Gus Miftah Ungkap Kiai Terbelah Usai Gibran Jadi Cawapres

Gus Miftah Ungkap Kiai Terbelah Usai Gibran Jadi Cawapres

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Kamis, 02 Nov 2023 15:26 WIB
Calon Wakil Presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Gibran Rakabuming Raka bersilaturahmi ke kediaman Gus Miftah di pondok pesantren Ora Aji, Kabupaten Sleman, Yogjakarta. Ngapain?
Gibran Rakabuming dan Gus Miftah (Foto: Dok. Gus Miftah)
Jogja -

Pendiri Ponpes Ora Aji, Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah, mengungkap saat ini terdapat perbedaan pendapat dan pandangan dari para kiai usai majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres. Meski terdapat perbedaan, bagi Gus Miftah itu hal yang biasa.

"Ya terbelah biasa lah berbeda pendapat. Tapi yang saya sowan-sowani insyaallah konsisten dengan keputusannya untuk menyatakan dukungan kepada Mas Gibran," kata Gus Miftah kepada wartawan, Kamis (2/11/2023). Gus Miftah menjawab pertanyaan wartawan terkait respons para kiai dan ulama setelah pencalonan Gibran.

"Bahwa ini anak ini harus kita dampingi, iya, karena sejarah panjang raja-raja dan pemimpin besar dulu itu pasti didampingi sama wali sama kiai," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Calon Wakil Presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Gibran Rakabuming Raka bersilaturahmi ke kediaman Gus Miftah di pondok pesantren Ora Aji, Kabupaten Sleman, Yogjakarta. Ngapain?Calon Wakil Presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Gibran Rakabuming Raka bersilaturahmi ke kediaman Gus Miftah di pondok pesantren Ora Aji, Kabupaten Sleman, Yogjakarta. Ngapain? Foto: Dok. Gus Miftah

Meski demikian, Gus Miftah tidak menyebut secara gamblang nama kiai yang tidak setuju dengan pencalonan Gibran.

"Ya ada satu dua (kontra) biasa lah, nggak mungkin semua orang harus senang," katanya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Gus Miftah justru mendorong tokoh-tokoh agama itu untuk mengawal calon presiden yang didukung.

"Capres, politikus itu jangan ditinggalkan orang baik. Kalau orang baik nggak ngerti politik, maka yang terjadi politikus akan dikuasai oleh orang yang jelek. Kiai, pendeta, tokoh agama silakan mengawal calon presiden. Tujuannya satu untuk mengkampanyekan kebaikan calonnya tanpa harus menjelekkan calon yang lain," katanya.

Dia menilai tak ada yang salah bagi seorang kiai untuk terjun ke dunia politik.

"Kiai kok ngurusin politik, kalau kiai nggak ngurusin politik yang mau ngurusin siapa? Akhirnya orang-orang jelek yang akan menguasai panggung politik," pungkasnya.




(cln/ams)

Hide Ads