Dua aktivis HAM asal Swedia, Benjamin Ladra (31) dan Sanna Ghotbi (30) bersepeda keliling dunia untuk memperjuangkan nasib rakyat Sahara Barat. Mereka membagikan kisah-kisah menarik selama mengayuh sepedanya di berbagai negara.
Benjamin dan Sanna telah memulai perjalanannya menggunakan sepeda sejak Mei 2022. Hingga saat ini mereka telah mengunjungi 18 negara, termasuk Indonesia. Berbagai wilayah telah dikunjungi selama berada di Indonesia mulai dari Bali, Banyuwangi, Surabaya, Probolinggo, Solo, dan kini telah tiba di Jogja.
Perjalanan menggunakan sepeda ini mereka lakukan untuk menyebarkan informasi seputar konflik yang terjadi pada orang-orang Sahrawi di Sahara Barat. Keduanya mengabarkan jika orang-orang Sahrawi dipenjara hingga disiksa pihak Maroko. Selama lebih dari 50 tahun orang Sahrawi tinggal di kamp pengungsi dan bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup tanpa akses air, listrik, dan internet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benjamin dan Sanna pun terkadang mengaku kelelahan saat bersepeda. Ditambah lagi mereka juga membawa barang bawaan sekitar 60 kilogram di atas sepedanya. Namun, keduanya yakin usahanya bakal mendatangkan manfaat bagi orang lain dan masyarakat Sahara Barat.
"Kami merasa lelah karena bersepeda begitu keras. Walaupun kami tidak bersepeda sepanjang hari, tetapi kami berbicara dengan orang-orang baru sepanjang hari dan mengadakan pertemuan juga. Itu sangat melelahkan, tapi juga bermanfaat. Kami melakukan hal tersebut untuk orang lain, itulah hal yang ingin kami lakukan," jelas Benjamin kepada detikJogja, saat ditemui di lingkungan UGM, Sleman, Kamis (7/12/2023).
![]() |
Sempat Nyaris Disergap Serigala
Benjamin dan Sanna juga membagikan pengalaman menarik ketika bersepeda di negara lainnya. Salah satu kisah yang tak terlupakan bagi Sanna adalah ketika berada di Yunani dan beristirahat di alam terbuka menggunakan tenda.
Saat tengah malam, Sanna menyadari kehadiran serigala di depan tendanya hingga membuatnya takut.
"Suatu ketika kami sedang berkemah di Yunani dan tidur di tenda. Aku terbangun di tengah malam dan ada serigala di luar tenda. Aku benar-benar berpikir aku akan mati malam itu. Itu hal paling menakutkan yang pernah aku alami sepanjang hidupku," ujar Sanna.
"Kami beruntung karena beberapa hari yang lalu ada yang memberi kami semprotan merica (pepper spray). Jadi aku pegang semprotan merica itu sambil gemetar sambil berpikir apa yang harus aku lakukan kalau serigalanya membuka tenda kami. Untungnya kami tidak diserang, tapi itu sangat menakutkan dan itu tidak akan terjadi dalam kehidupan biasa," lanjut Sanna.
Benjamin juga membagikan pengalamannya saat berada di sekitar pegunungan Montenegro. Keduanya sempat ditolong dua warga India yang kemudian memberinya tempat aman untuk beristirahat. Kedua warga India itu bahkan ikut bersepeda selama lebih dari setu bulan bersama Benjamin dan Sanna.
"Mereka memberi kami tempat yang aman dan kami menjadi teman baik dan mereka benar-benar bergabung dengan kami untuk bersepeda dan membantu orang-orang Sahrawi dalam beberapa bulan," ujar Benjamin.
"Yang luar biasa itu, mereka berasal dari India, dan banyak orang di India saat ini menjadi Islamofobia dan mendukung Israel termasuk keluarga mereka. Akan tetapi, karena mereka bertemu kami, mereka mulai belajar tentang Palestina dan Sahara Barat hingga mereka datang ke setiap demonstrasi mengenai Palestina. Mereka memberi tahu kami bahwa karena bertemu kami, mereka menjadi tahu akan hal ini," lanjut Sanna.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Takjub dengan Keramahan Orang Indonesia
Selama di Indonesia, Benjamin dan Sanna juga mengalami peristiwa menarik. Mereka pernah menginap di salah satu rumah yang dimiliki seseorang bernama Ulfi. Mereka diajak Ulfi ke pasar untuk membagikan brosur mengenai Sahara Barat. Berbagai orang yang berkunjung ke pasar tersebut tampak bertanya-tanya alasan keberadaan mereka di sini.
"Ulfi membawa kami ke pasar lokal di hari minggu. Sungguh lucu, di pagi hari dia berkata saya mencetak brosur tentang Sahara Barat dan kemudian dia membawa kami ke pasar. Setidaknya ada ratusan bapak dan ibu dari Indonesia yang kami bagikan brosurnya. Meski tidak pernah bertemu, mereka sangat ramah dan sangat baik," ungkap Sanna.
Selain itu, ketika bersepeda dari Solo menuju Jogja, Benjamin dan Sanna juga sempat mengalami kempis ban. Mereka terpaksa harus menunggu di depan sebuah rumah hingga pemilik rumah datang.
"Kemarin waktu kita bersepeda ke Jogja dari Solo, adan ban sepeda kempis. Kita menunggu di luar rumah orang dan tiba-tiba seorang pria keluar dan dia berkata 'oh, kamu di sini, tunggu sebentar', dan dia memberikan mangga sembari mengajak anaknya keluar rumah. Anaknya berbicara dengan kami dan dia memberi kami kontak-kontak. Banyak orang yang sangat membantu walaupun kami hanya berbicara dengan mereka selama 5 menit, tapi sudah sangat membantu," pungkas Sanna.
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Jihan Nisrina Khairani Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri