Soal Pertemuan Jokowi-Surya Paloh, Pakar UGM: Keduanya Punya Sejarah Panjang

Soal Pertemuan Jokowi-Surya Paloh, Pakar UGM: Keduanya Punya Sejarah Panjang

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Selasa, 20 Feb 2024 18:15 WIB
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh berbincang santai di sela santap pagi bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11). Di sela bersantap pagi keduanya berbincang-bincang dan saling bertukar pikiran mengenai kondisi bangsa yang akhir-akhir ini sempat mengalami permasalahan karena faktor agama. Surya Paloh menegaskan, sebagai anak bangsa kita harus menjunjung tinggi semangat
Foto: JOKOWI SANTAP PAGI DENGAN SURYA PALOH (PANCA SYURKANI/nasdem.id)
Sleman -

Ketum Partai NasDem, Surya Paloh bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) Minggu kemarin di Istana Negara, Jakarta. Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arya Budi menilai hal itu sebagai langkah awal untuk mencairkan tensi pasca Pemilu 2024.

"Komunikasi yang dibangun itu untuk mencairkan proses politik pasca pemilu nanti, saya pikir itu baru tahap awal," kata Arya saat dihubungi wartawan, Selasa (20/2/2024).

Secara umum, Arya melihat bahwa sejak awal Surya Paloh sudah siap dengan kekalahan melawan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan bersiap merapat. Munculnya pernyataan Jokowi yang ingin 'jadi jembatan' juga tak lepas dari peran Jokowi yang berada di belakang pasangan nomor urut 02 itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi spekulasi bahwa Surya Paloh merapat ke Prabowo-Gibran dalam hal ini dijembatani oleh Jokowi karena suka atau tidak, Jokowi adalah orang besar di belakang Prabowo-Gibran. Nah itu sangat mungkin melihat kenyataan apalagi semua hasil quick count dan real count PKPU yang berjalan sudah 72 persen memang satu putaran dan 02 unggul," urainya.

Langkah politik Surya Paloh ini pun sudah diprediksi. Apalagi dalam sejarahnya, Surya Paloh atau NasDem dan Jokowi sebagai entitas politik tercatat pernah berkoalisi.

ADVERTISEMENT

Pertama saat di Pilgub DKI tahun 2012 dan Pilpres 2014. Bahkan sebelum PDIP mengumumkan Jokowi sebagai capres, NasDem sudah lebih dulu mengambil sikap.

"Meskipun Jokowi masih dianggap kader PDIP. Jadi Jokowi dengan Surya Paloh sejarahnya panjang, karena di 2012 ada Surya Paloh yang berada di belakang Jokowi ketika masuk di gubernur dan 2014 ketika capres yang melakukan deklarasi pertama kali NasDem," ujarnya.

Oleh karena itu, Surya Paloh sebagai personal maupun kelembagaan sebagai Ketum NasDem memang mempunyai kedekatan emosional dengan Jokowi. Termasuk kedekatan ideologi dan kultural.

"Meskipun mereka berseberangan secara elektoral di 2024 karena punya paslon masing-masing, sejarah panjang politik mereka sudah terjalin lama," ungkapnya.

"Nah itu yang kemudian menjelaskan Jokowi maupun Surya Paloh tidak kikuk untuk menjalin komunikasi. Bahwa output-nya nanti NasDem bergabung dengan Prabowo-Gibran itu hal yang lain," pungkasnya.

Jokowi sebelumnya buka suara terkait pertemuan dengan Surya Paloh kemarin. Meski menyatakan keinginan untuk menjadi jembatan, Jokowi menegaskan keputusan terkait sikap politik merupakan urusan internal setiap partai politik.

"Ini baru awal-awal, nanti kalau sudah final kami sampaikan, tapi itu sebetulnya, saya itu hanya menjadi jembatan, yang paling penting kan partai-partai," kata Jokowi di RS Pertahanan Negara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (19/2).

Saat ditanya lagi apakah menjadi jembatan berarti mengajak NasDem masuk koalisi Prabowo-Gibran yang saat ini unggul versi quick count, Jokowi tidak menjawab. Jokowi menegaskan dirinya ingin menjadi jembatan untuk semuanya.

"Jembatan untuk semuanya, saya ingin jadi jembatan untuk semuanya, kalau urusan apa itu, urusan politik itu urusan partai-partai," ujarnya.




(apu/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads