Apa Itu Klitih? Ini Pengertian, Tujuan, Penyebab, Ciri dan Cara Mencegahnya

Apa Itu Klitih? Ini Pengertian, Tujuan, Penyebab, Ciri dan Cara Mencegahnya

Anindya Milagsita - detikJogja
Jumat, 24 Mei 2024 12:28 WIB
Garis polisi, police line. Rachman Haryanto /ilustrasi/detikfoto
Ilustrasi klitih. Foto: Rachman Haryanto
Jogja -

Fenomena klitih hingga saat ini dikenal sebagai tindakan kriminal yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Kemunculannya membuat masyarakat resah hingga berhadap klitih bisa diatasi dengan baik.

Secara umum, klitih merupakan sebuah istilah yang merujuk pada aksi berbahaya yang biasanya dilakukan oleh para remaja. Klitih membuat masyarakat resah karena biasanya para pelakunya akan melukai korban tanpa adanya alasan yang jelas.

Bukan hanya itu, klitih yang kerap melibatkan anak-anak di bawah umur juga menjadi perhatian tersendiri. Tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga para orang tua dan masyarakat pada umumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas sebenarnya apa itu klitih? Agar mengetahui istilah tersebut secara lebih dekat, detikJogja telah merangkum informasinya secara rinci. Temukan penjelasan mengenai pengertian, sejarah, tujuan, penyebab, ciri-ciri hingga cara mencegah klitih melalui paparan berikut.

Apa Itu Klitih?

Sebenarnya klitih merupakan sebuah istilah dalam bahasa Jawa. Namun, selama ini klitih dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia dan belum ada istilah dalam padanan bahasa Indonesia yang digunakan untuk menggambarkan klitih.

ADVERTISEMENT

Merujuk dari jurnal 'Antisipasi Klitih Sebagai Salah Satu Bentuk Kenakalan Remaja' yang disusun oleh Elkania Gee klitih dan Resti Maulidina Riyani adalah aksi kekerasan yang dilakukan oleh pemuda maupun anak di bawah umur. Dalam hal ini mereka biasanya masih dikategorikan sebagai pelajar.

Meskipun awalnya klitih dianggap sebagai salah satu kenakalan remaja, tetapi hal ini sudah tidak berlaku lagi seiring berjalannya waktu. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta dalam penelitian tersebut bahwa kasus klitih yang terjadi selama ini dapat dianggap sebagai bentuk kejahatan atau kriminalitas. Terutama apabila dalam praktiknya menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Sementara itu, disampaikan dalam jurnal 'Krisis Identitas dalam Perkembangan Psikososial Pelaku Klitih di Yogyakarta' yang disusun oleh Muhti Nur Inayah, dkk., pengertian klitih awalnya dapat dimaknai sebagai kegiatan jalan-jalan keluar atau memutari kota tanpa memiliki tujuan yang jelas atau pasti.

Namun, istilah klitih menjadi berkembang dan dikenal oleh masyarakat saat ini sebagai aksi berkeliling yang dilakukan oleh sekelompok pelajar dan bertujuan mencari pelajar lain yang dianggap sebagai musuh oleh mereka.

Meskipun klitih pada dasarnya mencari musuh yang berasal dari kalangan pelajar lain, terkadang klitih juga menargetkan orang lain yang tidak dikenali. Hal inilah yang memicu ketakutan tersendiri bagi masyarakat.

Sejarah Klitih

Lantas sebenarnya bagaimana sejarah klitih bermula? Terkait dengan hal ini telah dijelaskan secara rinci dalam jurnal 'Keterbukaan Pelaku Klitih dengan Sahabatnya di Yogyakarta' karya Garry Dwi Ardhian. Disampaikan bahwa sejarah klitih berawal dari sebuah pasar yang terletak di Kota Jogja.

Istilah klitih merujuk pada kata "ngilith" yang berarti jalan-jalan santai. Awalnya klitih dahulu dilakukan oleh para remaja di Jogja dengan cara melakukan aktivitas yang tidak bertujuan apa-apa dan bersifat santai. Aktivitas tersebut mereka lakukan di Pasar Klitikan Jogja sembari mencari barang-barang bekas yang tersedia di sana.

Sementara itu, tidak ada yang tahu secara pasti kapan fenomena klitih sebenarnya bermula. Namun, diperkirakan fenomena klitih mulai marak terjadi di tahun 2011-2012. Pada saat itu, klitih dapat diatasi dengan baik, sehingga di tahun 2013 sudah tidak terdengar lagi kasus-kasus yang melibatkan klitih. Sayangnya hal tersebut tidak berlangsung lama karena di tahun 2014 kembali terjadi kasus klitih yang menelan korban.

Tujuan Klitih

Masih merujuk dari jurnal yang sama, tujuan klitih biasanya dilakukan pelaku dengan alasan tertentu maupun tanpa sebab yang jelas. Sebagian besar tujuan klitih menyasar pada korban yang tidak disukai oleh individu atau kelompok tertentu.

Namun, tidak sedikit juga ada orang yang tidak dikenal yang juga menjadi korban. Secara umum, berikut tujuan klitih yang kerap dilakukan oleh remaja atau pelajar:

  1. Sebagai upaya balas dendam atas perasaan tidak suka terhadap kelompok atau individu tertentu.
  2. Sebagai cara mengisi waktu luang.
  3. Sebagai upaya untuk melukai korban secara fisik tanpa ada alasan yang jelas.
  4. Sebagai cara agar dapat menunjukkan eksistensi dan kekuatan yang dimiliki oleh individu atau kelompok kepada orang lain.

Penyebab Klitih

Fenomena klitih tidak muncul begitu saja pada diri remaja atau pelajar. Sebaliknya, terdapat beberapa penyebab klitih yang menjadi pemicu dilakukannya aksi kriminal tersebut. Penyebab klitih bisa berasal dari faktor internal dan eksternal.

Masih dikutip dari jurnal yang sama, pelaku klitih tidak jarang dipicu oleh faktor seperti dendam, tidak mendapatkan kasih sayang yang dibutuhkan dari orang-orang terdekat, kurangnya pendidikan, hingga pengaruh lingkungan sekitar.

Penyebab klitih juga berasal dari keinginan individu atau kelompok untuk menunjukkan diri mereka. Para pelaku klitih kerap memiliki kurangnya rasa percaya diri. Bukan hanya itu, mereka juga cenderung memiliki perasaan harga diri yang rendah.

Akibat hal tersebut, mereka mencari cara agar dapat memenuhi rasa apresiasi di dalam diri mereka. Salah satunya dengan melakukan klitih yang dianggap bisa membuat mereka lebih dihargai, diakui, dan diterima.

Kemudian, pelaku klitih juga biasanya dipimpin oleh seorang yang dianggap senior atau kuat. Saat senior atau sosok yang kuat tersebut memperlakukan anggotanya dengan baik, maka hal tersebut membuat mereka semakin nyaman untuk bergabung di dalam geng. Terlepas dari apapun perbuatan yang akan dilakukan nantinya.

Ciri-ciri Klitih

Sebagai cara mengenali seperti apa klitih, masyarakat perlu memahami ciri-cirinya secara lebih jelas. Masih merujuk dari jurnal yang sama, klitih biasanya melibatkan remaja atau pelajar. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga bisa melakukannya dengan motif tertentu. Kemudian berikut ciri-ciri klitih yang perlu untuk diketahui oleh masyarakat:

  1. Biasanya melibatkan lebih dari satu orang, bisa secara berboncengan menggunakan kendaraan maupun sekelompok orang dengan mengendarai kendaraan.
  2. Aksi klitih kerap dilakukan pada malam hari, terutama tengah malam hingga dini hari.
  3. Tidak jarang para pelaku klitih berada di tempat nongkrong yang identik dengan anak-anak muda. Misalnya warung bubur kacang ijo (burjo), warung kopi, hingga tempat tongkrongan lainnya.
  4. Para pelaku juga sering memilih jalanan sepi untuk melancarkan aksi mereka.
  5. Aksi klitih yang dilakukan oleh para pelaku selalu melibatkan senjata tajam (sajam), misalnya pisau, pedang, golok, hingga gir sepeda motor yang telah dimodifikasi.

Cara Mencegah Klitih

Kemunculan fenomena klitih tentu membuat khawatir hingga resah sebagian besar masyarakat. Sebagai langkah preventif, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah klitih. Merujuk dari jurnal 'Remaja, Kekerasan, dan Pendidikan Keluarga: Fenomena Klitih di Yogyakarta' yang disusun oleh Isnaini Lubis, dkk., salah satu cara mencegah klitih adalah dengan lebih memperhatikan orang-orang terdekat di sekitar kita.

Terutama pada mereka yang masih anak-anak, remaja, hingga yang berstatus sebagai pelajar. Sebagai orang dewasa, sudah sepatutnya bagi kita untuk memberikan perhatian pada anak, adik, maupun orang-orang terdekat yang memiliki usia relatif muda. Lakukan pendekatan secara rutin dan memastikan bahwa mereka tidak memiliki kecenderungan untuk bergaul dengan orang-orang yang akan memberikan efek negatif di kehidupannya.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan dalam jurnal 'Kenakalan Remaja Klithih yang Mengarah Pada Konflik Sosial dan Kekerasan di Yogyakarta' karya Datu Jatmiko. Peran keluarga atau orang-orang terdekat sangat penting dalam mengatasi perilaku klitih pada anak-anak atau pelajar.

Langkah yang bisa diambil adalah dengan memberikan kasih sayang dan perhatian pada mereka. Ini karena tidak jarang geng atau kelompok klitih terbentuk dari perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama memiliki hubungan yang buruk dengan orang tua maupun orang di sekitarnya.

Kemudian peran sekolah dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya juga dapat memberikan pengaruh terhadap anak-anak atau pelajar. Hal ini pun menjadi pengingat bagi kita semua agar ikut andil dalam memberikan pendidikan karakter bagi mereka agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak memiliki sikap dan perilaku yang baik, serta tidak melakukan hal-hal buruk atau bahkan menyimpang.

Demikian tadi penjelasan lengkap mengenai klitih. Semoga dapat menambah wawasan bagi detikers, ya.

(cln/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads