Soal Megawati 'Gue Mainin Dulu', Pakar UGM: Tak Ingin Kecolongan Pilkada

Soal Megawati 'Gue Mainin Dulu', Pakar UGM: Tak Ingin Kecolongan Pilkada

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Senin, 27 Mei 2024 19:08 WIB
Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di Beach International Stadium, Ancol, Jakarta, Minggu (26/5/2024). Megawati tak menyampaikan sikap PDIP di Rakernas PDIP.
Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di Beach International Stadium, Ancol, Jakarta, Minggu (26/5/2024). Foto: (Dok. PDIP)
Sleman - Pakar politik UGM, Arya Budi menilai PDI Perjuangan tidak mau kecolongan untuk kedua kalinya. Hal itu merupakan sinyal dari pernyataan Megawati menyebut akan 'memainkan dulu' soal sikap politik PDIP saat Rakernas V beberapa waktu lalu.

Arya bilang Pilkada 2024 menjadi semacam panggung PDIP untuk membalas kekalahan pada Pilpres 2024.

"Ya saya pikir itu yang mereka ingin rawat karena pilkada menjadi semacam pentas kontestasi yang mereka ingin membalas di situ. Jadi mereka merasa ditikung di Pilpres, misalnya untuk kursi eksekutif nasional. Nah untuk kursi eksekutif lokal provinsi mereka kalau bisa masif misalnya memegang dari kader-kader maupun kandidat mereka punya bargaining politik tinggi dan untuk menambal kekalahan di Pilpres yang telak," ucap Arya saat dihubungi detikJogja, Senin (27/5/2024).

Arya menilai pernyataan Megawati itu tak lepas dari campur tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2024. Di mana ada nama Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulung Jokowi masuk menjadi cawapres Prabowo Subianto.

"Kalau saya memahami, Megawati jelas sakit hati dengan Jokowi. Dia masalahnya di Jokowi karena ada Gibran di sana. Sementara dia tidak ada masalah dengan Prabowo," katanya.

Oleh karena itu, Megawati dirasa menunggu adanya momentum politik dalam pilkada. Sebab, pada pemilihan daerah, Arya menyebut PDIP bisa berkoalisi dengan parpol manapun sehingga Megawati ingin menjaga kader partai yang maju di pilkada.

"Meskipun di nasional, langgam politiknya berseberangan dengan pemerintah, di banyak kasus partai di daerah mereka berkoalisi. Jadi dia tidak ingin merusak resonansi politik nasional yang meluber ke darah. Merusak dalam arti menggerogoti secara elektoral," terangnya.

Oleh karena itu, sebagai partai pemenang legislatif, PDIP tidak ingin kecolongan untuk kedua kalinya. Arya melihat di pilkada nanti akan menjadi panggung untuk membalas kekalahan di nasional untuk meningkatkan bargaining politik PDIP.

"Itu yang mereka jaga, hati-hati, 'kecolongan' di Pilpres ditikung Jokowi dari belakang, Gibran maju. Nah, di pilkada mereka ingin pegang itu sehingga dari situ mereka punya bargaining politik," pungkasnya.




(rih/aku)

Hide Ads