Suasana jual beli sapi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping belum menggembirakan. Pascasebaran penyakit mulut dan kuku, terpantau kondisinya masih sangat sepi. Selain harga turun, tercatat transaksi hanya 5 ekor sapi per pasaran Pahing.
detikJogja mendatangi Pasar Hewan Ambarketawang Gamping sejak pagi hari. Terpantau pukul 09.00 WIB sudah sangat sepi dari aktivitas. Normalnya, pasar hewan ini ramai hingga di atas pukul 11.00 WIB.
"Ini sangat sepi, lalu sapi yang terjual juga sepi. Rata-rata belum berani masuk ke sini pedagang. Kalau normal bisa masuk 200 ekor lebih, sekarang paling 50 ekor sapi," jelas salah seorang blantik sapi asal Kulon Progo, Darmadi (37) saat ditemui di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping, Rabu (15/1/2025).
Darmadi menuturkan, harga turun antara Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per ekornya. Kondisi ini, lanjutnya, sudah berlangsung sejak 4 kali pasaran Pahing. Tak hanya di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping tapi juga di wilayah Imogiri Bantul dan Pasar Hewan Gunungkidul.
Para pedagang awalnya berharap dengan transaksi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping. Ini karena Pasar Hewan Imogiri Bantul dan Pasar Pracimantoro Gunungkidul tutup. Faktanya, kondisi pasar di Sleman juga sangat sepi.
"Imogiri tutup, Siyono masih buka kemarin, Pracimantoro kurang tahu tapi infonya tutup. Tapi kalaupun buka kondisinya sama, sepi drop sekali. Harapan ke pemerintah segera tertangani. Ini kan imbas dampak PMK," harapnya.
Para pedagang, berharap kasus PMK bisa tertangani sebelum Idul Adha 2025. Meskipun jaraknya masih 5 bulan, namun dampaknya tetap terasa. Jika kondisi penyebaran PMK masih konstan, maka penjualan bisa sepi.
"Idul Adha masih lumayan jauh 5 bulan. Harapannya ya membaik dan normal sebelum masuk Idul Adha," ujarnya.
Di satu sisi, dia juga menyoroti kebijakan pemerintah pusat. Berupa dibukanya keran impor sapi. Padahal ketersediaan sapi lokal masih sangat mencukupi kebutuhan pasar.
Kebijakan ini berdampak pula pada harga jual sapi lokal. Alhasil menekan harga jual sapi menjadi lebih rendah. Kondisi ini diperparah dengan sebaran PMK di wilayah Jogja.
"Pemerintah malah nurunkan impor, padahal lokal masih mencukupi. Tambah PMK ini harga drop jengking. Sapi anakan bibit limosin sekarang saja sepi peminat," katanya.
Kondisi ini juga dikeluhkan blantik sapi lainnya, Luki (30). Dalam kondisi normal, sebanyak 400 ekor sapi bisa masuk Pasar Hewan Ambarketawang Gamping. Saat ini kondisinya tak lebih dari 100 ekor setiap pasaran Pahing.
Harga sapi, lanjutnya, juga terjun bebas. Untuk anakan sapi varietas unggul bisa turun Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per ekornya. Dari harga normal Rp 12 juta menjadi Rp 10 juta. Kondisi ini sudah berlangsung sejak pertengahan Desember 2024.
"Vaksin telat, harusnya dipush agar PMK bisa tertangani. Normal bisa masuk 400 ekor, ini tidak ada 100 ekor. Harga bibit normal Rp 12 juta ini sekarang Rp 10 juta. Kondisi ini sejak tahun baru, kondisinya merata seperti ini di semua pasar hewan," katanya
Tak hanya blantik, sepinya pasar hewan juga berdampak pada armada pengangkut. Dari normalnya mencapai 4 sampai 5 ekor sekali angkut, kini hanya 2 ekor. Tentunya ini berdampak pada komisi yang diterima para sopir.
Sunyoko, pengemudi asal Tempel Sleman menuturkan hanya menurunkan satu unit kendaraan pengangkut. Itupun tidak terisi penuh. Hanya membawa 2 ekor sapi dalam sekali angkut.
"Ini sekarang sepi sekali kendaraan yang masuk. Sapi yang masuk juga sedikit. Harga turun banyak, yang datang padahal sapi ini sehat sehat. Ini terparah, dampak ke supir ya baru tahun ini. Saya ada mobil 2, tidak jalan satu. Satu mobil biasanya 4 sampai 5 sekarang cuma 2 ekor," ujarnya.
Respons UPTD Pasar Hewan Ambarketawang bisa dibaca di halaman berikutnya
            
            
            
            
            (apu/afn)