Sejarah Perjanjian Saragosa Beserta Isi dan Dampaknya

Sejarah Perjanjian Saragosa Beserta Isi dan Dampaknya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Minggu, 19 Jan 2025 12:26 WIB
Ilustrasi tulisan sejarah di samping buku dan pensil
Ilustrasi sejarah perjanjian saragosa. Foto: Freepik/freepik
Jogja -

Sejarah Indonesia dikenal dengan kedatangan bangsa lain untuk mencari kekayaan alam. Oleh karenanya, perebutan wilayah kekuasaan di Indonesia terjadi selama bertahun-tahun. Pertikaian-pertikaian ini salah satunya dituntaskan melalui Perjanjian Saragosa.

Dirujuk dari The Map as History, Perjanjian Saragosa atau Zaragoza bertujuan mendamaikan bangsa Spanyol dan Portugis yang telah lama bersitegang. Sebelum Perjanjian Saragosa ditekan, keduanya telah lebih dahulu mengesahkan Perjanjian Tordesillas pada 1494.

Berlangsung pada 7 Juni 1494, Treaty of Tordesillas ditandatangani oleh Raja Ferdinand II-Ratu Isabella I dan Raja John II dari Portugal. Untuk sementara waktu, Spanyol dan Portugis berdamai mengenai pembagian wilayah kekuasaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua berubah ketika Spanyol datang ke Maluku yang telah lebih dahulu didatangi Portugis. Spanyol dianggap melanggar isi Perjanjian Tordesillas dan membuat persaingan antara kedua bangsa ini kembali memanas.

Situasi itulah yang kemudian memicu Perjanjian Saragosa untuk disahkan. Sudah tahu sejarah lengkapnya? Mari, baca sejarah Perjanjian Saragosa serta isi dan dampaknya melalui uraian yang telah detikJogja siapkan di bawah ini. Baca sampai tuntas, ya, detikers!

ADVERTISEMENT

Sejarah Perjanjian Saragosa

Dirangkum dari makalah bertajuk Perjanjian Saragosa oleh Ammar Muhammad dari Universitas Negeri Yogyakarta, setelah Perjanjian Tordesillas ditekan, Spanyol terus melakukan ekplorasi ke arah barat. Mereka berhasil mencapai Filipina pada 1521.

Di sisi lain, penjelajah-penjelajah Portugis tetap berlayar dengan jalur timur dan berhasil sampai di Maluku pada 1512. Sejatinya, pertama kali, penjelajah Portugis sampai dahulu di Malaka dan menguasainya pada 1510 di bawah pimpinan Alfonso d'Albuquerque.

Lalu, Antonio d'Abreu dan Francesco Serrao pada 1512 melakukan ekspansi ke Maluku. Di sana, orang-orang Portugis melakukan hubungan dagang yang saling menguntungkan dengan Kesultanan Ternate. Tak hanya berdagang, orang Portugis juga mendapat hak untuk membangun benteng dan menyebarkan agama.

Sementara itu, usai sampai di Filipina, Spanyol di bawah pimpinan Sebastian Del Cano terus mencari rempah-rempah dan mendarat di Tidore. Saat itu, Kesultanan Tidore dan Ternate tengah berseteru.

Singkat kata, Portugis menuduh Spanyol melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas. Demi mengakhiri konflik tersebut, pada 1524 kedua bangsa sepakat untuk melakukan perundingan. Tiga astronom dan kartografer serta 3 matematikawan membentuk komite untuk menetapkan lokasi antimeridian Tordesillas.

Nama-nama delegasi dari Portugis adalah Antonio de Azevedo Coutinho, Diogo Lopes de Sequeira, Lopo Homem, Simao Fernandes, serta seorang kartografer dan kosmografi. Sementara itu, dari Spanyol ada Count Mercurio Gatine, Garcie de Loayasa, Uskup Osma, Garcia de Padilla, Grand Master Ordo Calatrava, dan Diogo Ribeiro.

Hasil penyelidikan komite tersebut kemudian disepakati pada 22 April 1529 di Zaragoza, Spanyol. Perjanjian itulah yang di kemudian hari dikenal sebagai Treaty of Zaragoza (Perjanjian Saragosa). Perjanjian ini ditandatangani oleh Raja John III dari Portugis dan Kaisar Charles V dari Spanyol

Adapun hasil perjanjian tersebut, wilayah-wilayah Spanyol di Maluku diberikan kepada Portugis. Sementara itu, Portugis juga mesti membayar 350.000 dukat emas kepada Spanyol. Bangsa Portugis juga dilarang untuk memperluas benteng di wilayah Ternate. Mereka hanya diperbolehkan untuk memperbaikinya saja.

Isi Perjanjian Saragosa

Diambil dari laman resmi Universitas Islam An Nur Lampung, isi Perjanjian Saragosa adalah:

  1. Garis demarkasi baru ditetapkan di sebelah timur, sekitar 1.763 kilometer sebelah timur Kepulauan Maluku. Bagian timur dari garis tersebut adalah zona pengaruh Spanyol, sedangkan bagian baratnya milik Portugis.
  2. Spanyol meninggalkan Maluku dan mengganti fokusnya ke Filipina.
  3. Portugis membayar Spanyol sebanyak 350.000 dukat emas sebagai kompensasi.

Dampak Perjanjian Saragosa

Akibat Perjanjian Saragosa, Portugis mendapat semacam legitimasi untuk terus berada di Maluku. Di sisi lain, Spanyol kemudian berubah haluan untuk mengurus urusannya di Filipina.

Kendati tidak bisa memperoleh rempah-rempah lagi dari Maluku, Spanyol punya cara lain untuk memenuhi kebutuhannya. Cara pertama adalah mencari varietas rempah-rempah dari lokasi lain. Adapun cara kedua adalah menanamnya sendiri.

Perjanjian Saragosa menjadi titik awal dominasi Portugis di Maluku. Bangsa satu ini kemudian memonopoli perdagangan rempah-rempah sekaligus membangun benteng-benteng. Kebijakan monopoli dan tindakan represif Portugis membuat perlawanan dari rakyat semakin menjadi-jadi.

Dikutip dari buku Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Maluku oleh John A Pattikayhatu, Portugis yang menyebarkan agama Kristen juga mendapat tentangan dari raja-raja dan masyarakat Islam. Akibatnya, pecah perang untuk melawan Portugis yang berakhir dengan kemenangan di pihak pribumi.

Kendati Portugis telah diusir, bangsa ini masih meninggalkan sejumlah warisan. Dikutiip dari modul Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia oleh Alin Rizkiyan Putra, berikut warisannya:

  1. Keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan gitar.
  2. Kosa kata asal Portugis yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pesta, sabun, bendera, meja, dan minggu.
  3. Nama-nama keluarga khas Portugis, seperti da Costa, Dias, Mendoza, Rodriguez, dan da Silva.
  4. Masuknya agama Katolik di beberapa daerah timur Indonesia.

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai sejarah Perjanjian Saragosa beserta isi dan dampaknya. Semoga bisa menambah wawasan detikers terkait sejarah Indonesia, ya!




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads