Kenapa Bendera Kuning Identik dengan Kematian? Begini Sejarahnya

Kenapa Bendera Kuning Identik dengan Kematian? Begini Sejarahnya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Sabtu, 12 Okt 2024 09:03 WIB
Bendera kuning
Bendera kuning. (Foto: Freepik/wirestock)
Jogja -

Di beberapa daerah Indonesia, bendera kuning digunakan sebagai penanda meninggalnya seseorang. Terlepas dari fakta tersebut, pernahkah detikers bertanya-tanya, kenapa harus kuning? Ternyata begini sejarahnya.

Dikutip dari laman resmi Binus University, semua warna punya segudang makna, tergantung persepsi masyarakat setempat. Adapun untuk kuning, warna ini dipakai secara luas di seantero Bumi untuk urusan lalu lintas dan penanda kehati-hatian.

Di samping itu, kuning melambangkan optimisme, kreativitas, hingga kebahagiaan. Namun, selain pemaknaan yang positif, kuning juga dianggap menyimpan sejumlah makna negatif, seperti egois dan pengkhianatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, apakah kuning punya makna kematian atau arti lain yang senada dengan hal tersebut? Untuk mengetahui alasan kuning diidentikkan dengan kematian, detikers bisa menyimak pembahasan lengkapnya yang telah detikJogja siapkan di bawah ini.

Sejarah Bendera Kuning sebagai Penanda Kematian

Berdasar penjelasan dari laman National Geographic, pemilihan warna kuning untuk penanda kematian ternyata telah berakar sejak masa kolonialisme Belanda. Saat itu, bendera polos kuning dengan simbol Q digunakan untuk menandai penderita penyakit mematikan yang mesti dikarantina.

ADVERTISEMENT

Berhubung wabah yang kala itu menjangkiti begitu mematikan, banyak orang kemudian meninggal. Akibatnya, hingga kini, bendera kuning diidentikkan dengan kematian kendati wabah serupa sudah hilang.

Sebagai informasi, simbol Q yang ada di bendera kuning era Belanda adalah singkatan dari quarantine atau karantina. Menariknya, penggunaan bendera kuning untuk karantina tersebut tidak hanya diterapkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, tetapi juga di luar negeri.

Diringkas dari Sail Proof, di Inggris, bendera kuning bahkan telah digunakan sejak abad pertengahan sebagai penanda kapal-kapal yang dikarantina. Pada 1789 lebih tepatnya, Inggris memaksakan penggunaan bendera kuning yang disebut yellow jack untuk kapal-kapal yang penumpangnya terjangkit penyakit menular.

Namun, dalam perkembangan terbaru, bendera kuning justru punya makna lain, yakni tanda bahwasanya awak dan penumpang kapal dalam keadaan sehat. Dengan mengibarkan bendera kuning ini, kapal-kapal meminta meminta otoritas pelabuhan untuk membiarkan mereka masuk.

Tak Hanya Kuning, Bendera Putih dan Merah Juga Tanda Berkabung

Di beberapa daerah Indonesia, seperti Jogja, bendera tanda berkabung justru berwarna putih. Dirujuk dari Jurnal Ibda' bertajuk 'Tradisi dan Ritual Kematian Wong Islam Jawa' oleh Suwito dkk, usai seseorang meninggal dunia, di bagian depan rumah almarhum, akan diberi tanda berupa bendera putih.

Maksud pemilihan warna putih adalah untuk menunjukkan wujud suci. Pasalnya, warna ini bermakna penyerahan diri kepada Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan digunakannya warna yang sama untuk pakaian haji dan kain kafan mayat.

Adapun untuk kuning, bendera dengan warna ini menyimbolkan adanya 'lelayu' yang berasal dari kata 'layu'. Kata lelayu ini berasal dari bahasa Jawa pertengahan yang artinya ada manusia meninggal dunia. Nah, simbolitas layu/lelayu ini kemudian ditransformasikan menjadi warna kuning.

Tak hanya kuning dan putih, bendera berwarna merah juga digunakan untuk menandai wafatnya seseorang. Menurut informasi dalam Jurnal JIMMI berjudul 'Analisis Urf Terhadap Pengibaran Bendera Kuning sebagai Tanda Ada Kematian' oleh Reni Wulandari dan Udin Juhrodin, di antara wilayah yang memakai warna merah sebagai simbol kematian adalah Solo.

Nah, itulah penjelasan ringkas mengenai sejarah pemakaian bendera kuning yang di beberapa daerah, digunakan untuk penanda kematian. Semoga bisa menambah cakrawala pengetahuan detikers, ya!




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads