BMKG Catat 12 Gempa Besar di Zona Megathrust Selatan Jawa Medio 1840-2009

BMKG Catat 12 Gempa Besar di Zona Megathrust Selatan Jawa Medio 1840-2009

Dwi Agus - detikJogja
Selasa, 27 Agu 2024 15:33 WIB
Aktivitas pemantauan gempa di Stasiun Geofisika BMKG DIY, Selasa (27/8/2024).
Aktivitas pemantauan gempa di Stasiun Geofisika BMKG DIY, Selasa (27/8/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja
Sleman -

Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat, kawasan perairan di Laut Selatan Pulau Jawa sudah mengalami gempa besar berulang kali. Setidaknya, ada 12 kejadian yang terlaporkan atau terdokumentasikan. Gempa ini terjadi di zona megathrust dengan magnitudo 7 hingga mendekati 8.

Koordinator Tim Observasi Stasiun Geofisika BMKG DIY, Budiarta, menyatakan berdasarkan data yang dipunyai pihaknya, seluruh gempa terjadi di zona megathrust. Dalam data yang sama juga menyebutkan terjadi tsunami pascakemunculan gempa tektonik tersebut. Gempa ini tercatat dalam rentang waktu tahun 1840 hingga 2009.

"Kami memiliki data bahwa selatan Pulau Jawa ini kerap terjadi gempa besar atau major earthquake. Tercatat dengan magnitudo antara 7,0 dan 8,0 dan dibarengi tsunami. Bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi lebih dari 12 kali," jelasnya saat ditemui di Kantor Stasiun Geofisika BMKG DIY, Gamping, Sleman, Selasa (27/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari inventaris data yang kami miliki dan dapatkan, ada sejarah 12 gempa besar pada medio tahun 1840 hingga 2009 di kawasan perairan Samudera Hindia," lanjut dia.

Budi memaparkan detail kejadian gempa besar di selatan Pulau Jawa. Tercatat pada 4 Januari 1840 dengan kekuatan magnitudo 7,5, 20 Oktober 1859 kekuatan magnitudo 7,5, 10 Juni 1867 kekuatan magnitudo 7,5.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya pada 28 Maret 1875 kekuatan magnitudo 7,5, 27 Februari 1903 kekuatan magnitudo 7,9, tanggal 11 September 1921 kekuatan magnitudo 7,5. Tanggal 27 September 1937 kekuatan magnitudo 7,2 dan 1 April 1943 kekuatan magnitudo 7,1.

Tercatat pula tanggal 24 Juli 1979 kekuatan magnitudo 7,0, 3 Juni 1994 kekuatan magnitudo 7,6. Selanjutnya gempa besar pada tanggal 17 Juli 2006 kekuatan magnitudo 7,8 dan tanggal 2 September 2009 kekuatan magnitudo 7,3.

"Dari seluruh data ini, kekuatan gempa terbesar terjadi pada 27 Februari 1903 dengan kekuatan magnitudo hingga 7,9. Lokasinya di Laut Bayah Banten atau kawasan Samudera Hindia Selatan Banten," katanya.

Peta sebaran gempa besar di zona megathrust selatan Pulau Jawa saat dilihat detikJogja, Selasa (27/8/2024).Peta sebaran gempa besar di zona megathrust selatan Pulau Jawa saat dilihat detikJogja, Selasa (27/8/2024). Foto: dok. Stasiun Geofisika BMKG DIY

Sementara untuk gempa Gunungkidul dikategorikan sebagai gempa berkekuatan kecil. Namun dampak dari guncangan gempa menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan. Mulai dari tembok retak ringan hingga genting rumah berjatuhan.

Budi menyatakan bahwa episentrum Gempa Gunungkidul berada pada zona megathrust. Berupa zona tumbukan dua lempeng benua. Tepatnya antara lempeng Indoaustralia dengan lempeng Eurasia.

"Memang daerah kita itu dilalui lempeng. Tempat di mana jarak dari pertemuan lempeng sekitar 200 kilometer dari pesisir pantai perlu diwaspadai," ujarnya.

Budi menuturkan bentangan pertemuan kedua lempeng benua sangatlah luas. Terbentang dari sisi Barat Pulau Sumatera hingga perairan Nusa Tenggara Timur sisi selatan ke utara. Titik akhir pertemuan lempeng ini berakhir di kawasan Maluku.

"Jadi perairan laut selatan Kulon Progo hingga perairan selatan Gunungkidul itu memang masuk zona megathrust. Tapi untuk ancaman tsunami itu diperlukan gempa berkekuatan di atas magnitudo 7," katanya.

Kemunculan tsunami juga kerap ditandai dengan surutnya air laut. Jaraknya tak berselang lama pascagempa bumi di kawasan perairan laut. Di satu sisi juga upaya mitigasi telah dilakukan bersama stakeholder terkait.

"Setelah gempa magnitudo 7, disusul adanya deformasi bentuk patahan naik atau patahan turun ya, kemudian kalau secara fisik di laut atau di pesisir pantai ini bisa melihat adanya kecenderungan air laut surut setelah gempa," ujarnya.




(apu/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads