Sebagai salah satu sahabat Rasulullah SAW, sosok Ali bin Abi Thalib memberikan kisah yang dapat dijadikan tauladan bagi setiap kaum muslim. Salah satunya mengenai akhir hidupnya yang begitu bermakna. Lantas, seperti apa kisah wafatnya Ali bin Abi Thalib?
Mengutip dari buku '10 Sahabat Rasul Penghuni Surga' oleh Ariany Syurfah, Ali bin Abi Thalib merupakan putra dari Abu Thalib bin Abdul Mutalib dan Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf Al-Quraisyiah Al-Hasyimiah. Ali bin Abi Thalib lahir pada hari Jumat, 13 Rajab tahun 599 Masehi dan memiliki nama Haydar.
Ali bin Abi Thalib merupakan sepupu dari Rasulullah SAW yang memiliki garis keturunan sama berasal dari kakek mereka yaitu Abdul Muthalib. Dikisahkan bahwa Rasulullah SAW yang saat itu berusia lebih dari 30 tahun memberikan kesan kurang menyukai terkait nama Haydar yang memiliki makna singa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih menyebut sepupunya itu sebagai Haydar, Rasulullah SAW memberikan nama panggilan sebagai Ali yang berarti tinggi. Selain memberikan peran yang begitu bermakna dalam kehidupan Rasulullah SAW karena termasuk sebagai salah satu sahabat beliau, Ali bin Abi Thalib juga memiliki perilaku yang mampu menjadi suri teladan bagi umat Islam.
Termasuk saat akhir hidupnya yang tetap mengajak kaum muslimin agar senantiasa bertakwa. Sebagai salah satu wujud meneladani kisah sahabat Rasulullah SAW yaitu Ali bin Abi Thalib, artikel ini akan mengulas kisah wafatnya sosok salah satu khalifah dan Khulafaur Rasyidin tersebut. Simak baik-baik rangkuman kisahnya berikut ini.
Keistimewaan Sosok Ali bin Abi Thalib
Sebelum mengetahui seperti apa kisah wafatnya Ali bin Abi Thalib, terlebih dahulu mari mengenal keistimewaan sosok khalifah sekaligus sahabat Rasulullah SAW ini. Masih merujuk dari buku yang sama, dikatakan bahwa Ali bin Abi Thalib kedudukannya sangat dekat di sisi Rasulullah SAW.
Sebagai sepupu sekaligus sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib rupanya memiliki kedudukan yang begitu dekat dengan Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan Ali menjadi orang yang cukup dipercaya oleh Rasulullah SAW dalam situasi tertentu.
Salah satunya saat Ali tidak disertakan sebagai pasukan Perang Tabuk. Alih-alih bergabung dengan pasukan tersebut, Ali justru diperintahkan oleh Rasulullah SAW agar menjadi wakil beliau di Kota Madinah. Kedudukan Ali yang begitu dekat dengan Rasulullah SAW juga telah disampaikan dalam sebuah riwayat hadits. Sebagaimana diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda kepada Ali:
"Apakah engkau tidak ridho jika kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa?"
Kemudian bersama-sama dengan Rasulullah SAW dan para sahabat beliau, Ali bin Abi Thalib juga turut berjuang dalam membela agama Islam. Sebagaimana disampaikan dalam buku 'Meneladani Muhammad SAW' karya Dewi Mulyani, bahwa Ali menjadi sosok 'perisai' bagi Rasulullah SAW saat terjadi peristiwa pengepungan beliau yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy.
Tidak hanya itu saja, Ali juga memberikan saran-saran yang baik selama masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar. Bahkan Ali juga ikut membantu urusan Khalifah Umar bin Khathab, salah satunya penentuan kalender Hijriah. Kemudian Ali juga mendukung Khalifah Utsman bin Affan dalam berbagai urusan, misalnya saja penggandaan dan pembagian Al-Quran.
Sebagai sosok yang begitu berjasa bagi Rasulullah SAW dan khalifah terdahulu, Ali bin Abi Thalib mendapatkan desakan untuk menjadi khalifah berikutnya sepeninggalan Khalifah Utsman bin Affan. Meskipun sempat menolak, tetapi berkat pertimbangan agar mencegah terjadinya kekacauan bagi kaum muslimin, Ali akhirnya dibaiat sebagai khalifah keempat.
Kisah Wafatnya Ali bin Abi Thalib di Bulan Ramadhan
Tugas Ali bin Abi Thalib sebagai sosok khalifah tidaklah mudah. Ada berbagai rintangan yang harus dilalui olehnya sebagai seorang khalifah di bumi. Salah satu rintangan terberat yang harus dilalui pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib adalah tersebarnya fitnah yang ditujukan bagi dirinya.
Merujuk dari buku 'Kisah Edukatif 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga: Membangun Karakter Anak dengan Meneladani Kisah Sahabat Rasulullah Pilihan' oleh Luthfi Yansyah, bahwa saat terjadinya Perang Jamal di tahun 36 Hijriah, sekelompok orang mulai menyebarkan fitnah. Perang tersebut dimenangkan oleh pasukan Ali bin Abi Thalib.
Kemudian terjadilah Perang Shiffin yang melibatkan pasukan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Selama perang berlangsung, pasukan Ali bin Abi Thalib hampir mengalahkan pihak musuk. Namun, pasukan Mu'awiyah justru meminta damai. Inilah yang membuat perundingan ditetapkan.
Melalui perundingan tersebut diputuskannya bahwa baik Ali bin Abi Thalib maupun Mu'awiyah harus turun dari jabatannya masing-masing. Terkait urusan kekhalifahan akan diserahkan berdasarkan musyawarah di kalangan kaum muslimin.
Sayangnya, kaum muslimin justru terpecah menjadi kelompok yang berbeda. Ada salah satu kelompok yang ingin membelot dari Ali bin Abi Thalib karena menyetujui perdamaian dengan pihak musuh. Kelompok tersebut dijuluki sebagai kaum Khawarij.
Upaya pembelotan dilakukan dengan melakukan berbagai perusakan. Inilah yang membuat Ali bin Abi Thalib mau tak mau harus turun tangan. Pihak kaum Khawarij mengirimkan tiga orang untuk menghadapi Ali bin Abi Thalib. Salah satu di antara mereka yang bernama Ibnu Muljam mendapatkan tugas untuk mengambil nyawa Ali dan yang lainnya harus menghilangkan nyawa Mu'awiyah dan Amru bin al-Ash.
Amru bin al-Ash sendiri merupakan utusan Mu'awiyah selama perundingan sebelumnya dilakukan. Sebagai sosok yang bertugas mengincar nyawa Ali, Ibnu Muljam berangkat ke Kufah untuk menemui targetnya.
Dikisahkan pada saat itu Ali bin Abi Thalib tengah keluar untuk membangunkan orang-orang agar menunaikan sholat. Berbekal pedang di tangannya, Ibnu Muljam berhasil mengenai Ali bin Abi Thalib.
Meskipun sempat bertahan selama beberapa saat, Ali bin Abi Thalib dinyatakan wafat di tanggal 19 Ramadhan 40 Hijriah.
Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Ali bin Abi Thalib sempat menyampaikan pesan terakhirnya kepada kaum muslimin. Drs Imam Subchi, MA dalam bukunya 'Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah Kelas 10' menyampaikan informasi bahwa Ali bin Abi Thalib meninggalkan pesan sebelum wafat. Adapun pesan yang disampaikan olehnya adalah sebagai berikut:
"Jika aku bertahan hidup, aku mempunyai perhitungan tersendiri, jika aku mati, aku menyerahkan kepada kalian. Jika kalian membalas dendam, balaslah satu pukulan dengan satu pukulan serupa, tetapi jika kalian memaafkan, maka hal itu lebih dekat kepada ketakwaan."
Pada akhir hidupnya, Ali bin Abi Thalib turut memberikan pesan agar kaum muslimin tidak memerangi kaum Khawarij. Sebagaimana Ali berkata:
"Sepeninggalku, janganlah kalian memerangi kaum Khawarij. Sungguh orang yang mencari kebenaran tetapi terjebak dalam kekeliruan berbeda dengan orang yang menonjolkan dan terus mempertahankannya."
Itulah tadi sekilas kisah wafatnya Ali bin Abi Thalib di bulan Ramadhan beserta keistimewaan sosok salah satu sahabat dari Rasulullah SAW tersebut. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan baru bagi detikers.
(par/apl)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM