Mengapa Papua Nugini Tidak Masuk Asia Tenggara dan ASEAN? Ini Penjelasannya

Mengapa Papua Nugini Tidak Masuk Asia Tenggara dan ASEAN? Ini Penjelasannya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Rabu, 17 Jul 2024 15:53 WIB
The flag of Papua New Guinea pinned on the map. Horizontal orientation. Macro photography.
Ilustrasi peta Papua Nugini yang tidak masuk Asia Tenggara Foto: Getty Images/iStockphoto/MarkRubens
Jogja -

Berlokasi tepat di sebelah timur Papua, Indonesia, Papua Nugini ternyata tidak masuk wilayah Asia Tenggara maupun organisasi ASEAN. Apa sebabnya? Berikut ini penjelasan lengkap ditinjau dari beberapa segi.

Dilansir laman resmi LDKPI Kemenkeu, Papua Nugini mendapat kemerdekaan pada 16 September 1975. Negara ini berbatasan dengan Provinsi Papua di bagian baratnya, Samudera Pasifik di sebelah utara dan timur, serta Laut Koral dan Torres di sisi selatan.

Sistem pemerintahan yang berlaku adalah monarki konstitusional realm commonwealth. Artinya, masyarakat Papua Nugini mengakui Ratu Inggris Raya sebagai kepala negaranya. Adapun pemerintahan secara langsung dari sang ratu diwakili gubernur jenderal dan perdana menteri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepintas, dari segi geografi, tampaknya Papua Nugini masuk wilayah Asia Tenggara, tetapi fakta justru menyatakan kebalikannya. Bagaimana bisa? Simak uraian selengkapnya di bawah ini.

Syarat Menjadi Anggota ASEAN

Sebelum menyelami lebih jauh alasan Papua Nugini tidak termasuk Asia Tenggara maupun ASEAN, detikers harus paham syarat menjadi anggota ASEAN itu sendiri. Sebab, syarat ini memiliki kaitan penting dengan alasan tidak masuknya Papua Nugini sebagai anggota ASEAN.

ADVERTISEMENT

Berdasar informasi dari laman resmi Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), saat ini, terdapat sepuluh negara anggota yang tergabung. Kesepuluhnya adalah:

  1. Brunei Darussalam (1984)
  2. Kamboja (1999)
  3. Indonesia (1967)
  4. Laos (1997)
  5. Malaysia (1967)
  6. Myanmar (1997)
  7. Filipina (1967)
  8. Singapura (1967)
  9. Thailand (1967)
  10. Vietnam (1995)

Apa syarat agar bisa tergabung menjadi anggota ASEAN? Dikutip dari Jurnal Perspective berjudul "What Does it Take to Join ASEAN?" oleh Moe Thuzar, terdapat empat syarat, yakni:

  1. Lokasinya diakui termasuk di kawasan Asia Tenggara
  2. Mendapat pengakuan dari semua negara ASEAN
  3. Setuju terikat dengan Piagam ASEAN
  4. Punya kemampuan dan keinginan untuk menjalankan kewajiban anggota

Faktor Geografis, Sejarah, dan Politik Papua Nugini

Faktor tidak masuknya Papua Nugini ke dalam Asia Tenggara dan dengannya, ASEAN, bisa dilihat dari faktor geografi, sejarah, hingga pengakuan negara anggota lainnya.

Dirangkum dari laman National Geographic, secara geografis, Papua Nugini termasuk bagian Australasia, yang mencakup Australia, Selandia Baru, bagian timur Indonesia, dan beberapa Kepulauan Pasifik.

Dulunya, Pulau Papua menyatu dengan Australia dalam sebuah landas kontinen dangkal di Selat Torres. Artinya, baik Provinsi Papua milik Indonesia maupun Papua Nugini sejatinya termasuk bagian Oseania.

Namun, dengan alasan peristiwa sejarah, Papua Nugini dianggap sebagai negara otonom di wilayah Oseania alih-alih Asia Tenggara layaknya Papua Indonesia.

Dilihat dari kacamata sejarah, Papua Nugini dulunya berada di bawah kekuasaan Belanda, Inggris, maupun Jerman. Akan tetapi, setelah Perang Dunia II berakhir, Australia mendapat mandat untuk mengurusnya hingga kemerdekaan Papua Nugini pada 1975.

Ketika masih berada di bawah telapak kaki penguasa kolonial, kebijakan dan praktik politik Papua Nugini berbeda dengan Indonesia, tetapi mirip dengan wilayah-wilayah Pasifik lain. Kondisi ini menyebabkan identitasnya lebih mirip negara Oseania ketimbang Asia Tenggara.

Dari faktor politik, Papua Nugini lebih sering berhubungan dengan negara Oseania, dan bahkan tergabung dalam The Pacific Islands Forum. Disadur dari laman resminya, terdapat 18 negara yang tergabung dalam forum ini. Di antaranya adalah Australia, Fiji, Kiribati, Nauru, Kaledonia Baru, Palau, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu.

Faktor-faktor di atas menjadikan identitas Papua Nugini lebih sesuai dengan kawasan Oseania ketimbang Asia Tenggara.

Faktor Pengakuan Negara-negara Anggota ASEAN

Salah satu syarat menjadi anggota ASEAN adalah mendapat pengakuan. Disarikan dari esai berjudul Re-thinking the Accession of Papua New Guinea to Become ASEAN Member: A Regional Perspective karya Evi Aryati Arbay, pada 1976 silam, sejatinya, Papua Nugini telah diakui sebagai pengamat ASEAN.

Sejak saat itu, Papua Nugini mencoba untuk bergabung sebagai negara anggota. Pemerintah Papua Nugini telah melakukan berbagai usaha, termasuk di antaranya mendekati negara-negara ASEAN.

Dikutip dari laman East Asia Forum, pada 1980-an, Perdana Menteri Papua Nugini, Sir Michael Somare mendesak agar negaranya masuk keanggotaan ASEAN. Pada tahun 2009, Papua Nugini mencoba mendekati Presiden Filipina, Gloria Arroyo, dengan permintaan yang sama, tetapi tidak mendapatkan hasil.

Lebih lanjut, pada 2015, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Indonesia memberikan rekomendasi atau persetujuan untuk bergabungnya Papua Nugini dalam ASEAN. Meskipun begitu, faktanya, usaha para pemimpin Papua Nugini selama puluhan tahun tidak membuahkan hasil.

Salah satu alasan yang mungkin menjadi sebab penolakan bergabungnya Papua Nugini, selain faktor geografis-sosial budaya-politik di atas, adalah isu korupsi, kriminalitas, dan kekerasan. Hal ini tentunya akan memberikan image buruk bagi Papua Nugini untuk bergabung dalam ASEAN.

Dari segi ekonomi, sejatinya, Papua Nugini memiliki kekayaan alam yang melimpah. Namun, perkembangan ekonominya terlihat stagnan dan bahkan lebih buruk lagi. Bahkan, pada 2018, Bank Dunia menulis status Papua Nugini sebagai "fragile".

Berbagai alasan yang telah dikemukakan di atas, mulai dari segi geografis, sejarah, politik, dan pengakuan negara-negara ASEAN, menyebabkan Papua Nugini tidak dianggap masuk Asia Tenggara dan dengannya juga, ASEAN. Semoga penjelasannya mencerahkan, ya!




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads