Nakes di Gunungkidul Ungkap Fenomena Sejumlah Siswa Lukai Diri Sendiri

Nakes di Gunungkidul Ungkap Fenomena Sejumlah Siswa Lukai Diri Sendiri

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Rabu, 06 Mar 2024 19:32 WIB
An upset Asian teenage boy student, dressed in casual outfit, sits on a stairway reading on his smartphone with a backpack beside him, while dealing with the issue of cyberbullying.
Ilustrasi pelajar melukai diri. Foto: Getty Images/Thai Liang Lim
Gunungkidul -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk menyakiti diri sendiri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Sejumlah siswa SMP di Kabupaten Gunungkidul diketahui sempat melukai diri sendiri dengan menyayat bagian tubuh. Hal ini terungkap ketika adanya pemeriksaan kejiwaan di sejumlah sekolah di Gunungkidul.

Menurut dokter sekaligus Kepala Puskesmas Saptosari, dr. Ari Hermawan, kelakuan menyakiti diri sendiri itu diketahui saat pihaknya bekerja sama dengan salah satu rumah sakit di Wonosari untuk konsultasi dan screening kejiwaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu setiap hari Rabu. Pas saya baru di situ (menjabat sebagai kepala puskesmas Saptosari)," jelas Ari kepada detikJogja melalui telepon, Rabu (6/3/2024).

Saat pihak Puskesmas Saptosari melakukan screening atau memeriksa kondisi kejiwaan siswa di sekolah satu ditemukan beberapa siswa yang memiliki bekas luka sayatan di tangan mereka.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya mereka sudah lama, bekas goresan di tangannya. Screeningnya itu di bulan November atau Desember (2023) kalau tidak salah. Disayat di tangan," jelasnya.

Ari menerangkan ada 23 siswa yang sempat menyayat tangannya sendiri atau melukai diri sendiri. Bahkan, Ari menuturkan bekas sayatan di tangan siswa itu lebih dari satu.

"Saya nggak lihat pasti cuma laporan dari dokter jiwanya dan teman kita yang memegang program jiwa. Nggak cuma satu (sayatan)," ungkapnya.

Faktor Penyebab

Mengenai penyebab aksi nekat para siswa tersebut, Ari menerangkan, penyebabnya mulai dari perundungan hingga masalah keluarga. Terlebih di sekolah tersebut, Ari mengungkapkan banyak siswa yang tidak tinggal dengan orang tua sendiri.

"Pemicunya macam-macam, karena di-bully temannya, karena orang tua yang di kondisi keluarga. Macam-macam itu," terangnya.

Pendampingan ke Siswa

Dari kejadian tersebut, Ari menerangkan pihaknya membentuk tim konselor di sekolah tersebut sekaligus sebagai pilot project upaya kesehatan mental sekolah. Saat ini, Ari menuturkan kondisi siswa-siswi tersebut sudah baik.

"Tim konselor itu siswa-siswi pilihan itu (korban melukai diri sendiri) yang nanti dia bisa deteksi di awal teman-temannya yang bermasalah. Di samping itu bisa mengedukasi terkait kesehatan mental," jelasnya.

Dari program tersebut, Ari mengatakan tim konselor dipilih dari 10 siswa dan siswi dari sekolah satu itu. 10 siswa dan siswi itu, jelas Ari dilatih oleh pihaknya untuk bisa menjadi konselor.

"Konselornya untuk teman-temannya. Screening awal untuk teman-temannya dan menyelesaikan masalah dalam tahap yang dasar. Kalau nanti ada tahap lanjutan ya dirujuk ke puskesmas kami," paparnya

Terpisah, Wakil Kepala sekolah, Mujiono, membenarkan adanya temuan tersebut. Temuan itu diketahui pada semester sebelumnya.

"Betul, tapi itu semester yang kemarin bukan sekarang. Gitu aja ya mas," ungkap Mujiono kepada detikJogja melalui telepon, Rabu (6/3).




(apl/ahr)

Hide Ads