Niat Puasa Syawal Setelah Lebaran Beserta Tata Cara dan Hukumnya

Niat Puasa Syawal Setelah Lebaran Beserta Tata Cara dan Hukumnya

Muhammad Rizqi Akbar - detikJogja
Jumat, 12 Apr 2024 14:21 WIB
Ilustrasi Puasa
Foto: Ilustrasi puasa Syawal (Shutterstock)
Jogja -

Setelah momen Lebaran, ada sejumlah amalan yang bisa dikerjakan oleh umat Islam. Salah satunya adalah puasa sunnah setelah 1 Syawal atau biasa disebut puasa Syawal.

Anjuran mengamalkan puasa sunnah setelah Lebaran disebutkan dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Berikut bunyinya:

Ω…ΩŽΩ†Ω’ Ψ΅ΩŽΨ§Ω…ΩŽ Ψ±ΩŽΩ…ΩŽΨΆΩŽΨ§Ω†ΩŽ وَأَΨͺΩ’Ψ¨ΩŽΨΉΩŽΩ‡Ω سِΨͺΩŽΩ‘Ψ§Ω‹ مِنْ Ψ΄ΩŽΩˆΩŽΩ‘Ψ§Ω„ΩΨŒ ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩŽ ΩƒΩŽΨ΅ΩΩŠΩŽΨ§Ω…Ω Ψ§Ω„Ψ―ΩŽΩ‘Ω‡Ω’Ψ±Ω

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka seolah ia telah berpuasa setahun penuh." (HR. Bukhari dan Muslim).

Niat Puasa Syawal

Bagi umat Islam yang hendak mengamalkan puasa Syawal, dianjurkan untuk melafalkan niatnya di malam hari. Adapun berikut ini bacaan niat puasa Syawal yang dikutip dari laman NU Online:

ADVERTISEMENT

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ غَدٍ ΨΉΩŽΩ†Ω’ أَدَاِؑ Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω Ψ§Ω„Ψ΄Ω‘ΩŽΩˆΩ‘ΩŽΨ§Ω„Ω لِلهِ ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰

Nawaitu shauma ghadin 'an adΓ’'i sunnatis SyawwΓ’li lillΓ’hi ta'Γ’lΓ’.

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT."

Bagi umat Islam yang tidak berniat puasa Syawal pada malam hari, tetapi mendadak ingin melaksanakannya pada pagi hari, maka ia boleh berniat saat itu juga. Dengan catatan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.

Adapun bacaan niat puasa Syawal yang dibaca ketika siang hari adalah sebagai berikut:

Ω†ΩŽΩˆΩŽΩŠΩ’Ψͺُ Ψ΅ΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ Ω‡ΩŽΨ°ΩŽΨ§ Ψ§Ω„ΩŠΩŽΩˆΩ’Ω…Ω ΨΉΩŽΩ†Ω’ أَدَاِؑ Ψ³ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ©Ω Ψ§Ω„Ψ΄Ω‘ΩŽΩˆΩ‘ΩŽΨ§Ω„Ω لِلهِ ΨͺΩŽΨΉΩŽΨ§Ω„ΩŽΩ‰

Nawaitu shauma hΓ’dzal yaumi 'an adΓ’'i sunnatis SyawwΓ’li lillΓ’hi ta'Γ’lΓ’.

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah SWT."

Tata Cara Puasa Syawal

Para ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai tata cara pelaksanaan puasa Syawal. Ada yang berpendapat puasa sunnah ini dilaksanakan enam hari secara berturut-turut, dan ada juga yang mengatakan boleh tidak berturut-turut.

Meski begitu, sebagian besar ulama tidak mengharuskan pelaksanaan puasa Syawal secara berturut-turut setelah Idul Fitri. Alasannya, tidak ada anjuran maupun larangan langsung dari Rasulullah SAW.

Namun, dalam suatu riwayat, Rasulullah SAW pernah memerintahkan seseorang untuk mengganti puasa sunnah yang terlewat di akhir bulan Syaban. Rasulullah SAW bersabda:

فَΨ₯ِذَا Ψ£ΩŽΩΩ’Ψ·ΩŽΨ±Ω’Ψͺَ ΩΩŽΨ΅ΩΩ…Ω’ ΩŠΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽΩŠΩ’Ω†Ω

Artinya: "Apabila kau telah berbuka (dari bulan Ramadhan) maka puasalah (esoknya) dua hari." (HR. Bukhari Muslim)

Dengan demikian, puasa sunnah ini tetap bisa dilaksanakan kapan saja selama masih di bulan Syawal. Mengacu pada buku 165 Kebiasaan Nabi karya Abduh Zulfidar Akaha, puasa Syawal bisa dikerjakan langsung pada hari kedua Syawal terus bersambung hingga hari ketujuh.

Sementara itu, untuk pelaksanaannya, puasa Syawal sama seperti puasa sunnah lainnya, yakni menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari subuh hingga maghrib. Adapun yang membedakan dari puasa lainnya adalah niatnya.

Hukum Puasa Syawal

Hukum berpuasa selama enam hari di bulan Syawal adalah sunnah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdullah al-Bassam dalam Taudhih al-Ahkam:

"Disunnahkan berpuasa enam hari (dibulan Syawal), ini merupakan mazhab al-Salaf dan al-Khalaf serta jumhur ilmuwan, termasuk Imam Abu Hanifah, Imam al-Syafi'e dan Imam Ahmad."

Waktu Pelaksanaan Puasa Syawal

Puasa Syawal enam hari dapat dimulai pada tanggal 2 Syawal tepat setelah Hari Raya Idul Fitri. Lantas, mengapa tidak dimulai pada tanggal 1 Syawal? Sebab, umat Islam dilarang untuk berpuasa saat hari raya.

Adapun hari raya yang dimaksud ialah Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) serta hari Tasyrik (11,12,13 Dzulhijjah).

Hal tersebut bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang puasa pada dua macam hari, yaitu Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)." (HR Muslim)

Istilah Puasa Syawal

Penamaan puasa Syawal ini diambil dari nama bulan pelaksanaannya, yakni Syawal. Syawal merupakan bulan ke-10 dalam kalender Hijriah setelah Ramadhan.

Syawal berasal dari bahasa Arab yang berarti naik atau meninggi. Mengutip laman Kemenag Kanwil Kalimantan Barat, bulan Ramadhan dinamai Syawal karena dua alasan.

Pertama, derajat kaum muslimin meninggi di mata Allah SWT setelah mendapatkan pengampunan di bulan suci Ramadhan. Kedua, secara moral dan spiritual, umat Islam harus mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai amaliyah Ramadhan pada bulan ini dan bulan seterusnya hingga Ramadhan tahun depan.

Demikian penjelasan mengenai niat puasa Syawal lengkap dengan tata cara dan hukumnya. Semoga bermanfaat, Dab!




(apu/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads