Polisi masih mendalami peristiwa petasan meledak dan melukai empat santri di Sanden, Bantul. Sejauh ini polisi telah memeriksa 10 orang saksi namun siapa pemilik petasan masih misterius.
"Untuk kasus ledakan petasan sementara masih lidik (penyelidikan)," kata Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry kepada detikJogja, Jumat (21/6/2024).
"Karena belum diketahui pasti terkait kepemilikan petasan," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, ledakan petasan itu terjadi di halaman asrama Al-Abror, Pondok Pesantren Hamalatul Quran, Patihan, Gedangsari, Kapanewon Sanden, Selasa (18/6). Empat orang santri mengalami luka dan dilarikan ke rumah sakit. Petasan itu awalnya ditemukan oleh santri di jalan dekat lokasi ponpes.
Lebih lanjut, Jeffry mengatakan sebanyak 10 orang saksi telah dimintai keterangannya. Mereka adalah santri ponpes tersebut.
"Jumlah saksi yang sudah diperiksa 10 orang dan semuanya adalah santri Ponpes Hamalatul Quran," ucapnya.
Sementara itu, untuk korban yang dirawat di rumah sakit tinggal satu orang yakni Dzaki Abdul Raziq Khairan (14). Ia dirawat di RSUP dr Sardjito.
"Yang di rumah sakit masih satu orang dan saat ini masih mendapatkan perawatan medis," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, empat orang santri mengalami luka-luka usai menyalakan petasan di halaman asrama Al-Abror, Pondok Pesantren Hamalatul Quran, Patihan, Gedangsari, Sanden, Bantul, Selasa (18/6). Petasan itu ditemukan oleh salah satu santri di jalan lalu dibawa ke ponpes tersebut.
Pengasuh Ponpes Hamalatul Quran, Abdus Salam menyebut jika petasan yang meledak merupakan temuan santri di jalan saat pulang ke ponpes. Oleh santri, petasan sempat disimpan di dalam lemari.
"Dia cerita kalau posisi habis zuhur pulang dari pesantren Wonoroto," kata Salam saat ditemui wartawan di Sanden, Rabu (19/6).
"Kemudian sesudah itu saya tanya bersama siapa, dia jawab bersama temannya tiga orang dan saat perjalanan pulang itu di tengah jalan menemukan petasan," lanjut Salam.
Salam lalu menanyai mereka mengenai alasan membawa pulang petasan tersebut. Santri itu beralasan ingin mengamankannya.
"Lalu saya tanya kenapa tidak dibiarkan saja, dan dia bilang saya ingin mengamankan saja. Nah, setelah sampai di pesantren petasan ditaruh dia di salah satu almari yang ada di luar asrama," ujarnya.
Salam mengungkapkan, santri itu sebenarnya berniat untuk memusnahkan petasan itu. Namun, saat menelepon keluarganya pukul 16.45 WIB, Salam menyebut jika santri itu mendengar suara keras dari luar asrama.
"Maksud menaruh petasan di almari itu untuk menyembunyikan petasan dan selanjutnya musnahkan dengan cara disiram dengan air. Kemudian begitu sore hari, tepatnya saat telepon keluarganya mendengar suara ledakan dari luar," ucapnya.
"Saya juga tanya siapa yang ada di sekitar situ (lokasi ledakan petasan), jawabannya ada empat santri," imbuhnya.
Salam menilai apa yang terjadi kemarin merupakan suatu musibah. Salam juga telah memberi edukasi kepada para santrinya agar tidak bermain petasan.
(rih/apl)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu