Cerita WNI Usai Gempa M 7,6 Jepang: Lari ke Bukit Saat Peringatan Tsunami

Internasional

Cerita WNI Usai Gempa M 7,6 Jepang: Lari ke Bukit Saat Peringatan Tsunami

Tim detikcom - detikJogja
Selasa, 02 Jan 2024 11:45 WIB
Gempa juga mengakibatkan sejumlah mobil rusak akibat tertimpa bangunan di Jepang, Selasa (2/1/2024).
Gempa juga mengakibatkan sejumlah mobil rusak akibat tertimpa bangunan di Jepang. Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Jogja -

Gempa mengguncang Ishikawa, Jepang, pada Senin (1/1/2024) berkekuatan 7,6 magnitudo. Gempa sempat memicu gelombang tsunami di pesisir utara dan tengah Jepang kemarin.

Dilansir detikTravel, mengutip BBC News Indonesia, sebanyak 18 WNI yang tinggal di Kota Suzu, Prefektur Ishikawa bergegas menyelamatkan diri saat gempa besar mengguncang Semenanjung Noto di dekat Prefektur Ishikawa. Mereka berlari ke bukit.

Di sejumlah tempat peringatan resmi mengatakan gelombang tsunami diperkirakan bisa mencapai 5 meter. Sejauh ini, gelombang setinggi 1,2 meter sempat menerjang pelabuhan Wajiima di Prefektur Ishikawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serangkaian tsunami kecil dilaporkan terjadi di beberapa area lainnya. Namun peringatan soal gelombang tsunami yang jauh lebih besar tidak terjadi. (Peringatan tsunami oleh otoritas Jepang saat ini telah dicabut, red).

Akibat gempa itu, jaringan listrik mati, sejumlah area kebakaran, dan warga berhamburan mengungsi.

ADVERTISEMENT

Pemerintah Jepang memang menginstruksikan penduduk di wilayah pesisir Noto di prefektur Ishikawa untuk evakuasi secepatnya ke dataran tinggi.

Bersama warga Jepang, WNI menuju bukit. Saat itu, suhu di luar ruangan 0 derajat celsius. Mereka membuat api unggun untuk menghangatkan diri.

Rizal Sokobiki, salah satu dari 18 WNI yang terpaksa bermalam di atas bukit setelah gempa mengatakan listrik padam dan masih ada gempa susulan sehingga mereka memilih bertahan di luar ruangan. Belasan WNI itu bekerja di kapal perikanan dan tinggal di asrama yang terletak di tepi pantai.

"Jaraknya dari laut itu dekat sekali, cuma 200 meter keliatan laut dari asrama menuju bukit. Karena ada peringatan tsunami jadi lari semua ke atas bukit," kata Rizal, WNI asal Tuban, Jawa Timur kepada wartawan Sri Lestari yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, dilansir detikTravel, Selasa (2/1/2024).

Rizal menyebutkan lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah berjarak cukup jauh dari tempat tinggalnya. Dia mengatakan hanya membawa sedikit air minum dan jajanan untuk bekal bermalam.

Ketika gempa terjadi ia bersama rekan-rekannya tengah beristirahat di asrama karena tidak bertugas di laut. "Semua anak-anak sedang istirahat di kamar masing-masing, ada yang sedang makan berhamburan lari semua," kata dia.

Selama dua tahun bekerja di Ishikawa, ia mengatakan baru kali ini merasakan gempa yang cukup besar.

Sementara itu, Wawan Supriyanto, WNI yang tinggal di Kota Kahoku di Prefektur Ishikawa merasakan guncangan gempa ketika tengah berbelanja di toko peralatan rumah tangga. Pria berusia 41 tahun ini mengatakan guncangan gempa itu membuat rangka baja di toko tersebut jatuh.

Kahoku berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Noto. Ia mengatakan selama 5 tahun tinggal di Ishikawa baru merasakan gempa sebesar ini.

"Kaget sekali... Baru hari ini saya merasakan gempa yang cukup besar sekali, sudah terbiasa, tapi kok makin kencang dan makin menakutkan," kata Wawan.

"Gedung dirancang sedemikian rupa, akhirnya kita stay di sana, dan luar biasa gedenya sampai besi di atas saya itu jatuh. Kalau barang-barang sudah jatuh semua," ujarnya.

Wawan mengatakan setelah gempa, pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan tsunami melalui email, sehingga ia dan keluarganya memilih tidak kembali ke apartemen dan menuju tempat yang lebih tinggi serta menjauh dari pantai. Dia mengatakan apartemennya terletak dekat dengan pantai sehingga berisiko tinggi.

"Kita nggak berani balik ke apartemen karena kebetulan apartemennya itu dekat dengan pantai dan kita dapat peringatan dari pemerintah kota lewat email agar mengungsi, jangan kembali ke apartemen," kata dia.

Kementerian Luar Negeri Indonesia sedang berkoordinasi dengan KBRI Tokyo dan KJRI Osaka untuk mengetahui dampak gempa dan tsunami di Jepang.

Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial Budaya KBRI Tokyo, Meinarti Fauzie menyebut terdapat 1.315 warga negara Indonesia yang menetap di Prefektur Ishikawa, 1.344 di Prefektur Toyama dan 1.132 di Prefektur Niigata.

KBRI Tokyo dan KJRI Osaka telah mengeluarkan imbauan agar warga negara Indonesia tetap waspada atas gempa susulan dan tsunami dan selalu memantau informasi dan arahan otoritas setempat.

"Peringatan tsunami di sepanjang pesisir barat Jepang masih belum dicabut hingga malam hari ini waktu Jepang," ujar Meinarti.

Seratusan Bangunan Hangus Terbakar di Jepang Usai Gempa Mengguncang

Sementara itu, sebuah kebakaran hebat melanda kota Wajima, Jepang, pada Senin (1/1) malam waktu setempat setelah gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,6 mengguncang. Lebih dari 100 bangunan, yang terdiri atas rumah warga dan pertokoan, dilaporkan hangus terbakar.

Seperti dilansir NHK dan CNN, Selasa (2/1/2024), para petugas pemadam kebakaran masih berusaha memadam api yang membakar banyak bangunan di pusat kota Wajima, yang terletak di Prefektur Ishikawa, pada Senin (1/1) malam waktu setempat.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Departemen pemadam kebakaran setempat melaporkan bahwa lebih dari 100 bangunan yang ada di sekitar ruas jalan Asaichi yang terkenal di pusat kota Wajima diyakini hangus terbakar. Kebanyakan yang terbakar merupakan toko kayu.

Wajima merupakan kota pesisir yang terletak di Prefektur Ishikawa. Kota tersebut menjadi salah satu area terdampak paling parah akibat gempa bumi yang mengguncang pada hari pertama tahun 2024, atau pada Senin (1/1) waktu setempat.

Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS mencatat gempa yang mengguncang area prefektur Ishikawa di pulau utama Honshu itu berkekuatan Magnitudo 7,5.

Sementara otoritas Jepang mencatat gempa itu berkekuatan Magnitudo 7,6 dan menyebut bahwa gempa itu merupakan salah satu dari lebih 90 gempa yang mengguncang area tersebut hingga Selasa (2/1) dini hari, sekitar pukul 01.00 waktu setempat.

Otoritas Jepang melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa bumi itu bertambah menjadi sedikitnya enam orang.

Skala kerusakan akibat gempa bumi tersebut terus meningkat. Tayangan berita setempat menunjukkan bangunan-bangunan roboh, perahu-perahu tenggelam di pelabuhan, rumah-rumah hangus terbakar, dan warga setempat tidak mendapatkan aliran listrik saat musim dingin.

Hingga Selasa (2/1) waktu setempat, sekitar 32.700 rumah warga di area tersebut masih mengalami pemadaman listrik. Puluhan ribu orang diperintahkan untuk mengungsi, dengan menurut Kementerian Pertahanan Jepang, sekitar 1.000 orang kini ditampung di pangkalan militer setempat.

Peringatan tsunami yang sempat diberlakukan di area tersebut oleh otoritas Jepang, telah dicabut. Laporan otoritas setempat menyebut gelombang setinggi setidaknya 1,2 meter menyapu area pelabuhan Wajima pada Senin (1/1) waktu setempat usai gempa mengguncang.

Serangkaian tsunami kecil dilaporkan terjadi di beberapa area lainnya. Namun peringatan soal gelombang tsunami yang jauh lebih besar tidak terjadi.

Halaman 2 dari 2
(rih/aku)

Hide Ads