Peringatan Hari Supersemar 11 Maret: Ini Sejarah, Isi dan Pengaruhnya

Peringatan Hari Supersemar 11 Maret: Ini Sejarah, Isi dan Pengaruhnya

Zalsabilah Ridwan - detikJogja
Senin, 11 Mar 2024 13:18 WIB
Isi Supersemar
Ilustrasi supersemar. Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jogja -

11 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai hari Supersemar. Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) ditangani oleh Presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.

Surat ini merupakan sebuah surat tugas yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengatasi situasi keamanan Indonesia. Soeharto yang menjabat Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) diberi kewenangan untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi pada saat itu.

Supersemar menjadi salah satu peristiwa historis penting bagi Indonesia. Dikutip dari buku Sejarah Hukum Indonesia oleh Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H., berikut sejarah, isi dan pengaruh Supersemar yang telah dirangkum oleh tim detikJogja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Supersemar

Surat Perintah Sebelas Maret merupakan instruksi yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada Mayjen Soeharto pada tanggal 11 Maret 1966. Isinya meminta Soeharto untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam menangani situasi keamanan yang tegang saat itu.

Kejadian tersebut terjadi saat sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan oleh Soekarno. Di tengah sidang, laporan muncul bahwa terdapat pasukan liar di luar istana yaitu Pasukan Kostrad di bawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris sedang bekerjasama dengan mahasiswa untuk menangkap menteri yang terlibat dalam peristiwa G30S PKI, yaitu Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.

ADVERTISEMENT

Pasukan sebanyak 80 personel sengaja tidak menggunakan kesatuan agar Dr. Soebandrio tidak takut untuk keluar istana. Presiden Soekarno bersama beberapa pejabat kabinet segera menuju Bogor menggunakan helikopter setelah menerima laporan tersebut.

Sementara itu, Mayjen Soeharto yang saat itu sakit dan menggantikan Letjen Ahmad Yani sebagai Panglima Angkatan Darat, tidak hadir dalam sidang kabinet. Tiga perwira tinggi Angkatan Darat, yaitu Mayjen TNI Basuki Rahmat, Brigjen TNI Jenderal M. Jusuf dan Brigjen TNI Amir Machmud dikirim oleh Soeharto ke Bogor untuk bertemu dengan Soekarno.

Mereka meyakinkan Soekarno bahwa Soeharto bisa mengatasi situasi jika diberi kewenangan yang tepat. Setelah pembicaraan dengan Soekarno, Supersemar dikeluarkan, memberi Soeharto kewenangan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan keamanan.

Isi Supersemar

Supersemar berisi perintah Presiden Soekarno kepada Mayor Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan atas situasi Indonesia pada saat itu. Terdapat 3 poin penting dalam Supersemar yang diambil dari salah satu versi dari 3 versi yang ada:

  1. Mengambil segala tindakan untuk pemulihan keamanan dan ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi, menjamin keselamatan dan kewibawaan pemimpin negara, dan melaksanakan dengan pasti ajaran pemimpin besar revolusi.
  2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan panglima-panglima angkatan lain dengan sebaik-baiknya.
  3. Melaporkan sesuatu yang bersangkut-paut dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Pengaruh Supersemar

Supersemar menjadi surat yang digunakan oleh Soeharto untuk mengatasi situasi di Indonesia pada saat itu. Pengaruhnya tertuang pada pengambilan keputusan tertanggal 12 Maret dalam SK Presiden No 1/2/1966 antara lain:

  1. Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta ormasnya dan dinyatakan sebagai partai terlarang.
  2. Penangkapan 15 menteri yang terlibat dalam G30S PKI.
  3. Pemurnian MPRS dan lembaga negara lain dari unsur PKI dan menempatkan peranan lembaga tersebut sesuai UUD 1945.

Surat Perintah Sebelas Maret juga mempengaruhi lemahnya kekuatan politik Soekarno. Kekuasaan Presiden Soekarno kian meredup sehingga lahirnya pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Soeharto.

Akhirnya melalui sidang MPRS pada tanggal 27 Maret 1968, Presiden Soekarno mundur dari jabatan kepresidenan dan digantikan oleh Letnan Jenderal Soeharto.

Itulah informasi seputar peringatan Supersemar 11 Maret. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan dan bermanfaat ya!

Artikel ini ditulis oleh Mutiara Zalsabilah Ridwan, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(cln/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads