Setiap tahun umat Islam merayakan dua hari raya besar, yakni Idul Fitri dan Idul Adha atau yang juga sering disebut Lebaran Haji. Mengapa Hari Raya Idul Adha dikenal juga sebagai Lebaran Haji?
Dirujuk dari laman NU Online, Idul Adha kerap juga disebut Idun-Nahr. Sebab, pada hari itu, umat Islam dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban. Dengan alasan yang sama, Hari Raya Idul Adha juga dinamai sebagai Hari Raya Kurban.
Namun untuk Lebaran Haji, apa hubungannya dengan Idul Adha? Yuk, baca penjelasan lengkap berikut kilasan sejarahnya yang telah detikJogja siapkan di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Hari Raya Idul Adha Disebut Lebaran Haji
Berdasar uraian dalam situs Kementerian Agama Bali, penamaan ini muncul karena Hari Raya Idul Adha bertepatan dengan pelaksanaan haji di tanah suci. Sehari sebelum Idul Adha, para jemaah haji mengerjakan wukuf di Arafah sebagai rukun puncaknya.
Secara bahasa, wukuf artinya berhenti. Adapun secara istilah, wukuf adalah berhenti atau berdiam diri di Arafah dalam keadaan ihram walau sejenak dalam waktu antara tergelincir matahari pada 9 Dzulhijjah sampai terbit fajar hari nahar pada 10 Dzulhijjah.
Selama menunaikan wukuf di Padang Arafah, jemaah haji akan berdoa dan berdzikir hingga matahari terbenam. Di samping itu, dianjurkan juga untuk bersholawat sesuai sunnah Rasulullah SAW sebagaimana penjelasan dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kemenag.
Pada saat yang bersamaan, umat Islam di seantero dunia dapat mengerjakan puasa sunnah Arafah. Puasa ini memiliki keutamaan menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun mendatang.
Keesokan harinya, jemaah haji akan melakukan ibadah lempar jumrah sebagaimana informasi dari laman Pengadilan Agama Bojonegoro. Sementara itu, di belahan lain bumi, sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban akan dilakukan.
Sejarah Kurban dari Kisah Nabi Ibrahim AS
Dirujuk dari buku Kisah Para Nabi oleh Imaduddin Abu Fida' Isma'il bin Katsir al-Quraisy Ad-Dimasyqi, Nabi Ibrahim lahir di Ghauthah, Damaskus. Ia merupakan anak tengah dari tiga bersaudara, dengan saudara-saudaranya bernama Nahur dan Haran.
Ketika hijrah, Nabi Ibrahim selalu memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai anak yang sholeh. Doanya pun terkabul, dan melalui Siti Hajar, Nabi Ibrahim memiliki seorang putra yang kelak dikenal sebagai Nabi Ismail. Ketika Ismail lahir, Nabi Ibrahim berusia 86 tahun.
Ketika Ismail telah cukup dewasa, Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia diperintahkan untuk menyembelih putranya itu. Menurut Ibnu Abbas, "Mimpi para nabi adalah wahyu." Ia terus mendapat mimpi yang sama selama beberapa hari.
Perintah ini adalah ujian besar bagi Nabi Ibrahim. Sebagaimana diketahui, Ismail lahir ketika Nabi Ibrahim sudah tua. Selain itu, kelahirannya juga diuji karena Nabi Ibrahim pernah meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di lembah tandus atas perintah Allah.
Namun, Nabi Ibrahim tidak ragu untuk mematuhi perintah Allah. Setelah yakin bahwa mimpinya adalah perintah Allah, Ibrahim segera menceritakan mimpinya kepada Ismail dan berkata:
"Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu." Ismail menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insyaAllah, engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."
Ismail kemudian dibaringkan seperti hewan yang akan disembelih, dengan salah satu pelipisnya menyentuh tanah. Nabi Ibrahim membaca basmalah dan takbir, sementara Ismail mengucapkan kalimat syahadat menyongsong kematiannya.
Ketika Nabi Ibrahim hendak menggerakkan pisaunya di leher Ismail, Allah memanggilnya, "Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata."
Allah kemudian menggantikan Ismail dengan hewan kurban. Menurut pendapat yang masyhur di kalangan jumhur ulama, hewan kurban tersebut adalah domba putih dengan mata yang lebar dan tanduk.
Imam Tsauri menyebutkan bahwa domba ini telah digembalakan di surga selama 40 tahun. Said bin Jubair menambahkan bahwa domba tersebut pernah memakan rerumputan surga. Peristiwa ini tercantum dalam Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 102-107:
ΩΩΩΩΩ ΩΩΨ§ Ψ¨ΩΩΩΨΊΩ Ω ΩΨΉΩΩΩ Ψ§ΩΨ³ΩΩΨΉΩΩΩ ΩΩΨ§ΩΩ ΩΩ°Ψ¨ΩΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΨ±Ω°Ω ΩΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΩΩΩΨ§Ω Ω Ψ§ΩΩΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΨ°ΩΨ¨ΩΨΩΩΩ ΩΩΨ§ΩΩΨΈΩΨ±Ω Ω ΩΨ§Ψ°ΩΨ§ ΨͺΩΨ±Ω°ΩΫ ΩΩΨ§ΩΩ ΩΩ°ΩΨ§ΩΨ¨ΩΨͺΩ Ψ§ΩΩΨΉΩΩΩ Ω ΩΨ§ ΨͺΩΨ€ΩΩ ΩΨ±ΩΫ Ψ³ΩΨͺΩΨ¬ΩΨ―ΩΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩ Ψ΄ΩΨ§Ϋ€Ψ‘Ω Ψ§ΩΩΩΩ°ΩΩ Ω ΩΩΩ Ψ§ΩΨ΅ΩΩ°Ψ¨ΩΨ±ΩΩΩΩΩ ΫΩ‘Ω Ω’ ΩΩΩΩΩ ΩΩΨ§Ω Ψ§ΩΨ³ΩΩΩΩ ΩΨ§ ΩΩΨͺΩΩΩΩΩΩ ΩΩΩΩΨ¬ΩΨ¨ΩΩΩΩΩΫ ΫΩ‘Ω Ω£ ΩΩΩΩΨ§Ψ―ΩΩΩΩΩ°ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΩΩΩ°ΩΨ§ΩΨ¨ΩΨ±Ω°ΩΩΩΩΩ ΩΫ ΫΩ‘Ω Ω€ ΩΩΨ―Ω Ψ΅ΩΨ―ΩΩΩΩΨͺΩ Ψ§ΩΨ±ΩΩΨ€ΩΩΩΨ§Ϋ Ψ§ΩΩΩΩΨ§ ΩΩΨ°Ω°ΩΩΩΩ ΩΩΨ¬ΩΨ²ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΩΨΩΨ³ΩΩΩΩΩΩΩ ΫΩ‘Ω Ω₯ Ψ§ΩΩΩΩ ΩΩ°Ψ°ΩΨ§ ΩΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΨ¨ΩΩΩ°Ϋ€Ψ€ΩΨ§ Ψ§ΩΩΩ ΩΨ¨ΩΩΩΩΩ ΫΩ‘Ω Ω¦ΩΩΩΩΨ―ΩΩΩΩΩ°ΩΩ Ψ¨ΩΨ°ΩΨ¨ΩΨΩ ΨΉΩΨΈΩΩΩΩ Ω ΫΩ‘Ω Ω§
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.' (102)
Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), (103) Kami memanggil dia, 'Wahai Ibrahim, (104) sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.' Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. (105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106) Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. (107)"
Demikian alasan Hari Raya Idul Adha kerap juga disebut Lebaran Haji. Semoga penjelasannya bermanfaat!
(par/dil)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu