3 Warga Gedangsari Gunungkidul Positif Antraks

3 Warga Gedangsari Gunungkidul Positif Antraks

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Selasa, 26 Mar 2024 12:59 WIB
Kasus wabah antraks di Gunungkidul memakan sejumlah korban jiwa dan puluhan warga lainnya teridentifikasi suspek. Simak pengertian dan cara pencegahan antraks!
Ilustrasi antraks. Foto: Getty Images/iStockphoto/Hailshadow
Gunungkidul -

Tiga warga asal Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, positif antraks. Hasil ini diketahui usai dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap 19 warga dari daerah tersebut yang suspek antraks.

"Tiga confirm, dua dirawat (inap) dan satu rawat jalan," jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Selasa (26/3/2024).

Seorang warga yang dirawat jalan itu mendapat pengobatan dari puskesmas setempat. Dua orang yang dirawat inap itu kini sudah membaik, dan kembali ke rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang satu mendapatkan pengobatan dari puskesmas setempat," ungkapnya.

Hery mengatakan satu kasus antraks yang dirawat jalan, karena antraks tidak menular sesama manusia. Total 53 warga yang berinteraksi dengan hewan positif antraks disebut sudah mendapatkan antibiotik.

ADVERTISEMENT

Selama 120 hari sejak matinya hewan akibat antraks pada 7 Maret 2024 lalu, Dinkes Gunungkidul melakukan surveilans. Usai 120 hari jika tidak ada kasus baru maka kasus antraks ditutup.

"Kalau tidak ada itu (kasus antraks baru), closed (kasus ditutup," katanya.

Kasus Antraks Berawal dari Kambing Mati Dikonsumsi

Diberitakan sebelumnya, seorang warga di Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, terindikasi menderita antraks. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul mengungkap warga itu sempat menyembelih kambing mati di Sleman dan memakan dagingnya bersama warga lain.

Pemotongan kambing mati itu dilakukan pada 24 Februari 2024. Setelah dipotong, dagingnya dibawa pulang ke kampungnya.

"Itu berawal ada orang Serut, Gedangsari, membawa kambing mati milik orang Sleman. Menyembelih di Sleman," kata Wibawanti saat dihubungi wartawan via telepon, Jumat (8/3).




(apl/ams)

Hide Ads