Revitalisasi dan restorasi gumuk pasir Parangtritis-Parangkusumo, Bantul, direncanakan dimulai 2024 hingga lima tahun ke depan. Begini bocorannya.
General Manager Badan Pengelola Geopark Jogja, Dihin Abrijanto mengatakan proses revitalisasi restorasi menyasar 140-an hektare.
"Untuk revitalisasi restorasi nanti menyasar 140-an hektare pada 2024 hingga 2029 sebagai tahap awal," jelas Dihin saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (24/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihin menyebut ada sejumlah pilihan restorasi yang telah disepakati. Paling utama adalah menjadikan gumuk pasir Parangtritis-Parangkusumo sebagai kawasan geopark.
Dia lalu mencontohkan kepengelolaan Tebing Breksi dan Gunung Nglanggeran. Kedua situs geopark ini dikelola oleh masyarakat setempat sehingga pelestarian tetap berjalan namun juga mendatangkan nilai ekonomi melalui sektor wisata.
"Masih beberapa opsi nanti disepakati bersama akan seperti apa. Namun arahnya quality tourism dan sustainable tourism. Tetap pemberdayaan masyarakat lokal seperti Tebing Breksi dan Nglanggeran," imbuhnya.
"Acuan restorasi baru diharmonisasi di Kemenkumham untuk ditetapkan sebagai Peraturan Bupati Bantul," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, General Manager Badan Pengelola Geopark Jogja, Dihin Abrijanto, menyebut keberadaan gumuk pasir di wilayah Pantai Parangtritis-Parangkusumo dalam kondisi kritis. Ini berdasarkan pendataan yang berlangsung sejak tahun 1976 hingga sekarang. Dari awalnya tercatat seluas 417 hektare pada 1976 itu, kini hanya tersisa 17 hektare.
Pihaknya pun berupaya untuk melakukan revitalisasi gumuk pasir tersebut dengan menggandeng pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dihin menuturkan kondisi ini telah sampai ke pihak Keraton Jogja, sehingga disepakati ada sebuah kolaborasi untuk melakukan revitalisasi. Terlebih beberapa wilayah gumuk pasir berstatus Sultan ground.
Walau begitu diakui Dihin, langkah ini tidaklah mudah. Terlebih dengan melihat dinamika yang terjadi saat ini. Peralihan gumuk pasir juga dimanfaatkan sebagai ekonomi masyarakat.
"Kalau gumuk pasir itu Sultan ground, tapi ada 154 bersertifikat hak milik yang dekat JJLS. Kita sudah ngobrol dengan Keraton dan mereka sudah ingin bantu. Lalu dengan teman Bantul juga coba revitalisasi 140-an hektare," kata Dihin saat dihubungi melalui telepon, Selasa (23/7).
Dalam pertemuan dengan pihak Keraton, ada sejumlah wacana mencuat. Paling utama adalah menjadi kawasan gumuk pasir sebagai cagar budaya. Dikuatkan dengan sejumlah situs peninggalan Panembahan Senopati yang berada di kawasan tersebut.
Dengan adanya konsep ini, lanjutnya, akan memudahkan dalam revitalisasi. Tujuannya konservasi tetap berjalan namun juga tidak menghilangkan perekonomian warga. Tentunya dengan fokus utama revitalisasi gumuk pasir.
"Keraton ingin menjadikan di sana jadi kawasan cagar budaya juga, karena di sana ada situs Panembahan Senopati saat bertapa. Coba revitalisasi restorasi kembali, zona inti jalannya sebelah barat sampai timur itu," ujarnya.
(rih/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi