Nasabah mendemo kantor Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) DIY cabang Wates, Kulon Progo, karena tidak bisa mencairkan tabungan dan deposito. Pengelola BUKP Wates menyatakan masalah ini akan segera ditindaklanjuti.
"Pokoknya permasalahan ini sudah kita tindaklanjuti. Nanti nunggu koordinasi selanjutnya," ucap pengelola BUKP Wates, Tenti saat ditemui di kantornya, Kamis (24/4/2025).
Saat ditanya alasan BUKP belum bisa mencairkan tabungan maupun deposito nasabah, Tenti tidak menjelaskan secara rinci. Dia hanya menyebut terjadi rush keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terjadi rush. Semoga nanti bisa pulih kembali," ucapnya.
Untuk diketahui, rush keuangan merupakan kondisi saat banyak orang secara bersamaan menarik uang mereka dari bank atau lembaga keuangan karena alasan tertentu dalam waktu relatif singkat.
Diberitakan sebelumnya, massa nasabah menggelar aksi demo di kantor BUKP DIY cabang Wates, Kulon Progo, pagi ini. Mereka menuntut BUKP segera mencairkan tabungan dan deposito yang sudah macet sejak tiga tahun terakhir.
Pantauan detikJogja, terlihat massa telah memadati Kantor BUKP Wates yang berlokasi di depan Pasar Bendungan, Kalurahan Bendungan, Kapanewon Wates, Kulon Progo, pada sekitar pukul 09.15 WIB. Massa yang didominasi emak-emak ini berjalan kaki sembari membentangkan spanduk protes.
"AWAL SERIBU RAYUAN UNTUK MENABUNG, AKHIR SERIBU ALASAN UNTUK PENCAIRAN," tulis salah satu spanduk yang dibawa pendemo di lokasi, Kamis (24/4/2025).
Koordinator Aksi Paguyuban Nasabah BUKP Wilayah Kulon Progo, Sasmito Nugroho mengatakan demo ini digelar untuk menuntut BUKP segera mencairkan dana milik nasabah.
"Tuntutannya yang jelas tabungan kita segera cair. Jadi kita menuntut BUKP segera melunasi dan Pemda DIY bertanggung jawab terhadap tabungan-tabungan kami yang telah diselewengkan oleh BUKP sehingga sulit untuk dicairkan," ujarnya saat ditemui di sela-sela demo pagi ini.
Sasmito mengatakan sulitnya pencairan dana baik tabungan maupun deposito sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Kondisi ini dialami nasabah di wilayah Wates dan Galur dengan total dana yang tertahan mencapai lebih dari Rp 7 miliar.
"Mulai macet sekira dua tiga tahun lalu. Sudah tidak bisa mencairkan. Untuk Wates sekitar 107 nasabah, dengan total tabungan dan deposito sekitar Rp 3,5 miliar dan itu masih akan terus bertambah untuk Wates. Dan untuk Galur itu sekitar 85 nasabah, itu total sementara sekitar Rp 4,1 miliar. Itu kita akan terus berjuang untuk bisa cair," ucapnya.
"(Dana) Bervariasi, untuk tabungan, ada yang Rp 30-50 juta, bahkan ada yang Rp 700-800 juta per nasabah," imbuhnya.
Sasmito menyebut pihak BUKP tidak memberikan alasan yang jelas terkait belum bisanya pencairan dana tersebut. Setiap ditanya nasabah, jawabannya tidak ada uang.
"Alasannya tidak ada uang. Alasan itu berulang terus, tidak ada uang, tidak ada uang. Padahal kita dari nasabah ada yang membutuhkan buat mantu, buat melahirkan anaknya, dan buat acara yang dibutuhkan oleh pedagang yaitu modal, itu tetap tidak bisa cair," terangnya.
Saat ditanya kenapa bisa tertarik menyimpan dana di BUKP, Sasmito menyebut karena bunga yang tinggi. Diketahui bunga yang ditawarkan BUKP mencapai 9 persen.
"Awalnya itu banyak pedagang diimingi kemudahan karena didatangi, diambil, dan dikasih imbal hasil yang tinggi. Jadinya nasabah tertarik," ujarnya
Sasmito mengatakan para nasabah akan kembali menggelar aksi lanjutan di DPRD Kulon Progo. Jika belum ada solusi, aksi lanjutan bakal dilangsungkan di DPRD DIY dan berniat menemui Gubernur DIY, selaku pembina BUKP.
"Pasti ada. Rencana kita akan ke DPRD Kabupaten dan ketemu dengan Bupati serta jajaran terkait. Nanti setelah dari DPRD Kabupaten, lanjut ke DPRD Provinsi dan insyaallah kita bertemu dengan Kanjeng Sultan," ucapnya.
(rih/dil)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang