Tiga warga asal Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, positif antraks. Hasil ini diketahui usai dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap 19 warga dari daerah tersebut yang suspek antraks.
"Tiga confirm, dua dirawat (inap) dan satu rawat jalan," jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Selasa (26/3/2024).
Seorang warga yang dirawat jalan itu mendapat pengobatan dari puskesmas setempat. Dua orang yang dirawat inap itu kini sudah membaik, dan kembali ke rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang satu mendapatkan pengobatan dari puskesmas setempat," ungkapnya.
Hery mengatakan satu kasus antraks yang dirawat jalan, karena antraks tidak menular sesama manusia. Total 53 warga yang berinteraksi dengan hewan positif antraks disebut sudah mendapatkan antibiotik.
Selama 120 hari sejak matinya hewan akibat antraks pada 7 Maret 2024 lalu, Dinkes Gunungkidul melakukan surveilans. Usai 120 hari jika tidak ada kasus baru maka kasus antraks ditutup.
"Kalau tidak ada itu (kasus antraks baru), closed (kasus ditutup," katanya.
Kasus Antraks Berawal dari Kambing Mati Dikonsumsi
Diberitakan sebelumnya, seorang warga di Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, terindikasi menderita antraks. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul mengungkap warga itu sempat menyembelih kambing mati di Sleman dan memakan dagingnya bersama warga lain.
Pemotongan kambing mati itu dilakukan pada 24 Februari 2024. Setelah dipotong, dagingnya dibawa pulang ke kampungnya.
"Itu berawal ada orang Serut, Gedangsari, membawa kambing mati milik orang Sleman. Menyembelih di Sleman," kata Wibawanti saat dihubungi wartawan via telepon, Jumat (8/3).
(apl/ams)
Komentar Terbanyak
Kanal YouTube Masjid Jogokariyan Diblokir Usai Bahas Konflik Palestina
Israel Ternyata Luncurkan Serangan dari Dalam Wilayah Iran
BPN soal Kemungkinan Tanah Mbah Tupon Kembali: Tunggu Putusan Pengadilan