokumen dan pernyataan dari keuskupan menyatakan ia justru memulai penyelidikan internal dan mendorong para korban untuk membawa kasusnya ke pihak berwenang. Penyelidikan awal kemudian diteruskan ke Dikasteri Ajaran Iman (DDF).

Namun, pada Mei 2025, laporan media menyebut adanya pembayaran sebesar $150.000 kepada para korban yang disebut-sebut untuk 'membungkam' mereka, yang memperburuk pandangan publik terhadap keterlibatan Prevost. Meski demikian, para pendukungnya menegaskan ia mengikuti prosedur hukum Gereja secara benar.

Terpilih sebagai Paus Leo XIV

Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, para kardinal berkumpul dalam konklaf. Meskipun Prevost baru diangkat menjadi kardinal pada 2023 dan tergolong relatif muda di antara para calon, pengalamannya yang luas di Amerika Latin, kedekatannya dengan visi Paus Fransiskus, dan gaya kepemimpinannya yang inklusif membuatnya menjadi kandidat yang dianggap sebagai jalan tengah.

Pada 8 Mei 2025, asap putih mengepul dari Kapel Sistina, menandai telah terpilihnya Paus baru. Beberapa saat kemudian, Kardinal Robert Francis Prevost tampil di balkon Basilika Santo Petrus sebagai Paus Leo XIV, Paus pertama dari Ordo Agustinus dan yang kedua dari benua Amerika.

Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya persatuan dalam Kristus, sebagaimana semboyan episkopalnya, 'In illo uno unum' (Dalam Yang Satu, kita menjadi satu). Pesan ini mencerminkan semangat pelayanan dan kesederhanaan yang telah menjadi ciri khas perjalanan panjangnya dalam Gereja.

Demikianlah profil Robert Francis Prevost yang menjadi Paus baru bergelar Leo XIV. Semoga bermanfaat!




(sto/dil)

Hide Ads