Renungan Harian Katolik Minggu 22 September 2024 dan Bacaannya: Ambisi

Renungan Harian Katolik Minggu 22 September 2024 dan Bacaannya: Ambisi

Santo - detikJogja
Minggu, 22 Sep 2024 04:00 WIB
Ilustrasi gereja Katolik
Ilustrasi renungan Katolik hari ini. (Foto: Unsplash/Josh Applegate)
Jogja -

Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk memperdalam hubungannya dengan Allah. Renungan harian Katolik tersebut biasanya disertai dengan bacaan dan doa.

Berdasarkan kalender liturgi 2024 yang disusun oleh KomisiLiturgiKWI, hari ini Minggu 22 September 2024 merupakan hari minggu biasa XXV; dengan orang kudus Santo Thomas dariVilkanova, Uskup dan Pengaku Iman. Santo Mauritius dkk, Martir; dan warna liturgi hijau.

Mengangkat tema tentang ambisi manusia, mari simak renungan harian Katolik Minggu 22 September 2024 berikut ini yang dihimpun dari buku 'Inspirasi Pagi' oleh Hortensius F. Mandaru dari Departemen Penerjemahan Lembaga Alkitab Indonesia. Renungan ini juga dilengkapi dengan bacaan dan doa penutup.

Renungan Harian Katolik Hari Ini 22 September 2024

Bacaan Hari Ini

Keb. 2:12,17-20;

  • Keb 2:12 Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.
  • Keb 2:17 Coba kita lihat apakah perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang.
  • Keb 2:18 Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya.
  • Keb 2:19 Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya.
  • Keb 2:20 Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan."

Mzm. 54:3-4,5,6,8;

  • Mzm 54:3 (54-5) Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah. Sela
  • Mzm 54:4 (54-6) Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku.
  • Mzm 54:5 (54-7) Biarlah kejahatan itu berbalik kepada seteru-seteruku; binasakanlah mereka karena kesetiaan-Mu!
  • Mzm 54:6 (54-8) Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya TUHAN.

Yak. 3:16-4:3;

  • Yak 3:16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
  • Yak 3:17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
  • Yak 3:18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
  • Yak 4:1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
  • Yak 4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
  • Yak 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

Mrk. 9:30-37.

  • Mrk 9:30 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang;
  • Mrk 9:31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."
  • Mrk 9:32 Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
  • Mrk 9:33 Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"
  • Mrk 9:34 Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
  • Mrk 9:35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."
  • Mrk 9:36 Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:
  • Mrk 9:37 "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."

Renungan Hari Ini

Sambil berjalan bersama Yesus menuju salib, para murid belajar tentang jalan salib. Inti pelajaran itu adalah: Di Yerusalem, Anak Manusia harus menderita dan dibunuh manusia, tetapi akan dimuliakan Allah dalam kebangkitan-Nya. Apakah para murid memahami hal itu? Sama sekali tidak!

Pertama, mereka tidak mengerti perkataan Yesus, tetapi tidak berani bertanya kepada-Nya. Ini contoh murid yang apatis. Mereka tidak ingin belajar dan terpenjara dalam pandangan sendiri.

Mereka sudah punya konsep baku tentang Mesias sebagai raja yang jaya, yang menang dan mengusir penjajah, lalu membentuk negara yang merdeka. Tentu saja mereka berharap menjadi staf pemerintahan dan eselon atas.

Karena itu, apa pun yang dikatakan sang Guru cukup didengarkan saja, tanpa perlu diamini atau diyakini, apalagi dijalani. Mereka juga takut dibentak dan dimarahi seperti yang dialami Petrus sebelumnya, sehingga memilih diam.

Kedua, mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Ini ironi yang tajam. Sementara berjalan bersama Yesus ke Yerusalem, mendengar pengajaran-Nya tentang salib dan kebangkitan, para murid justru bertengkar tentang pangkat dan jabatan.

Di jalan salib, mereka justru meributkan kursi dan posisi. Menjadi tuan dan disapa "yang mulia" atau "yang terhormat" adalah dambaan manusia sepanjang masa. Ambisi akan posisi dan "menjadi penting" tertanam dalam diri kita.

Kalau ditanya, seperti para murid, kita tentu akan diam saja, malu-malu tetapi mau. Dalam kenyataan, ambisi itu mewarnai semua tingkah laku kita, bahkan juga berada di balik semua kegiatan yang berlabel mulia, seperti pelayanan, misi, pewartaan, dan lain-lain.

Ketiga, berhadapan dengan "pandemi ambisi" seperti itu, Yesus pun menegaskan pelayanan. Inti pertanyaan Yesus tetap abadi: Kita melayani siapa? Kita melayani ambisi sendiri atau melayani Allah dan misi-Nya?

Yesus menawarkan cara pandang baru dan radikal, yang berbeda dari konteks zaman-Nya yang amat mengagungkan posisi dan kedudukan. Para murid dan jemaat-Nya harus tampil beda. Carilah tempat yang terakhir, berlombalah untuk menjadi pelayan! Tentu ini tidak mudah!

Karena itu, Yesus menguatkan ajaran-Nya dengan sebuah gambaran: Ia menempatkan seorang anak di tengah. Mungkin anak itu adalah remaja yang menjadi pelayan dan pembantu di rumah itu.

Dari segi usia, ia tidak punya kuasa dan tidak diperhitungkan. Dari segi pekerjaan, ia hanya melayani para tuannya dalam rumah. Yesus lalu memeluknya.

Mengapa? Karena anak itu persis memerankan apa yang menjadi inti karya Yesus, yakni melayani manusia. Anak itu juga kiranya menjadi model murid sejati: Hanya melayani, tanpa ambisi akan kursi dan posisi.

Doa Penutup

Allah Maha Pengasih dan Penyayang, segala perintahMu Kauringkas dalam perintah cinta kepadaMu dan kepada sesama manusia. Semoga dengan mentaati perintah-perintahMu, kami dapat memperoleh kehidupan abadi.

Demi Yesus Kristus, PuteraMu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang masa. Amin.

Demikian renungan harian Katolik Minggu 22 September 2024 dengan bacaannya. Semoga berkat Allah senantiasa menyertai keseharian kita. Amin.




(sto/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads