BPPTKG Ungkap Sebab Merapi Kerap Luncurkan Awan Panas Belakangan Ini

Round-Up

BPPTKG Ungkap Sebab Merapi Kerap Luncurkan Awan Panas Belakangan Ini

Tim detikJogja - detikJogja
Senin, 22 Jan 2024 06:00 WIB
Warga membersihkan mobilnya yang terkena abu vulkanik Gunung Merapi di Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (21/1/2024). Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terjadi awan panas guguran Gunung Merapi pada (21/1) pukul 14:12 WIB dengan jarak luncur maksimal 2400 meter ke Barat Daya dan sejumlah wilayah lereng timur terdampak hujan abu vulkanik. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/tom.
Warga membersihkan mobilnya yang terkena abu vulkanik Gunung Merapi di Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (21/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Jogja -

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut curah hujan yang tinggi turut mempengaruhi aktivitas vulkanik Gunung Merapi belakangan ini.

"Iya memang kebetulan suplai magma kan menerus di Gunung Merapi ini. Jadi data kegempaan maupun deformasi, kemudian dengan curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma tersebut ke permukaan. Kemudian membentuk awan panas seperti yang beberapa hari terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi saat dihubungi wartawan, Minggu (21/1/2024).

Meski aktivitas vulkanik terpantau meningkat, BPPTKG tetap mempertahankan status Merapi di level Siaga. Sebab, awan panas yang meluncur dari Merapi belum melewati radius bahaya yang ditetapkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah tiga tahun lebih (status Siaga), sejak November 2020. Ya (aktivitas Merapi) masih tinggi yang seperti ini tuh memang sudah menjadi perilakunya Merapi yang erupsi selama tiga tahun ini," ucap Agus.

Agus mengatakan, aktivitas Merapi saat ini berupa penyembuhan kubah lava, kemudian guguran awan panas sesekali. Mengenai rentetan awan panas belakangan ini, dia menyebut hal itu wajar terjadi karena adanya peningkatan suplai magma.

ADVERTISEMENT

"Ada peningkatan suplai yang ketika keluar dia mengakibatkan kejadian rentetan awan panas dan yang seperti ini sudah beberapa kali terjadi, sudah mungkin sembilan kali dengan yang akhir-akhir ini. Yang pertama itu 27 Januari 2021. Kemudian yang sebelum ini tuh 8 Desember 2023. Totalnya sembilan kali, dan ini sudah menjadi kebiasaan merapi selama tiga tahun ini," ujar Agus.

Agus menambahkan, karena suplai magma belum berhenti sampai saat ini, maka erupsi Merapi masih akan terus berlangsung.

"Ancaman ke depan masih, yang jelas ini erupsi seperti dirimu, belum akan berakhir dalam waktu dekat. Karena suplai magma masih berlangsung," ucap Agus.

Diketahui, kejadian awan panas pada Minggu (21/1) siang kemarin abu berdampak hujan abu di sebagian wilayah Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah.

"Hujan abu itu Boyolali, Klaten, mungkin jaraknya sampai radius 30 kilo-an ada. Iya (cukup jauh), itu karena pengaruh angin. Anginnya memang sedang kencang saat itu dan arahnya ke timur," kata Agus.

Agus juga mengingatkan bahwa potensi hujan abu setelah keluarnya awan panas masih akan terjadi. Dia mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dan mengenakan masker saat terjadi hujan abu.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads