Kronologi Siswa Difabel Cekcok hingga Kelingking Patah Versi Sekolah

Kronologi Siswa Difabel Cekcok hingga Kelingking Patah Versi Sekolah

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Jumat, 23 Feb 2024 15:24 WIB
Ilustrasi Kekerasan pada Anak
Ilustrasi kekerasan anak (Foto: iStock)
Gunungkidul -

Seorang anak disabilitas fisik kelas 1 SMP di Gunungkidul diduga mendapatkan perundungan atau bullying dari temannya hingga mengalami patah kelingking. Pihak sekolah menyebut kasus ini hanya salah paham yang berawal dari cekcok dengan bawa-bawa nama bapak.

Terduga pelaku disebut siswa dengan disabilitas mental atau tunagrahita. Meski sama-sama duduk di bangku kelas 1 SMP, terduga pelaku itu disebut memiliki mental seusia 6-8 tahun.

"Anak itu (terduga pelaku) tunagrahita. Hasil tes psikologinya, anak itu setara dengan usia 8-6 tahun," ujar Kepala SMP, Sutoto Sudarujian, kepada wartawan saat ditemui di sekolahnya, Jumat (23/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kalau dianggap sebagai bullying, kami bukan menganggap sebagai bullying. Kami menganggap kesalahpahaman," sambung dia.

Kronologi Kasus Cekcok Siswa Difabel di Gunungkidul

Dihimpun detikJogja, berikut kronologi kasus tersebut berdasarkan pihak kepala sekolah:

ADVERTISEMENT

Rabu, 21 Februari 2024

Siang Hari

Sutoto mengatakan kejadian tersebut berlangsung saat waktu istirahat kedua, tepatnya usai salat zuhur. Saat itu korban sedang duduk di depan ruang komputer dan terduga pelaku berada di sampingnya.

"Kejadian hari Rabu pas waktu istirahat kedua setelah salat zuhur ini anak kami (korban) duduk-duduk di depan ruang komputer. Habis itu (terduga pelaku) ada di sampingnya, di dekat triplek. Waktu itu si anak itu (terduga pelaku) pukul-pukul nendang-nendang triplek itu," jelas Sutoto kepada wartawan saat ditemui di sekolahnya.

Sutoto menyebut korban mengingatkan pelaku yang menendang-nendang triplek tersebut. Namun, korban menegur temannya itu dengan menyebut nama bapak terduga pelaku.

"Si anak itu (korban) mengingatkan tapi mengingatkannya itu tidak menyebut nama asli, menyebut nama bapaknya," katanya.

Hal ini diduga memicu ketersinggungan keduanya. Celetukan itu kemudian dibalas teman korban dengan memintanya merentangkan tangan.

"Sehingga anak itu (terduga pelaku) tersinggung. Kemudian gantian membalas 'ayo rentangkan tangan'," ucapnya.

Hal ini membuat korban balik tersinggung. Kedua siswa SMP itu kemudian cekcok hingga korban mengejar pelaku ke kamar mandi.

"Anak itu (korban) tersinggung juga, dia agak temperamental, tapi kami paham kondisi itu. Kemudian terjadilah perselisihan. Anak itu (terduga pelaku) kan kecil. Kemudian dikejar sampai ke kamar mandi," tuturnya.

Sampainya di kamar mandi, Sutoto mengatakan korban menarik kerah seragam terduga pelaku. Sutoto menyebut korban lalu memukul terduga pelaku hingga ada bekas benjolan di dahinya. Sutoto memperkirakan patahnya jari kelingking korban akibat memukul terduga pelaku.

"Kemungkinan si anak yang jari kelingking sakitnya itu karena memukul temannya," jelasnya.

Pada hari yang sama, Sutoto mengatakan pihaknya langsung membawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

"Ketika kejadian itu kami langsung mengantar ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan dengan guru-guru kita," katanya.

Sedang terduga pelaku, Sutoto menerangkan dikompres dan diantar ke rumahnya. "Setelah itu (terduga pelaku) dikompres. Setelah itu diantar pulang," ucapnya.

Sore Hari

Sutoto mengatakan pihaknya menghubungi kedua orang tua siswa tersebut untuk dilakukan mediasi. "Hari pertamanya sore hari komunikasi dengan orang tua untuk coba mediasi," tuturnya.

Kamis, 22 Februari 2024

Pagi Hari

Selanjutnya, Sutoto mengatakan proses mediasi kedua orang tua siswa tersebut dilakukan di sekolah pada pagi hari. Pertemuan berlangsung bersama dengan guru BK.

"Hari Kamis pagi kami mediasi di sekolah untuk bertemu dengan BK dicoba mediasi," jelas dia.

Sedangkan di hari yang sama korban dijadwalkan untuk menjalani operasi. Namun, ayah korban, Wasido, mengatakan operasi tersebut ditunda.

"Tadi sudah masuk ruang operasi. Tadi habis di-rontgen," ujar ayah siswa, Wasido, warga Kapenewon Semanu, saat ditemui wartawan di IGD RSUD Wonosari, Kamis (22/2).

"Saat mau dioperasi anak saya batuk dan tidak jadi dioperasi. Tunggu besok lagi," lanjut dia.

Jumat, 23 Februari 2024

Sutoto mengatakan pihaknya akan melanjutkan proses mediasi kedua orang tua siswa terkait kasus ini. Sutoto mengaku melibatkan pihak lain pada mediasi hari ini.

"Kami lanjutkan mediasinya hari ini. Supaya tuntas kami libatkan pihak lain. Kemudian kami juga melaporkan ke Dinas Pendidikan. Nanti kami akan membuat laporan tertulis ke Dinas Pendidikan," ucap Sutoto.

Sutoto menyebut pihak lain yang terlibat yakni tokoh masyarakat tempat kedua bocah itu tinggal. Kebetulan, kedua siswa tersebut tinggal di satu kalurahan tetapi beda padukuhan.

"Kami libatkan tokoh masyarakat karena itu satu desa rumahnya, hanya beda padukuhan," ungkapnya.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Gunungkidul AKP Andika Arya Pratama menerangkan Unit PPA akan mengklarifikasi kasus tersebut ke pihak sekolah. Andika mengatakan belum ada laporan masuk atas kasus tersebut.

"Jadi bentuk laporan sendiri belum ada masuk ke kami, Polres Gunungkidul. Namun, siang nanti dari Unit PPA Satreskrim Polres Gunungkidul akan melakukan klarifikasi langsung ke sekolah," jelas Andika kepada wartawan saat ditemui di Wonosari, Gunungkidul, Jumat (23/2).




(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads