Spanduk bergambar karikatur tokoh Punakawan, Petruk, beredar di wilayah Solo dan Semarang belakangan ini. Ada dua jenis spanduk itu yang bertulisan pesan agar 'orang Jawa tidak kehilangan Jawanya'. Begini respons PDIP hingga Satpol PP.
Dilansir detikJateng, belum diketahui siapa pemasang spanduk-spanduk itu. Menurut warga, spanduk itu terpasang sejak Selasa (24/10).
Di Solo, spanduk Petruk bertulisan 'Dadi Wong Jowo Ojo Lali Jowone' itu dipasang di sebelah spanduk Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo di Jalan Ahmad Yani atau di depan Terminal Tirtonadi Solo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua DPC PDIP Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengaku tidak mengetahui spanduk tersebut. Pihaknya juga sudah memberikan instruksi kepada kader agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat.
"Nggak tahu saya, saya malah mengimbau kader saya, dilarang melakukan tindakan yang merugikan masyarakat dan orang lain," kata FX Rudy, Kamis (26/10/2023), dikutip dari detikJateng.
Di Semarang, spanduk itu ada di Jalan Brigjen Sudiarto atau Jalan Majapahit di jembatan penyeberangan Pasar Gayamsari. Ada juga di Jalan Fatmawati di dekat Pasar Pedurungan. Juga di Jalan Sriwijaya, di Jalan Kawi, hingga Jalan Setiabudi dan sekitar Terminal Banyumanik.
"Sepertinya sudah dua hari terakhir ini dipasang, tapi tidak tahu siapa yang pasang," kata salah satu warga di Jalan Sriwijaya yang biasa disebut pak Jo, Kamis (26/10/2023) sore.
Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto saat ditanya apakah spanduk-spanduk itu berizin, ia menjawab akan melakukan penindakan.
"Mau kita ambili, Mas. Nanti malam, tadi habis ngambili MMT yang tidak berizin," kata Fajar saat dimintai konfirmasi detikJateng, kemarin.
Menanggapi spanduk Petruk yang dikaitkan dengan kondisi politik saat ini, Bendahara DPD PDIP Jateng, Agustina Wilujeng Pramestuti mengatakan tidak tahu soal spanduk itu. Menurutnya, spanduk itu lebih menyuarakan gerakan budaya.
"Wartawan suka mengait-kaitkan, he-he. Saya kira gerakan budaya. Gerakan budaya, kalau budaya Jawa kan banyak sekali. Saat ini kan banyak sekali, kalau aku sebagai budayawan ya pikirannya adalah karena pengaruh daripada keterbukaan informasi yang bisa membuat orang itu membuka laman apa saja. Maka gerakan untuk mencintai kebudayaan dengan segala isinya itu harus digalakkan kembali, terutama pengaruh-pengaruh budaya dari misalnya Korea. Kemudian budaya-budaya dari Barat, dari Timur kan juga banyak," kata Agustina dihubungi lewat telepon.
Anggota Komisi X DPR RI itu menjelaskan gerakan mencintai kebudayaan sudah berjalan lama. Maka jika ada yang mengaitkan spanduk itu dengan politik, menurutnya itu berarti mengingatkan agar tidak lupa sebagai bangsa Indonesia.
(dil/dil)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu