Petani Perseorangan Turun, Mentan Ungkap Penyebabnya

Petani Perseorangan Turun, Mentan Ungkap Penyebabnya

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 24 Jan 2024 13:46 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat memberikan keterangan di Trimulyo, Jetis, Bantul, Rabu (24/1/2024).
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat memberikan keterangan di Trimulyo, Jetis, Bantul, Rabu (24/1/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng.
Bantul -

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap penyebab turunnya petani perseorangan karena transformasi ke pertanian modern. Menurutnya, semua itu untuk efisiensi dan menggaet generasi milenial ke sektor pertanian.

Amran mengatakan, saat ini Kementan RI fokus untuk melakukan transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Semua itu, kata Amran, agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain.

"Salah satunya menggunakan alat mesin pertanian untuk menanam padi. Karena kalau manual harus 20 orang per hektare dan kalau pakai alat hanya satu orang," katanya usai penanaman padi di Trimulyo, Jetis, Bantul, Rabu (24/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya, kata Amran, untuk efisiensi, di mana biaya tanam bisa turun sampai 60 persen. Kemudian pertumbuhannya nanti merata, karena jika pemiliknya sendirian tanam membutuhkan waktu 20 hari dan dalam 20 hari tanam matangnya tidak sama.

"Sehingga kalau panen ada low season 10-20 persen kita dapat. Kemudian produksi lebih tinggi dan efisiensi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Kemudian yang terakhir generasi Z tidak mungkin tertarik di sektor pertanian kalau tidak menguntungkan. Kita alihkan ke pertanian modern biaya turun 60 persen dan produksi bisa naik 20-50 persen. Inilah tujuan pemerintah," imbuh Andi.

Sehingga, pernyataan yang santer beberapa waktu lalu soal turunnya jumlah petani perseorangan memang benar adanya. Menurutnya, semua itu menunjukkan keberhasilan program pemerintah.

"Nah, ada yang salah paham. Ini perlu saya jelaskan, ada yang mengatakan bahwa jumlah petani perseorangan menurun, benar. Maaf itu keliru, menurun itulah menunjukkan bahwa program pemerintah berhasil," katanya.

"Transformasi menjadi pertanian modern, karena yang dulunya tanam pakai 20 orang tapi dengan teknologi jadi satu orang," lanjut Andi.

Sedangkan 19 orang yang tidak terlibat penanaman padi karena menggunakan alat mesin pertanian bertransformasi di bidang pembibitan hingga peternakan.

"Terus pasti ada yang mengatakan 19 ke mana, ini transformasi sosial. Dia menggunakan bibit, memelihara ayam, bebek dan lain-lain, sehingga produktivitas petani kita meningkat," ujarnya.

Selanjutnya, Andi menjelaskan kelompok petani meningkat 8,4 persen. Semua itu juga menunjukkan bahwa program pemerintah berhasil.

"Kemudian kita sudah swasembada tiga kali, 2017, 2019, dan 2020. Jadi tolong kalau bisa kita sampaikan data yang benar," katanya.

Dengan semua pencapaian itu, Andi optimis generasi milenial akan tertarik untuk terjun ke sektor pertanian. Apalagi, saat ini pemerintah memerlukan petani untuk menggarap food estate.

"Justru nantinya ke depan adalah kita tarik milenial menggunakan tenaga sangat minimum, karena semua menggunakan teknologi," ucapnya.

"Ke depan food estate juga demikian, karena areanya luas maka menggunakan teknologi tinggi dan petani sejahtera. Sehingga tanpa diundang dan dipaksa pasti milenial pasti akan tertarik dengan sektor pertanian," lanjut Andi.




(apl/apu)

Hide Ads