Rusia Klaim 10 WNI Jadi Tentara Bayaran Ukraina, Ini Respons Kemlu RI

Nasional

Rusia Klaim 10 WNI Jadi Tentara Bayaran Ukraina, Ini Respons Kemlu RI

Gibran Maulana - detikJogja
Jumat, 15 Mar 2024 18:39 WIB
Rusia klaim 10 WNI jadi tentara bayaran Ukraina, empat tewas
Foto: Rusia klaim 10 WNI jadi tentara bayaran Ukraina, empat tewas (BBC World)
Jogja -

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI merespons klaim Rusia bahwa ada 10 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi tentara bayaran Ukraina. Adapun 4 di antaranya tewas dalam konflik yang berlangsung sejak Februari 2022 itu.

"Informasi tersebut perlu didalami lebih lanjut," kata Juru Bicara Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (15/3/2024), dilansir detikNews.

Dikutip dari BBC Indonesia, Kementerian Pertahanan Rusia merilis data jumlah 'tentara bayaran asing' yang berperang untuk Ukraina sejak Februari 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari data yang juga dirilis Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, ada 10 warga Indonesia yang dinyatakan telah bergabung dengan militer Ukraina. Adapun empat di antaranya 'dihabisi' pasukan Rusia.

Lalu M Iqbal menyebut data-data yang diungkapkan perlu ditanyakan ulang kepada Rusia.

ADVERTISEMENT

"Silakan bertanya kepada Rusia mengenai data yang mereka miliki," kata Iqbal.

Berdasarkan data yang diungkapkan Rusia, sedikitnya 13.387 'tentara bayaran' telah bertolak ke Ukraina untuk bertempur demi Kyiv. Dari jumlah itu, sebanyak 5.962 di antaranya dikonfirmasi telah tewas dibunuh.

Rusia mengklaim Polandia merupakan negara dengan jumlah 'tentara bayaran' terbesar, yaitu 2.960 orang. Lebih dari separuhnya, 1.497 orang, tewas dalam pertempuran.

Amerika Serikat adalah negara pengirim prajurit asing terbesar kedua, yakni 1.113 orang. Setidaknya 491 orang di antaranya telah tewas, menurut perkiraan militer Rusia, yang dikutip media Russia Today.

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Ivanovich Hamianin saat dimintai konfirmasi terpisah meminta awak media bertanya langsung kepada Kremlin soal fakta dan bukti data tersebut.

"Orang-orang Rusia membuka mulut hanya untuk melontarkan kebohongan. Dasar para pembohong," sebutnya.




(apu/ahr)

Hide Ads