Mengapa Ayyamul Bidh Disebut Hari-hari Putih? Begini Penjelasannya

Mengapa Ayyamul Bidh Disebut Hari-hari Putih? Begini Penjelasannya

Anindya Milagsita - detikJogja
Selasa, 17 Sep 2024 12:16 WIB
Ilustrasi berbuka puasa
Ilustrasi puasa Ayyamul Bidh. (Foto: Freepik/freepik)
Jogja -

Salah satu waktu yang sangat dianjurkan bagi umat Islam untuk menjalankan puasa sunnah adalah tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya yang disebut Ayyamul Bidh atau hari-hari putih. Lantas mengapa dinamakan Ayyamul Bidh?

Mengutip dari buku 'Buku Pintar Sejarah & Peradaban Islam' yang disusun oleh Salamah Muhammad Al-Harafi, dijelaskan bahwa Al-Ayyam Al-Bidh atau hari-hari putih adalah hari atau tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas dari tiap-tiap bulan Arab. An-Nasa'i meriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari, dia berkata:

"Dalam satu bulan ada tiga hari putih yang Rasulullah menyuruh kami untuk berpuasa pada tiga hari putih itu, yaitu tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda, 'Berpuasa tiga hari putih sama seperti puasa dahr.' Ibnu Hibban memasukkan riwayat ini ke dalam kategori riwayat shahih.

Diketahui bahwa puasa Ayyamul Bidh disebut juga sebagai puasa hari-hari putih. Lalu mengapa Ayyamul Bidh disebut hari-hari putih? Agar lebih memahami terkait hal ini, detikJogja telah merangkum informasinya secara lengkap.

Asal-usul Ayyamul Bidh

Mengutip dari buku 'Panduan Muslim Sehari-hari' yang disusun oleh Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, disebut hari-hari putih (oyyaam al-bidh) karena pada tanggal-tanggal tersebut pada malam harinya suasana menjadi terang benderang oleh sinar bulan, sehingga masyarakat Arab pun menyebutnya sebagai "hari-hari putih".

Lebih lanjut dijelaskan melalui laman resmi Nahdlatul Ulama, mengutip dari kitab Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari, Kiai Mahbub menjelaskan bahwa sebab dinamai Ayyamul Bidh berkaitan dengan kisah Nabi Adam AS saat diturunkan ke Bumi.

Diceritakan bahwa saat turun ke bumi, kulit Nabi Adam AS berubah menjadi hitam karena terbakar sinar matahari. Allah SWT pun memberikan wahyu kepada Nabi Adam AS untuk mengerjakan puasa sunnah pada saat Ayyamul Bidh.

Pada saat menjalankan puasa hari pertama, sepertiga badannya menjadi putih. Lalu saat puasa hari kedua, dua pertiga dari tubuhnya berubah memutih. Ketika melanjutkan puasa di hari ketiga, seluruh tubuh Nabi Adam AS berubah menjadi putih.

Kisah tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam hadits riwayat Ibnu Abbas r.a., bahwa:

"Sebab dinamai 'Ayyamul Bidh' adalah riwayat Ibnu Abbas r.a., dinamai Ayyamul Bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarnya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih); 'Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (Ayyamul Bidh)'. Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih."

Selain berasal dari kisah Nabi Adam AS, mengapa Ayyamul Bidh disebut hari-hari putih juga berasal dari pendapat lain yang menyebutkan tentang sinar bulan. Masih merujuk dari sumber yang sama, dijelaskan bahwa pada tanggal-tanggal Ayyamul Bidh terlihat terang benderang disinari Bulan.

Bukan hanya itu, pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriah juga menjadi siklus bulan purnama. Hal tersebut membuat hari-hari tersebut terlihat putih atau terang. Maka, Ayyamul Bidh pun disebut sebagai hari-hari putih atau hari-hari terang.

Anjuran Puasa Ayyamul Bidh

Salah satu amalan yang dapat dikerjakan oleh seorang muslim pada saat Ayyamul Bidh adalah melakukan puasa sunnah. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan dalam laman resmi Nahdlatul Ulama. Dijelaskan bahwa anjuran menjalankan puasa Ayyamul Bidh tercantum dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Adapun hadits yang dimaksud:

"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, 'Rasulullah SAW sering tidak makan (berpuasa) pada hari-hari yang malamnya cerah (Ayyamul Bidh), baik di rumah maupun dalam bepergian'." (HR. an-Nasa'i dengan sanad hasan).

Sebagai informasi, puasa Ayyamul Bidh dapat dilaksanakan oleh umat Islam pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya. Namun, perlu diketahui bahwa sistem penanggalan yang dipakai bukanlah Masehi, melainkan kalender Islam atau Hijriah. Jadi bagi seorang muslim yang hendak menjalankan puasa Ayyamul Bidh, perlu untuk mengetahui terlebih dahulu tanggal 13, 14, dan 15 yang merujuk pada bulan-bulan Hijriah.

Niat Puasa Ayyamul Bidh

Sebelum menjalankan puasa Ayyamul Bidh, hendaknya bagi seorang muslim untuk membaca niat puasa terlebih dahulu. Dengan membaca niat puasa Ayyamul Bidh, diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa puasa sunnah yang akan dijalani semata-mata ditujukan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Agar seorang muslim memiliki panduan dalam membaca doa niat puasa Ayyamul Bidh, berikut bacaannya lengkap yang dikutip dari buku 'Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasulullah' yang disusun oleh Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jahamri:

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ Ψ£ΩŽΩŠΩ‘ΩŽΨ§Ω…Ω Ψ§Ω„Ψ¨ΩŽΩŠΩ’ΨΆΩ Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω‹ Ω„ΩΩ„Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰.

"Nawaitu shauma ayyaamil biidhi sunnatan lillaahi ta'aalaa."

Artinya: "Saya niat puasa hari-hari putih, sunnah karena Allah Ta'ala."

Nah, itulah tadi rangkuman mengenai mengapa Ayyamul Bidh disebut hari-hari putih yang dilengkapi dengan anjuran berpuasa sunnah dan bacaan niatnya. Semoga informasi ini membantu!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads