Biografi RA Kartini: Riwayat Pendidikan, Perjuangan, Jasa dan Karyanya

Biografi RA Kartini: Riwayat Pendidikan, Perjuangan, Jasa dan Karyanya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Sabtu, 20 Apr 2024 11:58 WIB
R.A Kartini
R.A Kartini. Foto: Instagram: @lampaubercerita.
Jogja -

Setiap 21 April, masyarakat Indonesia merayakan Hari Kartini. Sejatinya, siapakah sosok Kartini di belakang perayaan ini? Yuk, baca biografi Raden Ajeng Kartini selengkapnya di bawah ini.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, RA Kartini merupakan salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Gelar pahlawan yang disandangnya ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964.

Tak hanya gelar pahlawan, saat itu, Presiden Soekarno juga menetapkan hari lahir pejuang emansipasi wanita Indonesia ini sebagai Hari Kartini. Bung Karno pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya,".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, salah satu cara untuk menghormati jasa para pahlawan adalah dengan mengetahui seluk-beluk kehidupannya. Dalam artikel ini telah detikJogja siapkan biografi RA Kartini, mulai dari riwayat pendidikan hingga karyanya.

Biografi Singkat RA Kartini

Dirangkum dari buku 'Ensiklopedi Pahlawan Nasional' karya Julinar Said dan Triana Wulandari, Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan putri dari pasangan Raden Mas Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah.

ADVERTISEMENT

Lahir di lingkungan priyayi dan bangsawan membuat Kartini berhak menyandang gelar Raden Ajeng. Ia lahir dengan kondisi badan sehat, rambut hitam nan tebal, serta mata bundar. Pertumbuhan fisik dan motorik Kartini berlangsung cepat. Ia bahkan bisa berjalan di usia 8 bulan.

Disadur dari buku 'Sisi Lain Kartini' oleh Djoko Marihandono dkk, Kartini memiliki tujuh saudara kandung dan tiga saudara tiri. Secara berurutan, ini daftar nama saudara kandung Kartini:

  1. Raden Mas Slamet (lahir 15 Juni 1873)
  2. Raden Mas Boesono (lahir 11 Mei 1874)
  3. Raden Mas Kartono (lahir 10 April 1877)
  4. Raden Ajeng Kardinah (lahir 1 Maret 1881)
  5. Raden Mas Moeljono (lahir 26 Desember 1885)
  6. Raden Ajeng Soematri (lahir 11 Maret 1888)
  7. Raden Mas Rawito (lahir 16 Oktober 1892)

Raden Mas Sosroningrat diketahui juga menikahi Raden Ajeng Woerjan atau Moerjam. Dari pernikahan ini, Kartini mendapat tiga saudara tiri, yakni:

  1. Raden Ajeng Soelastri (lahir 9 Januari 1877)
  2. Raden Ajeng Roekmini (lahir 4 Juli 1880)
  3. Raden Ajeng Kartinah (lahir 3 Juni 1883)

Usai menjalani masa pingitan, pada 24 Juli 1903, Kartini menerima lamaran Raden Adipati Djojo Adiningrat (Bupati Rembang) dengan dua syarat. Keduanya adalah:

  1. Bupati Rambang mesti menyetujui dan mendukung gagasan berikut cita-cita Kartini.
  2. Kartini diizinkan membuka sekolah dan mengajar puteri-puteri bangsawan di Rembang.

Keduanya kemudian menikah pada tanggal 8 November 1903. Pernikahan ini dihadiri saudara-saudara dekat kedua mempelai. Raden Adipati Djojo Adiningrat mengenakan pakaian dinas, sedangkan Kartini memakai pakaian keseharian.

Sejarah mencatat, Kartini meninggal dalam usia yang masih sangat muda, yakni 25 tahun. Ia meninggal pada 17 September 1904, beberapa hari usai melahirkan putra pertamanya. Jenazahnya kemudian dikebumikan di daerah Rembang berdasar informasi dari situs Visit Jawa Tengah yang dikelola Disporapar Provinsi Jawa Tengah.

Riwayat Pendidikan RA Kartini

Masih dirangkum dari sumber yang telah disebutkan, Raden Ajeng Kartini memulai pendidikan resminya di sekolah dasar Eropa atau Europeesche Lagere School (ELS) pada 1885. Padanya, Kartini terkenal sebagai seorang murid yang pandai.

Selama masa sekolah, Kartini membaca begitu banyak informasi. Bahkan, dalam usianya yang masih begitu belia, Kartini sudah memahami pemikiran pejuang wanita asal India, Pundita Ramambai.

Sepulang sekolah, Kartini belajar bahasa Jawa, membaca Al-Quran, menyulam, dan menjahit. Berkat keahlian memasaknya, pada hari Minggu, Kartini menghabiskan waktu dengan mengajari adik-adiknya cara memasak.

Setelah lulus dari ELS pada 1892, Kartini berharap untuk melanjutkan pendidikan ke HBS Semarang. Namun, keinginannya ditolak mentah-mentah oleh ayahnya yang masih menggenggam pemikiran konservatif.

Kartini kemudian menjalani masa pingitan di rumahnya yang besar. Ia belajar cara menjadi seorang putri bangsawan. Mulai dari cara jalan hingga cara berbicara. Masa pingitan ini dilaluinya selama empat tahun penuh.

Kartini pernah berjuang untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di Belanda. Perjuangannya baru berhasil pada 24 Juli 1903 setelah pemerintah Belanda mengabulkan permintaannya. Namun, karena Kartini sudah menikah, ia memberikan hak beasiswa tersebut untuk orang lain.

Perjuangan dan Jasa RA Kartini

Pada 2 Mei 1898, ayahanda Kartini membebaskan Kartini dan adik-adiknya dari tradisi Pingitan. Mereka lantas mulai ikut pelbagai kegiatan. Salah satunya adalah berkunjung ke desa-desa untuk mendengar keluhan masyarakat.

Segala keluhan masyarakat didengarkan dan dicatat dengan seksama untuk nantinya dicarikan solusi. Salah satu permasalahan yang sukses diselesaikan adalah kemiskinan para perajin ukir Kampung Belakang Gunung.

Dalam rangka menuntaskannya, Kartini menghubungi orang-orang Belanda di Semarang dan Batavia. Ia mempromosikan kerajinan ukir dari para perajin tersebut. Alhasil, barang-barang produksi tersebut mampu terjual dengan harga tinggi. Hal yang sama juga terjadi untuk perajin emas dan tenun Jepara.

Kartini juga tercatat pernah meminta izin pemerintah Hindia Belanda untuk membuka sekolah bagi anak-anak gadis. Sekolah ini dimulai pada Juni 1903 di pendopo kabupaten. Kartini terjun secara langsung sebagai pengajar.

Dalam seminggu, kegiatan belajar mengajar diberlakukan selama empat hari dengan total 4,5 jam setiap harinya. Murid-muridnya diajarkan tentang sopan santun, tata krama, membaca, memasak, hingga membuat kerajinan tangan.

Perjuangan dan jasa Kartini lainnya yang tak boleh terlupa adalah pemikiran dan gagasan-gagasannya. Atas usahanya, wanita di Indonesia mendapatkan akses akan berbagai hal baru, seperti misalnya pendidikan.

Karya RA Kartini

Dirujuk dari situs resmi Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek, surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada sahabatnya, Stella Zeehandelaar di Belanda, kemudian dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Buku yang terbit pada 1911 ini berisikan pemikiran dan gagasan-gagasan Kartini tentang kehidupan wanita. Di antaranya adalah topik pendidikan, perkawinan, kebebasan bicara, dan kesetaraan gender.

Buku ini dibahas oleh banyak pihak karena isinya yang menarik. Contohnya adalah buku The Letters of R.A. Kartini: A Pioneer in the Emancipation of Indonesian Women karya Agnes Louise Symmers, buku Kartini tulisan Harsja W. Bachtiar, dan buku Kartini: The Complete Works oleh Joost Cote.

Nah, demikian biografi RA Kartini, lengkap dari riwayat pendidikan hingga karyanya. Semoga menambah wawasan detikers, ya!




(apl/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads